Delapan: MOS

37.8K 2.8K 44
                                    




You may be right, you may be wrong
But say that you'll bring me along
To the world you see
To the world I close my eyes to see

A million dreams - Hugh Jackman dan Michelle Williams






SMA Pelita Satu adalah sekolah yang terkenal akan prestasi dari murid-muridnya.

SMA itu juga terkenal karena kemewahannya dan kelengkapan fasilitasnya.

Bahkan ada rumor yang mengatakan bahwa hanya orang-orang kalangan atas yang bisa memasuki SMA itu. Yah, kalau bukan kalangan atas, maka dengan nilai yang bagus, orang-orang biasa bisa memasuki SMA itu dengan jalur beasiswa.

Sekarang, Sheila berada di mobil yang menuju SMA Pelita Satu bersama Raka yang juga bersekolah di sana.

Namun, tujuan Raka kesana bukan untuk bersekolah melainkan untuk menjadi panitia MOS karena sekolah pun belum jadwalnya masuk. MOS SMA Pelita diadakan tiga hari sebelum masuk sekolah sehingga tidak mengganggu jadwal KBM ke depannya.

Mobil mewah milik keluarga Prayuda berhenti tepat di depan gedung sekolah yang menjulang tinggi.

Para peserta MOS di situ berkumpul melihat siapa yang datang dengan mobil semewah itu.

Raka keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk adiknya.

Sheila tersenyum kecil dan keluar dari mobil.

Tapi anehnya, bukan seperti peserta MOS lainnya, Sheila memakai seragam rapi seperti anak sekolah biasa. Bahkan Sheila juga memakai kacamata hitam yang kini masih terletak di atas hidung mancungnya.

Sejujurnya, untuk menggambarkan Sheila dengan tepat adalah kontradiksi. Ia membenci dan menyukai perhatian di saat yang sama. 

Suara pemberitahuan menggema di seluruh sekolah memberitahukan bahwa panitia MOS dan peserta MOS harus berkumpul di aula.

Raka dan Sheila berjalan beriringan menuju aula. Diantara mereka berdua tak ada yang tersenyum atau menanggapi sapaan dari orang lain. Mereka hanya berjalan dengan angkuh menuju aula.

"Dek, Kakak mau ke depan dulu ya! Kamu gabung sama peserta MOS yang lainnya ya," Raka melepas gandengannya tepat di depan aula kemudian mengacak rambut panjang adiknya.

Sheila hanya tersenyum kecil dan berjalan menuju barisan paling belakang.

Walaupun Sheila berada di belakang, Sheila tetap menjadi pusat perhatian karena ia satu-satunya yang tidak memakai atribut kelengkapan MOS dan bahkan menggunakan kacamata hitam.

Sepuluh menit kemudian acara pembukaan dimulai, Kepala sekolah, Waka Kesiswaan bahkan Ketua Panitia MOS memberikan sambutannya masing-masing membuat sebagian peserta menguap karena bosan.

Sheila kini melepaskan kacamata hitamnya dan menyimpannya di tas. Ia juga berpura-pura mendengarkan sambutan-sambutan itu walaupun nyatanya itu memang sangat membosankan.

Setelah acara pembukaan selesai, Semua anggota MOS dibagi kelompok berdasarkan kelas yang sudah ditentukan oleh pihak staff sekolah.

Sheila sendiri mendaftarkan diri ke jurusan bahasa dan kini mendapat kelas X IBB 1.

Beruntungnya, Mama dan Papa Sheila membebaskan semua anaknya untuk memilih jalan mereka masing-masing.
Maka dari itu, Sheila memilih jurusan yang tidak terlalu banyak berhitungnya, hehe...

Sheila duduk di meja paling pojok dan menyilangkan kakinya. Ia langsung membuka ponsel sembari menunggu kakak pembimbingnya hadir.

Persetan dengan semua orang di kelas ini yang memandangnya aneh.

Our Little SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang