Late?

472 58 3
                                    


Chapter ini bakal menjadi sedikit drama, anyway, Enjoy! :)

___

Itu terjadi begitu cepat. Taeyeon bahkan tak mempersiapkan dirinya akan itu. Dirinya hanya bisa terdiam di tempatnya. Kakinya terasa sangat berat untuk melangkah. Tak ada yang lain di fikirannya saat ini. Semua terasa seperti kosong. Luka di hatinya meluas. Jika ini adalah sebuah mimpi buruk, ia berdoa pada surga untuk segera membangunkannya.

Air mata itu mengalir begitu saja, mendengar perkataan perpisahan dari Tiffany, benar-benar tak terbayang di benaknya. Rasanya begitu menyakitkan hingga ia tidak bisa menahannya.

Taeyeon memasuki lagi rumah ini yang sudah beberapa hari tak ia masuki. Rencananya untuk mengunjungi rumah bibinya nampaknya ia telah mengubahnya. Ia lebih memilih untuk kembali kerumahnya, ia pikir ini adalah saat yang tepat untuk itu.

Betapa ia terkejutnya untuk menemukan sosok ayah Tirinya yang kiri berdiri di tengah ruangan sembari terdiam seribu bahasa. Taeyein kini telah siap dengan apa yang akan terjadi padanya. Ia bahkan telah memejamkan matanya untuk itu, namun yang selanjutnya terjadi justru mampu membuatnya terkejut.

Ayah tirinya justru mendekapnya dengan erat sembari terisak. Dia berkali-kali mengucapkan kata maaf yang Taeyeon yakin, belum pernah keluar dari bibirnya sebelumnya. Taeyeon bisa merasakan Ayah tirinya yang kini terisak.

"Maafkan aku, maafkan aku, Taeyeon-ah..."

"Ini semua salahku, aku adalah sosok Ayah yang tidak baik untukmu. Mungkin itu semua hanya karna aku mengkhawqtirkanmu. Tapi aku tau, aku menggunakan cara yang salah untuk itu."

"Taeyeon-ah, beri aku kesempatan dan aku akan membuktikannya padamu."

"Aku akan merawatmu dengan baik sekarang. Aku tidak akan pernah menyakitimu lagi, aku tidak akan pernah meneriakimu lagi."

"Kau bisa lakukan apa yang kau mau jika aku melakukan itu. Aku akan menunggu putriku pulang sekolah. Atau jika kau lelah, aku bisa menjemputmu di sekolah."

"Kita akan melakukan banyak hal bersama. Hal-hal yang belum pernah kita lakukan berdua. Layaknya seorang Ayah dan putrinya."

"Hanya... berikan aku kesempatan untuk membuktikannya."Ayahnya semakin terisak dengan semua perkataan yang terus mengalir dari bibirnya.

Taeyeon juga, tak bisa membohongi perasaan apa yang kini mengelilingi dinginnya tembok hati untuk ayah Tirinya. Ia hanya bisa merasakan lega dan bahagia di ulu hatinya yang kini terasa semakin menghangat.

Dia juga, menitihkan air mata itu. Taeyeon justru tidak mengatakan apapun namun membalas pelukannya dan mengeratkan sembari kedua matanya dipejamkan.

Pria parug baya itu hanya bisa tersenyum bahagia sembari terus mendekap putrinya. Dia bersumpah pada dirinya untuk tetap berada di sisi putrinya hingga waktu akan memanggilnya.

"Taeyeon-ah," Kata pria itu lalu duduk di tempat yang masih tersedia di atas kasur putrinya. Dia bisa melihat bibirnya yang pucat, Taeyeon bahkan mengeluarkan keringat.

"Taeyeon-ah, bangun. Kau demam."Tambahnya sembari meletakan satu telapak tangannya di kening putrinya.

Pagi itu di habiskan dengan mereka berdua yang menikmati sarapan bersama di rumah mereka. Jika Taeyeon fikir, ini adalah pagi pertama dimana mereka bisa sarapan di meha makan yang sama. Ia bahkan bisa mencicipi masakan Ayah tirinya yang baginya terasa sangat lezat.

Namun mungkin karna kondisinya yang sedikit kurang sehat, Taeyeon merasa agak pusing dan dunianya berputar.

"Padahal, tadinya aku mau mengajakmu ke taman. Dan makan ice cream bersama."Kata Ayahnya sembari memasukan daging asap kemulutnya.

You, Again.Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt