🐥53: Pernah Baik

571 52 10
                                    

Semua yang berada di dalam ruangan pun ikut terdiam. Ada apa yang terjadi antara Tiara dan juga Mari? Mengapa keduanya sampai berlagak seolah sedang menyaksikan setan di depan mata hingga membeku?

"Kenapa?" tanya Edel bingung.

Kedua wanita itu masih terdiam. Sama-sama tak membuka pembicaraan sedikit pun, tetapi begitu kompak mengingat seseorang.

"Kamu ...." Ucapan Mari seketika tertahan. Jadi, selama ini dugaannya benar? Ia pikir, apa yang selama ini mengganggu pikirannya itu hanyalah sebuah terkaan. Tapi mengapa justru terpampang secara nyata?

Air mata yang selama ini sudah terkurung rapat tiba-tiba saja melarikan diri dari tempat asal. Tiara benar-benar tidak menyangka jika kepulangannya ke Indonesia justru mempertemukannya dengan seorang wanita masa lalu Ariyanto.

Jari telunjuk Mari seketika terangkat ke udara—menunjuk Edel yang sedang terdiam kaku sambil menebak-nenak apa yang sebenarnya terjadi. 

"Ka-kamu Tata anak Ari?" Suaranya bergetar. Air matanya pun ikut mengalir saat itu juga. Regan yang ikut terkejut menyaksikan Mari menangis, langsung datang menghampiri dan memeluknya erat. Mari masih menangis. Perasaan bersalah karena sudah membuat keluarga sahabatnya hancur sekarang berkelana dalam pikirannya.

Mendekap sang ibu dalam pelukan mungkin menjadi salah satu cara bagi Regan agar perasaan Mari semakin tenang.

Baru beberapa saat kemudian, Mari melepaskan pelukan itu secara sepihak. "Bentar, Nak."

Mari kembali mengambil langkah dan berdiri di samping Edel. Menatapnya iba secara bergantian pada Tiara juga. "Aku minta maaf."

Tiara terdiam. Walau sudah bersama orang lain di luar negeri, tapi jikalau kenangan pahit itu kembali teringat, maka rasa sakit pun akan tetap menggembung di udara.

"Minta maaf kenapa?" Edel bertanya bingung.

"Maaf, gara-gara saya, keluarga kalian jadi hancur. Saya yang menyebabkan perceraian antara Ariyanto dan juga Tiara." Jujur, sudah lama ia memendam ini. Ingin meminta maaf, tapi sayangnya Tiara tak pernah mau mendengarkan. Bahkan lebih memilih untuk pergi dan menganggap bahwa dirinya adalah seorang pelakor.

Jleb!

Ada yang menusuk jantung Edel rasanya. Jadi ... wanita baik hati di sampingnya ini merupakan salah satu penyebab di balik kekerasan Ariyanto? Apakah jangan-jangan ia adalah Tante Riri yang dulu sering dibawa sang ayah ke rumah?

Melihat sang sepupu yang sudah berkaca-kaca, Daun langsung mendekap Edel di bawah pelukan. Ia yakin, sebentar lagi tangisnya akan pecah di saat situasi sedang menegang seperti ini.

Regan seketika terdiam kaku. Pikirannya pun jadi ikut kusut, bagaimana bisa ibunya menjadi perusak rumah tangga orang? Selama ini hubungan Mari dan Chowy juga tampak baik-baik saja. Tak pernah ada masalah, bahkan selalu rukun.

"Ada apa sebenernya?" tanya Regan.

"Tante i-itu Tan-Tante Ri-Riri?"

Mari mengangguk pelan sembari menundukkan kepala. Astaga kenapa keadaan justru berbalik menjadi seperti ini? Ia pikir saat sampai di rumah sakit, ia bisa membuat putranya menjalin kasih. Tapi mengapa justru semua masa lalu yang kelam justru terbongkar detik ini juga.

"Sekali lagi aku minta maaf, Tiara. Kamu salah paham, dan nggak seharusnya Tata jadi kayak begini sekarang."

Tiara justru terdiam. Tak lagi mampu berkata-kata. Tangisnya semakin deras, bahkan sekujur kakinya terasa begitu lemas.

"Aku ... bakal jelasin di sini sekarang juga supaya semua masalah selesai. Jujur, aku juga capek mendem ini selama belasan tahun."

"Ri, lo harus cobain, sih! Ini kalau sampe gue berhasil, gue bakal jual, terus bisa bawa keluarga gue jalan-jalan!" ucap Ariyanto penuh semangat. Ya ... ini adalah salah satu janji besar dalam hidupnya.

Edelweiss [Completed]✔️Where stories live. Discover now