Mine

891 118 15
                                    

Namun, setelah mendengar decitan pintu, Taeyeon lebih memilih untuk kembali ke tempat semula. Dia kembali menemukan tatapan hangat itu, yang ada pada Tiffany yang kini tengah berjalan kearahnya.

Tiffany tersenyum, dia hendak memeluk sekali lagi gadis itu, sebelum Taeyeon mengalihkan pandangannya dan berkata, "Sebaiknya aku segera kembali,"Gerakan kecil itu mampu membuat Tiffany sedikit kecewa.

Dia tersenyum sedih, dia tersesat akan perubahan sikap Taeyeon yang hanya dalam hitungan detik. Tapi, dia merasa tak  begitu keberatan. Mungkin gadis yang ada di depannya hanya sedang merasa lelah.

"Kabari aku, jika kau sudah sampai di rumah. Okay?"Kata Tiffany setelah mengantar Taeyeon hingga ambang pintu rumahnya. Gadis itu hanya mengangguk pelan,

Namun, Tiffany tau ada yang sedikit berbeda dari gadis di depannya. "Taeyeon.. ada apa?"

Dia hanya menggeleng pelan, "I'm okay, terimakasih untuk makan malamnya."Balas Taeyeon lalu baru mau  menarik sudut bibirnya untuk tersenyum.

"Aku pergi."

Tiffany memperhatikan punggung gadis itu yang semakin jauh dari penglihatannya. Dia sedikit khawatir karna keadaan jalan sudah sangat gelap, namun dia hanya bisa berdiri di tempatnya dengan pertanyaan-pertanyaan yang kini menghampirinya,

**

"Taeyeon."Kata seorang pria paruh baya yang kini sedang menonton tv, membelakangi gadis itu yang kini menghentikan langkahnya.

"Sudah berapa kali, kau melanggar jam malammu?"Tambahnya lagi dengan suara yang berat, membuat gadis itu hanya bisa terdiam dan menunduk.

Dia mulai bangkit dari duduknya, lalu menghadap pada gadis itu yang kini berstatus sebagai putrinya.

"Lalu bagaimana denganmu? Kau bahkan masih mengenakan jasmu."Balik Taeyeon terhadap pertanyaan ayah tirinya.

"Kau masih bisa seperti ini, ya? Kau benar-benar tak tau di untung. Kau tau itu?"

"Aku tau. Begitu tidak beruntungnya, hingga aku harus memanggilmu, Ayah."

PLAK!!!

Gadis itu untuk kesekian kalinya tersungkur ke tanah, sembari memegangi satu pipinya yang terasa sangat perih dan panas. Ia tidak bisa menahan butiran air mata itu untuk jatuh.

Dalam hitungan detik, pria itu kini menarik kerah bajunya dengan kasar, untuk berdiri.

"Setidaknya, kau harus mengerti tatakrama bukan?"Katanya sembari menatap tajam mata putrinya yang kini menatapnya kabur. Air matanya masih berjatuhan, sebelum akhirnya tubuhnya kembali di hempaskan, dan punggung belakangnya kembali menghantap lemari yang ada di belakangnya.

Lalu pria itu pergi begitu saja, keluar pintu meninggalkan Taeyeon yang kini hanya bisa terpejam merasakan kembali semua rasa sakitnya yang terus berulang di setiap waktu.

Ia benar-benar tak mengerti dimana letak kesalahannya sehingga harus merasakan semua ini. Dia merasa tak adil. Dia menginginkan sosok ibunya untuk kembali hadir.

Sementara, pria itu kini hanya bisa terdiam di balik setirannya. Perasaan bersalah setiap kali ia menyakiti gadis itu memang selalu menghampirinya. Setiap waktu. Namun, ia hanya tidak pernah bisa menahan dirinya untuk terus melakukan itu. Tidak dengan situasi dimana dirinya tak pernah di akui oleh gadis itu sejak awal mereka berada di atap yang sama.

**

"Taeng!"Kata Sunny semangat pada sahabatnya yang kini terlihat sangat murung. Dia bahkan memakan bekalnya dengan sangat lama. Tatapannya kosong, dia sama sekali tak mengikuti pembicaraan mereka.

You, Again.Onde histórias criam vida. Descubra agora