Part 11

8.6K 487 55
                                    

Maaf kalau ada typo🙏
Happy reading😘

~~~~

Di kantin SMA Bangun Kusuma, tiga gadis sedang berdiskusi dengan serius. Tatapan mata Ava yang mengarah pada Keyra membuat Fania terkekeh pelan. Ternyata Ava mencoba fokus pada presentasi Keyra yang sedang menyusun acara jalan-jalannya nanti sepulang sekolah.

"Terus Ava pakai baju apa dong?" tanya Ava saat Keyra telah selesai presentasi.

"Nanti beli aja di jalan, Va." Usul Fania. Ava hanya mengangguk, dia tinggal bilang 'iya' jadi tak perlu repot-repot berdebat.

"Tapi kata Papa beberapa hari yang lalu, Ava harus mengutamakan kebutuhan daripada keinginan." Fania dan Keyra melongo saat mendengar jawaban tersebut.

Sejak kapan sahabatnya bisa berpikir seperti itu, seperti bukan Ava saja.

"Key, bahasannya sekarang beda sama kita, dia kan udah berumah tangga. Pasti yang di pikirin kebutuhan rumah." Ejek Fania.

"Enak aja. Ava masih bisa seneng-seneng kok. Tapi harus nabung dulu kalau pengen beli barang mahal, kata Papa Melvi belum kerja. Jadi gak boleh boros!" Fania dan Keyra semakin melongo. Apakah Ava kesambet setan dari pantai?

"Gadis pintar," ujar lelaki di belakang Ava, disusul usapan lembut dipuncak kepalanya.

"Lo kasih Ava obat apaan sih, Mel? Atau kemarin lo sempet pergi ke kyai buat ruqiah ni anak?" tanya Fania, tangannya menunjuk tepat di depan wajah Ava.

Tanpa Fania duga, Ava menggigit jari telunjuk Fania.

"Bangsat!" umpat Fania kasar.

"Bangsat sendiri." Balas Ava, jangan lupakan lidahnya ia julurkan ke arah Fania untuk mengejek sahabatnya itu.

Bintang dan Rio sudah tertawa ngakak, mereka tak pernah tahu jika sekarang Ava ilmunya sudah tinggi. Bahkan, Ava sekarang bisa mengumpat. Setahu Bintang dan Rio yang notabennya sudah kenal dari SMP baru kali ini mereka mendengar umpatan keluar dari bibir Ava.

"Melvi, lo belum jinakin dia, ya? Lihat dia bringas banget. Malem pertama lo di apain aja, Mel?" Ava melotot mendengar pertanyaan Fania.

"Fan, lo kok gitu sih sama dedek?" mata Ava berkedip beberapa kali, bukannya terlihat lucu. Fania dan Keyra menatap Ava datar, lalu dua gadis tersebut berdiri dan meninggalkan Ava tanpa sepatah kata pun.

"Heh, temen kampret lo berdua." Teriak Ava kesal.

"Jangan teriak-teriak, cewek cantik itu kalem." Tegur lelaki tampan dengan kemeja berwarna hijau muda, lengan kemejanya di gulung sampai siku membuat gadis yang berada di kantin menjerit. Bukan hanya gadis tapi guru-guru perempuan disana ikut memekik.

"Kak Al? Ngapain disini?" tanya Ava sumringah.

"Matanya, matanya!" sindir Melvi, Alviano tahu jika Melvi menahan cemburu saat ini.

Binaran mata Ava sangatlah kentara, memang benar kata Keisya bahwa Ava sangatlah lucu.

"Melvi ih, Kak Al ngapain di sini? Ini bukan SMA Tyaga loh!" Alviano mengangguk, memang niatnya kesini untuk bertemu dengan Arkan.

"Mau ketemu Arkan, katanya disuruh nunggu di kantin," Ava mengangguk samar.

"Ica gak ..." Saat sadar ucapannya Ava menutup bibirnya, matanya melotot sebentar sebelum berdeham pelan.

"Eh, maksudnya Kei. Dia gak ikut?" Alviano menatap Ava dengan senyuman lembut, ia sudah tahu semuanya.

"Enggak dia harus sekolah, kamu juga sekolahnya yang rajin. Anak pintar terlahir dari ibu yang pintar juga," Ava mengangguk dengan semangat, walaupun dia tak terlalu pintar. Setidaknya Melvi memiliki otak yang cerdas, jadi bisa saja semboyannya berubah.

MelVa (After Marriage)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang