-0- Prolog

43 4 5
                                    

~ Bukannya aku mudah menyerah

   Tapi bijaksana

   Mengerti kapan harus berhenti

   Ku kan menunggu, tapi tak selamanya

Suara merdu Raisa mengalun pelan di sebuah kamar kos minimalis yang terletak di lantai dua, menambah perasaan galau seorang gadis remaja yang tengah duduk di dekat pintu balkon.

Wajahnya menatap kosong senja yang tersaji di atas kota yang sekarang ia tempati. Huft, gadis itu menghela pelan tatkala kenangan samar kembali berputar di kepalanya.

"Ck, bodoh banget sih. Masih aja kepikiran sama tu orang. Dia itu udah lupa sama kamu, Na. Udah deh, lupain segala hal tentang dia, yang sekarang harus kamu lakukan adalah menatap maju untuk masa depan." Ucap nya guna memotivasi diri sendiri.

Gadis itu beranjak menuju balkon, ia pandangi sekali lagi kota ini, kota yang dulu sangat ingin ia kunjungi. Jogja, dengan segala keindahannya. Bukan tentang bangunan atau makanannya, Ia hanya ingin sekedar memandang sang pujaan hati dari 9 tahun yang lalu.

"Apa kabar kamu di sana? Apakah baik baik saja? Semoga kamu selalu dalam kondisi yang baik. Kau tau, aku merindukanmu, sangat merindukanmu. Apakah hanya aku yang terjebak dalam rasa yang menyakitkan ini?" gumaman lirih yang menyiratkan luka itu hampir selalu ia katakan disaat melihat senja. Tidak tau mengapa, namun senja kembali mengingatkan tentang sesuatu yang telah lama pergi darinya.

Ini adalah cerita tentang luka yang hadir karna terbiasa. Terbiasa bersama, bercanda gurau bahkan cemooh juga kejahilan. Itu semua sudah terbiasa gadis itu lakukan dengan nya.

kisah dari Alena Misya Adhitama, gadis polos dari kota kecil di Jawa Timur. Yang entah keberuntungan atau kesialan harus meneruskan pendidikannya di kota yang terkenal akan bakpia patok juga candi- candi ini, kota tempat sang pujaan hati berada.




Gimana, prolognya bagus enggak? Maaf kalau pendek.

Maaf ya kalau masih acak acakan bahasanya.

Salam hangat dari aku, Inda.

RamangwanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang