chapter 18

893 53 10
                                    

"Bagaimana kau bisa masuk?" Sakura bertanya kepada wanita yang duduk dengan angkuh didepannya, ia masih mencoba terlihat sopan didepan wanita ini.

"Tak perlukan izinmu untuk aku masuk kedalam sini, kau tau aku adalah-"

"Saat ini kuanggap kau tak lebih dari istri dari temanku, Neji. Jangan berlebihan" Sakura menyela dengan percaya diri, dan hal itu cukup membuat wanita didepannya menahan marah.

"Aku tak mengerti kenapa suamiku membantu wanita berjenis sepertimu" Mendengar ucapan itu Sakura mengeryit bingung, ia tentu saja tersinggung dengan ucapan tidak sopan wanita ini tapi Sakura lebih memilih meladeni ucapan wanita ini dengan percaya diri.

" Wanita jenis apa yang kau maksud? Wanita mempesona? Atau cantik?"mendengar ucapan Sakura yang tidak lagi ramah wanita itu tersenyum sinis.

"Kau terlalu percaya diri, kuakui kau cantik. Tapi jika selalu menganggu rumah tangga orang lain begini aku jadi terpaksa mengatakan kalau kelakuan mu sama seperti wanita murahan diluaran sana" Mendengar ucapan itu Sakura terdiam marah, ia menatap tajam wanita didepannya yang justru tersenyum dan seperti tidak merasa bersalah sama sekali.

"Apa yang kau tau tentang diriku? Kau hanya tau kalau suamimu pernah mencintaiku bukan?" Mendengar pertanyaan Sakura yang lagi-lagi terdengar percaya diri, wanita bernama Tenten itu tertawa sinis.

"Mungkin itu benar, tapi aku tau dirimu lebih dari yang kau kira" Setelah mengucapkan hal itu tenten menatap kukunya yang diberi cat kuku dengan cantik, sementara Sakura yang melihatnya menghela nafas lelah mencoba sabar dan berdiri dari duduknya. Sudah cukup, dirinya tidak lagi bisa menahan amarahnya.

"Aku tidak sedang ingin menerima tamu jadi keluar sekarang!" Mendengar ucapan Sakura yang mulai terdengar marah, tenten tersenyum sinis.

Ia kemudian berdiri dan bersedekap, menatap Sakura dengan pandangan mencemooh.

"Entah hal apa yang telah kau lakukan pada suamiku, tapi yang pasti kau adalah perusak dirumah tanggaku dan juga rumah tangga temanmu mungkin? Jika kau mengakuinya" Sadar siapa yang tenten maksud, Sakura diam menatapnya tajam.

"Aku bisa saja mencemarkan nama baikmu, tapi untuk saat ini sebaiknya aku diam dan menunggumu hancur dengan sendirinya. Akan ada kepuasan sendiri saat aku melihat mu hancur dengan sendirinya tanpa ada campur tangan diriku didalamnya, karna itu menandakan banyak orang yang tidak suka terhadapmu. Dan kurasa kau seharusnya sadar"setelah mengatakan hal itu tenten berjalan keluar rumah Sakura dengan santainya.

Meninggalkan Sakura yang sudah berkaca-kaca menahan amarah dan emosinya.

Setelah tenten benar-benar meninggalkan rumahnya, Sakura terduduk dengan perasaan yang campur aduk.

Ia menutupi wajahnya dan mencoba berusaha untuk menahan air matanya, ia hanya tidak ingin menangis karna masalah sepele seperti ini.

Karna pada dasarnya masalah dihidupnya lebih besar daripada masalah ini, ia tidak boleh lemah. Ia harus tetap terlihat kuat, ada ataupun tidaknya orang yang membencinya ia harus tetap berusaha tetap kuat.

Karna musuh terbesarnya bukan orang-orang yang membencinya, musuhnya hanya satu dan dia Sangat berbahaya.

Sakura menoleh begitu ponselnya yang disimpan diatas meja berbunyi cukup nyaring, ia dengan gerakan malas mendekat dan melihat siapa orang yang menelfon nya.

Dan setelah melihatnya ia mengernyit bingung, karna nomor Sasukelah yang menghubungi nya. Setelah kejadian hari itu jarang-jarang Sasuke menghubunginya lewat telfon karna jika ada hal yang ingin Sasuke sampaikan biasanya pria itu langsung bicara kepadanya.

Trauma 2Where stories live. Discover now