Melihat kedatangan Anya kerumahnya sudah membuktikan jika wanita itu memang menyukainya. Tapi kembali lagi pada Bagus, dia hanya mengagumi kecantikan wanita itu. hatinya masih terasa hambar sampai sekarang meski dia sudah dekat dengan Anya dari pertama dia bekerja dirumah sakit.

"Makasih Anya sudah repot-repot bawain saya makanan"

"Sama-sama pak." Anya menyelipkan rambut ke belakang telinganya, sambil malu-malu kucing. "Oh iya pak, saya gak di ajak masuk nih?"

Belum juga Bagus menyuruh Anya masuk kedalam rumah, terdengar teriakan dari lantai atas.

"PAK BAGUS INI KO BESI JEMURANNYA SUSAH BERDIRI YA" itu Suara Pembantunya di atas, tempat menjemur. Sampai menggelegar terdengar ke bawah.

Bagus melotot kaget. Bagaimana kalo Anya tahu Bagus dia tinggal dengan seorang perempuan di rumah ini. Yah meski pembantu, tapi Marni itu cantik, pasti timbul kecurigaan dibenak Anya.

"Pak suara siapa itu?" Tanya Anya.

"Oh itu paling suara pembantu tetangga saya, sampe terdengar ke sini."

Namun tak berapa lama suara menggelegar Viola terdengar lagi. "PAK BAGUS KO LAMA BANGET INI SAYA MAU JEMUR."

Anya mengerutkan dahinya, dia tidak salah dengar. Wanita yang tadi berteriak memang memanggil nama 'Pak Bagus'.

"Tapi saya dengernya dia neriakin nama Bapak." Tanya lagi Anya.

Bagus kelimpungan sendiri menjelaskannya. Itu Si Marni kenapa sampe teriak-teriak sih. Padahalkan dia bisa memanggil Bagus langsung ke bawah. Namun...

BUSET SI MARNI BENERAN MAU TURUN KE BAWAH.

Buru-buru saja Anya diseret bagus keluar. Kalo sampe Anya melihat Marni. Mungkin wanita itu bakalan berpikir macam-macam.

"Dia pembantu baru saya, kamu bakalan gak tahan denger teriakannya. Orangnya bawel banget, kita ngobrolnya jangan di rumah saya yah!"

Bagus segera menutup pintunya, takut Anya dan pembantunya bertemu. Namun Anya hanya mengangguk saat Bagus membawa Anya keluar.

***

Bagus membawa Anya ketaman kota. Tamanpun tampak tak terlalu ramai, karena cuaca belum terlalu panas alias masih pagi. Hanya beberapa orang yang sedang Joging yang terlihat.

Anya melepaskan seragam putihnya lalu duduk di bangku taman bersama Bagus.

"Ko Pak Bagus bawa saya ke taman? katanya pak Bagus lagi sakit?"

"Kamu gak suka saya bawa ketaman?"

"Eh nggak ko. Saya suka. Apalagi kalo perginya sama Bapak." Anya berujar tampak bahagia.

"Yasudah kalo kamu suka. Gak ada masalah kan?"

Anya mengangguk. "Oh iya pak, saya bawa bubur ayam. Silahkan di makan!"

"Nanti saja saya masih belum lapar. Lagian yang sakit bukan saya. Rian pasti bohong ngasih info ke kamu"

"Oh Ya? terus siapa yang sakit?"

Lagi! dia ko bisa keceplosan. Kenapa dirinya tidak berbohong saja mengikuti alur asistennya.

"Eh maksud saya... Saya sekarang udah lumayan sembuh ko. Jadi kamu jangan terlalu khawatir!"

My Perfect Majikan (Terbit)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu