" Oh gitu. Tapi Aji sudah menyiapkan semuanya tuh! " kata Widiya sambil membelai rambut panjang Deva.

Mendengar bahwa Aji telah menyiapkan semuanya Deva menjadi kecewa dan merasa bersalah. Bahwasannya tadi ia sudah terlanjur berjanji akan membantu Aji " Yaah.. Deva telat ya tan? " murung Deva.

Widiya pun tersenyum melihat respon Deva yang sangat terlihat bahwa ia sedang kecewa " Yaudah mending sekarang kamu temenin Aji, Aji dibelakang tuh lagi manjat pohon mangga!! " ujar Widiya.

Wajah yang sebelumnya muram kini berubah menjadi berbinar " Deva boleh kesana tan? " tanya Deva.

" Boleh dong. Kamu udah tante anggap anak sendiri. Pergi gih!! "

Tanpa menunggu aba-aba lagi Deva langsung berlari menuju tempat yang dikasih tau Widiya tadi. Senyum yang menghiasi wajahnya semakin mengembang ketika ia melihat punggung Aji.

Deva mengendap ngendap berniat ingin mengagetkan Aji. Posisinya pun semakin dekat dengan tempat Aji berjongkok.

Satu..

Duu..

" Aaaa!! MAMAMM! " Deva berteriak kencang sebelum sempat berhasil mengagetkan Aji.

Deva berlari menuju dimana Widiya berada tadi.

Widiya yang melihat Deva berlari ketakutan pun ikut panik.

" Eh eh ini kenapa? Deva kenapa kamu lari-larian begini hm? " tanya Widiya semakin panik ketika Deva langsung menghambur ke pelukannya.

" Hahahha!! " tawa Aji menggelegar membuat Widiya mengernyitkan dahinya.

" Tante jangan biarin Kak Aji mendekati Deva ya tan!! " Deva semakin mengeratkan pelukannya pada Widiya.

Widiya menggelengkan kepalanya " Aji, kamu apain Deva sampe seperti ini? " tanya Widiya.

" Seperti biasa mah. Dia tadi itu niatnya mau ngagetin Aji. Eh pas dia mau ngagetinnya, bertepatan dengan Aji yang membalikkan badan dianya langsung lari terbirit-birit. Hahaha " Aji kembali menertawai Deva.

Widiya semakin tidak mengerti dengan penjelasan yang diberikan Aji.

" Ini loh mah " Aji yang seolah mengerti langsung memberitahu makhluk panjang yang berada ditangannya.

" Kamu itu ya Ji! Dari dulu ga ada perubahannya. Ular itu bahaya Jii, apalagi itu ular Cobra. Ayo buang! Astagaa Ajii!! " Widiya tidak mengerti dengan jalan pikiran Aji. Dari dulu hingga sekarang selalu bermain main dengan ular. Padahal waktu kecil pernah digigit ular berbisa dan kejadian itu mengharuskan ia dirawat dirumah sakit.

Setelah membuang ularnya Aji kembali dan mencuci tangannya.

" Udah ga ada lagi ularnya ke belakang lagi yuk! " ajak Aji.

" Boong ah, ntar disimpen lagi ularnya! " Deva mencebikkan bibirnya.

" Udah enggak Deva " tutur Aji lembut. Deva pun percaya dengan perkataan Aji.

" Terus mangganya udah dapat berapa kak? " tanya Deva.

" Boro-boro dapet mangga, yang ada tadi ulernya nangkring dibawah pohon jadi belom sempet keambil mangganya " jelas Aji.

Deva hanya ber-oh ria.

" Yaudah gue mau manjat lagi. Ntar lo ambil mangganya dari gue, pake jaring itu aja! " kata Aji sambil menunjuk jaring yang ia maksud.

" Aiyaiy siap kapten!! " jawab Deva antusias.

Ketika Aji sudah mulai akan mengambil mangga, dari bawah Deva berteriak supaya Aji mencarikannya mangga muda agar bisa ia bawa pulang dan dibuat rujak buah. Aji pun menuruti kemauan Deva ia mengambilkan beberapa buah mangga yang masih muda.

Diantara yang lain Deva memang lebih dekat dengan Aji. Pasalnya dari kecil yang selalu melindungi dan memanjakannya hanya Aji lah , Aji juga yang paling membuatnya merasa lebih aman.

Aji tidak pernah memarahi Deva. Ia sangat menjaga perasaan Deva. Aji juga memperlakukan Deva dengan selembut mungkin.

Deva pun sama, ia sangat menyayangi Aji layaknya kakak kandungnya sendiri. Ia juga mudah menangis terhadap hal apapun jika sudah bersangkutan dengan Aji. Baginya, Aji adalah sosok kakak laki-laki yang sangat ia idamkan.

Keluarga Deva dan Aji pun juga sama-sama saling mengenal satu sama yang lain. Karena mereka dulu tinggal didesa yang sama.

Tak jarang jika pulang sekolah sewaktu SD dulu Aji sering mampir kerumah Deva untuk menemani Deva bermain dirumahnya.

" Kak udah sore nih gue pamit ya, takut papa mama nyariin "

" Gue anterin ya " ucap Aji dan beranjak ingin mengambil kunci motornya, namun langkahnya terhenti ketika Deva mengatakan bahwa ia kesini membawa motor sendiri.

" Eh gausa kak gue bawa motor kok, btw makasih mangganya ya! " kata Deva sambil memperlihatkan senyum manjanya.

Aji terkekeh melihat senyuman yang diperlihatkan Deva karena hanya orang tertentu saja yang bisa melihat senyum itu " Iya sama-sama pesek! " jawab Aji sambil mengacak rambut Deva.

Setelah berpamitan kepada Widiya, Deva langsung meninggalkan pekarangan rumah milik Aji.

FYI! Aji itu dari kecil suka berteman gitu sama uler genks.

Katanya sih lucu!
Lucu dari mananya coba?

Lanjut ya👇

Te Amo RamaHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin