1. Bali (1)

58.2K 5.7K 326
                                    

Kok ke unpublish ya...?

Biar gak gantung-gantung banget. Aku kasih satu part lagi. Udah mau pulang ges, nanti gak ada jaringan lagi.

Semangat nungguin NADI ya...

🍩🍩🍩

Suara desiran air pantai menyambut Rena dan keluarga yang sedang berlibur. Tidak juga, sebenarnya sedang ada peresmian restoran baru papanya di kota ini.

Rena dan Gia, keponakannya duduk berdua di tepian pantai sambil menunggu papa dan bundanya yang masih saja sibuk dengan pembukaan restoran.

Benar, tempatnya berada di sekitaran pantai Kuta. Karena otaknya yang cukup mumet setelah menyelesaikan ujian semester enamnya yang cukup rumit jadi dia memutuskan untuk menikmati liburannya bersama sang ponakan tercinta, Giani.

Biarkan para orang tua sibuk dengan urusan mereka sendiri, para gadis harus menikmati keindahan alam yang tersaji di depan mata.

"Tante Rena, kenapa Gia gak boleh ikut sama Mama Papa aja? Emang kalau ada Gia, Mama dan Papa gak bisa buat adik?" Tanya Gia polos.

Kali ini Rena dibuat bingung karena tidak tau harus menjawabnya bagaimana. "Ehm gini... Aduh gimana ya jelasinnya. Tante bingung, yang jelas enakan liburan sama Tante daripada sama Papa. Nanti kita cari cowok bule yang tampan-tampan melebihi Papa kita. Oke?"

Gia menggeleng. "Kata Mama, jangan dengarin kata-kata Tante Rena. Jadi Gia tanya Mama dulu boleh atau enggak cari cowok bule sama Tante Rena." Jelasnya karena sudah sering diajari yang tidak-tidak oleh Rena.

Rena mendelik, padahal dia hanya mengajari Gia yang baik-baik saja hanya penyampaiannya kadang sedikit nyeleneh.

"Kenapa kamu mau punya adik? Kan kamu baru punya Mama, emang mau bagi-bagi Mamanya ke adik kamu? Kalau Tante sih ogah." Kiana dan Satria baru menikah sekitar satu bulanan dan Gia sudah heboh meminta adik.

"Biar rame, rumah Papa tuh gede banget tapi selalu sepi. Gia juga jadinya lebih suka di rumah Oma karena banyak temen, disana enggak." Ah beginilah kenyataannya, harta berlimpah memang tidak menjamin kebahagiaan seseorang. Gia contohnya, dia masih suka merasa kesepian. Papanya bekerja, Mamanya masih kuliah. Hanya dia di rumah bersama dua pembantu dan satu satpam. Makanya dia lebih sering di rumah bunda dan papa ketimbang di rumahnya sendiri.

"Beli air kelapa yuk, Gia?" Ajaknya karena mulai merasakan haus. Gia mengangguk.

Rena berdiri memperbaiki posisi cardigan putih yang dia pakai karena hanya menggunakan celana pendek setengah paha beserta atasan putih tidak berlengan memperlihatkan kulit putihnya.

Tangannya menggandeng Gia dan pergi membeli air kelapa.

"Es kelapanya dua."

Rena merogoh sakunya tapi tidak menemukan dompet disana. "Loh? Mana dompet gue?" Bingung Rena sambil terus merogoh saku celana dan cardinya.

"Jatuh." Rena menoleh ke belakang. Seorang pria berperawakan tinggi dengan senyuman dan lesung pipit di pipi kanannya memberikan dompet lipat putih kepada Rena.

Dompetnya.

"Ah makasih banyak ya, hampir aja gue malu karena gak bisa bayar." Ujar Rena tulus. Pria tersebut mengangguk dan ikut mengantri di belakang Rena sembari menunggu Rena selesai membayar.

"Terimakasih, Om." Gia mendongak dan mengarahkan tangan kanannya ke arah pria jangkung yang menemukan dompet tantenya.

"Sama-sama." Dia menjabat tangan kecil Gia lalu tersenyum ramah.

"Ayo, Gia." Rena merunduk sopan tanda pamit lebih dulu sedangkan Gia melambaikan tangannya pada pria asing itu.

"Es kelapanya satu." Dia memesan lalu memberikan pecahan seratus ribunya pada kasir.

NADI [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang