18:: Bunda sakit, Kita khawatir

Start from the beginning
                                    

Sebelum masuk ke ruangannya, Jisoo absen dengan menggunakan finger print terlebih dahulu lalu mengambil teh hangat yang sudah disediakan oleh staf OB.

Hari ini ia hanya memakai pakaian yang simple, yaitu celana bahan berwarna abu dan kemeja putih. Tapi tetap saja tidak melunturkan kesan cantik dan berkharisma pada dirinya.

Bahkan tak jarang pula dirinya dijadikan bahan pembicaraan oleh para guru senior yang bisa dibilang iri padanya.

Bagaimana mereka tidak iri? Jisoo cantik, cerdas, baik, dan disukai banyak murid.

Jisoo juga selalu mendapat sindiran setiap harinya.

Katanya , "mau ngajar atau tebar pesona?"

"Senyum terus biar ada yang kepincut"

"Daripada jadi guru lebih cocok jadi model majalah, gayanya itu lohh"

Jisoo sih cuma bisa sabar aja, namanya juga emak-emak nyinyir. Tapi tenang aja nggak semua guru seniornya begitu kok. Bahkan ada satu orang yang Jisoo anggap sudah seperti ibunya sendiri, namanya Bu Siti.

"Aduh si geulis baru datang?" Sapa Bu Siti disaat Jisoo hendak masuk ke ruangannya

"Eh ibu, pagii" Jisoo lantas mencium tangannya dan tersenyum manis.

"Yeuh nya ibu dari jauh udah ngeliatin kamu, kata ibu meuni geulis-geulis teuing anak ibu teh" Puji Bu Siti yang berhasil membuat Jisoo terkekeh

"Bisaan ih si ibuu"

"Oh nya, ai si neng udah sarapan belum? Kalau belum ayo sarapan bareng ibu, hari ini ibu bikin nasi liwet plus sambel kesukaan kamu, ih ngeunah pisan pokonya mah!"

(Ngeunah pisan : enak banget)

"Yahh, aku ada ngajar pagi buu, ntar takutnya mules. Kalau pas jam istirahat aja, gimana?"

"Okee siapp nanti sama ibu pisahin buat si neng, yaudah tuh jug siap-siap"

"Iya buu"

Tangan ibu menepuk pelan pipi Jisoo dan bisa Jisoo rasakan kasih sayang tulus melalui tangan itu.

Jisoo masuk ke ruangannya dan perasaannya mendadak kelabu. Dulu saat SMA pun ia memiliki guru yang sangat dekat dengannya, yang selalu mensupportnya bagaimanapun keadaannya. Dan satu tahun lalu ia dipanggil yang maha kuasa karena penyakit jantung yang dideritanya.

Tanpa sadar air mata Jisoo mengalir, ia selalu mengingat pesan beliau, "Kalau nanti ayu jadi guru, ayu harus jadi guru yang penyabar dan perhatian meskipun sering dianggap remeh sama murid-murid. Dan sewaktu ayu nyampein ilmu, ayu harus ikhlas biar ilmu yang ayu punya bisa diterima baik. Dan sesulit apapun nanti keadaannya, ayu harus inget kalau ibu selalu support ayu karena ibu yakin kalau ayu itu anak yang kuat."

Dan disaat pintu ruangan terbuka, Jisoo mengusap air matanya kasar. Ah, itu ternyata Irene.

"Eh? Habis nangis?" Tanyanya

"Hmm, tiba-tiba keinget guru waktu SMA"

"Oalahh kirain karena omongan pedes emak-emak nyinyirr" Irene duduk di bangkunya lalu mulai menata peralatannya.

"Cuma omongan kaya gitu mah nggak bisa bikin gua nangis ren"

"Nangis sih enggak, cuma kesel kan ya?!"

"Eitss sabar ren sabarr"

"Abisnya gedek taugaaa"

Jisoo tertawa pelan, sebab yang menjadi sasaran nyinyir memang bukan hanya dirinya tapi para guru muda lainnya juga.

Crazy Network Engineering (discontinue)Where stories live. Discover now