III

695 64 12
                                    

Matahari pagi menerobos masuk kedalam jendela kamar yang sudah terbuka lebar. Temari telah menyingkap tirainya sampai ke pinggir. Tetesan air dari atap turun menyentuh tanah. Hujan semalam berlangsung lama baru berhenti sampai menjelang pagi. Pohon yang basah dan genangan air di tanah menjadi penyambut pagi ini. Temari memejamkan matanya menikmati hembusan Angin masuk melewati jendela menerpa wajah cantiknya. Sangat menyejukkan batinnya.

Temari bergerak merapikan tempat tidurnya. Suatu aktivitas rutin setiap pagi setelah bangun tidur. Pandangannya terfokus pada sebuah payung transfaran bewarna putih yang ia sandarkan di sudut pintu kamarnya. Payung yang dipinjamkan oleh Shikamaru semalam. Hari ini dia harus mengembalikannya.

Temari bergegas turun kebawah berniat membantu ibunya memasak karena kemarin pembantunya pulang ke kampung karena urusan keluarga.

"Ibu sedang masak apa?" Tanya Temari yang sudah berada disebelah ibunyasedang memotong sayuran.

"Kau sudah bangun? tidak kerja?" Tanya Ibunya balik tanpa menghiraukan pertanyaan dari Temari.

"Masuk siang. Ibu sedang masak apa?" Tanya nya lagi.

"Oh. Tamagoyaki dan miso soup."

"Sepertinya enak. boleh kubantu?" Tanya temari menawarkan diri. Ibunya mengangguk dengan senang hati.

"Tentu. Kau buat tamagoyaki saja. Telurnya ada di kulkas." Jawab ibunya seraya memasukkan sayuran kedalam miso soup nya.

Temari pun bergegas menuju kulkas mengambil beberapa telur dan bahan-bahan lainnya. Lalu menyiapkan teflon dan mendadar telur yang sudah dia olah terlebih dahulu.

"Kapan bibi Mizu kembali, bu?" Bibi mizu adalah pembantu mereka yang sudah bekerja sejak temari masih kecil dan mereka sudah menganggapnya sebagai keluarga sendiri.

"Minggu depan. Bagaimana pekerjaanmu apa melelahkan?" Sekarang ibunya sudah selesai dengan miso soup nya.

"Melelahkan. Tapi menyenangkan." Temari tersenyum lebar.

"Benarkah? Apa Sasori menyulitkanmu?" Tanya ibunya lagi.

"Tidak." Temari menggeleng. Mana mungkin sepupunya itu menyulitkannya. Yang ada Temari lah yang selalu menyulitkannya.

"Kalau tidak tahan bekerjalah di perusahaan. Ayah membutuhkanmu."

"Kan ada Gaara dan Kankuro. Seharusnya mereka berdua saja sudah cukup," ucap temari sembari berjalan membawa piring berisi tamagoyaki dan menatanya ke atas meja makan.

"Mungkin Gaara bisa tapi, Kankuro? Ibu masih ragu padanya." Ibunya mengikut dari belakang.

Temari terkekeh mendengar penuturan Karura ibunya. Dia sependapat dengan ibunya tentang kankuro, "Dia bukan anak kecil lagi, bu. Walaupun kelakuannya masih seperti anak kecil."

"Kau benar." Mereka berdua tertawa bersama.

"Kalian sedang membicarakan aku, ya?" Tiba-tiba suara berat seorang menghentikan tawa mereka. Kankuro sudah berdiri berkacak pinggang tepat di hadapan ibu dan kakaknya.

"Perasaan. Siapa yang membicarakanmu? Dasar." Sahut temari sambil menudingkan spatula tepat di wajah Kankuro.

"Tidak biasanya kau rapi begini. Mau kemana?" Selidik Temari memandang adiknya dari atas sampai bawah yang sudah rapi dengan jas hitamnya.

"Tentu saja mau bekerja menggantikan dirimu." Kankuro menepis spatula temari dengan kasar. Hari ini adalah hari pertama Kankuro kerja di perusahaan ayahnya.

"Oh ya? Kalau begitu bekerjalah yang bagus jangan membuat ayah bangkrut," ucap Temari sambil menepuk-nepuk puncak kepala adiknya dengan sedikit kasar. Kankuro tak membalas namun wajahnya sudah merah menahan marah.

After All This Time (COMPLETE)Where stories live. Discover now