Part 48

5.9K 473 144
                                    

Maaf kalau ada typo🙏
Happy reading😘 Jangan lupa vote sebelum membaca dan komen setelah membaca🤗

Flashback ...

Dimas duduk dengan berkas di tangannya, banyak berkas yang harus ia cek. Fikirannya saat ini hanya tertuju pada berkas tersebut, sampai ketukan pintu ruangannya membuyarkan konsentrasinya.

"Masuk!"

Pintu terbuka dan munculah Sari, sekertarisnya yang sudah bekerja lebih dari enam tahun. Senyum Dimas menyambut kedatangan Sari.

"Pak, anda ada meeting dengan perusahaannya Pak Richard, beliau meminta anda datang ke Cafetaria Dahlia nanti setelah makan siang." Dimas mengangguk,  tangannya masih sibuk membolak-balikan berkas.

"Sari, nanti kamu tak usah ikut meeting tak apa. Kamu bisa pulang lebih cepat, anak kamu sedang sakit bukan?" Sari tersenyum sumringah, Dimas sangatlah baik kepadanya.

Bahkan Dimas membiarkan dirinya pulang dan merawat putranya yang sedang sakit, Sari beruntung memiliki atasan sebaik Dimas.

"Kalau begitu saya siap-siap ya, Pak." Dimas mengangguk sebagai jawaban, saat tak ada lagi yang di perlukan Sari meninggalkan ruangan Dimas.

~~~

Dimas memasuki Cafetaria sendirian, dari kejauhan ia melihat Richard. Rekan bisnisnya sekaligus sahabat putra pertamanya, dengan senyum manis Richard menyambut kedatangan Dimas.

"Duduk Om, gimana kabarnya?" Tanya Richard sebelum memulai obrolannya.

"Baik Rich, kamu bagaimana? Jarang main kerumah ya sekarang." Tukas Dimas dengan kekehan kecil.

"Iya Om, Andre sibuk terus di ajak ketemu susahnya bukan main." Dengkus Richard kesal.

"Ya gitulah, dia berusaha sukses di usia mudanya. Bisa kita mulai perbincangan kita?"

Richard mengangguk, ia mulai membuka map yang ada di atas meja. Menjelaskan secara rinci tentang usaha baru yang akan ia bangun bersama Dimas.

"Menurut saya sih Om, lebih baik di sekitar pantai. Destinasi wisata yang banyak di gandrungi pasangan muda, kita buat resort kita seromantis mungkin. Orang honeymoon akan menyukai nuansa seperti itu!" Dimas berfikir sebentar, benar kata Richard.

"Iya Om setuju, tapi kamu yang memilih tempatnya, ya. Bisnis resort ini nantinya Om serahkan kepada Andre, agar dia tak menjagakan gajinya sebagai Dokter. Kita tak tahu kedepannya kehidupan kita akan seperti apa, maka dari itu Om menyiapkan semuanya. Riko akan dapat perusahaan, sedangkan Andre resort ini. Kalau Arkan Om masih fikir-fikir Rich, mungkin resto kalau dia mau." Richard tersenyum manis, Andre dan ketiga adiknya harus bangga memiliki papa seperti Dimas.

Masa depan semua putranya terjamin, bahkan Dimas mengusahakan semuanya sendiri.

"Kalau Ava, Om?" Dimas menghentikan minumnya, sebelum menjawab Dimas berdeham pelan.

"Dia sudah memiliki toko bunganya sendiri, dia juga memiliki sebuah cafe Rich. Walaupun itu semua yang memberikan suaminya bukan saya, tapi setiap perusahaan ada acara atau teman Om butuh rangkaian bunga dan tempat meeting. Selalu Om arahkan ketempat Ava, hanya itu yang bisa saya perbuat. Lagipula Melvi nanti akan memegang Januarta Group. Jadi Ava tak akan kesusahan Rich, hidup dia sudah di tanggung suaminya." Richard semakin kagum dengan sosok Dimas, Ayah sekaligus malaikat menurut Richard.

"Tapi kata Andre, Ava sekarang lebih sering menabung Om." Dimas menaikan sebelah alisnya dan menatap Richard.

"Iya, saya selalu mewanti-wanti Ava untuk belajar hemat. Tak mungkin kehidupan akan terus di atas, bisa saja nanti dia di bawah. Kalau terus manja bagaimana dengan keluarganya, saya selalu menekan agar Ava membeli hal yang di butuhkan bukan yang di inginkan."

MelVa (After Marriage)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang