Epilog.

37.4K 6K 1K
                                    

Malam itu Haechan berdiam diri di tepian pantai dengan tangan membawa sebuah bingkisan kado,

Kado dari orang yang sekarang telah pergi.

Haechan bertarung dengan pikirannya sendiri, ia masih tak habis pikir jika semua ini mungkin terjadi. Air matanya tak lagi memaksa keluar, Haechan hanya diam tak tahu harus melakukan apa? Bahkan untuk pulang saja ia tidak tahu bagaimana caranya.

Jam saat ittu sudah menunjukan hampir pukul 2 pagi, jalanan kota sudah sangat sepi, dan kendaran umum pasti sudah tidak ada.

Ia menggenggam ponselnya, befikir kepada siapa ia harus meminta pertolongan?

Pada akhirnya jarinya bergerak untuk menghubungi Mark. Namun nihil, ia tidak mendapat jawaban.

Sama halnya dengan Hendery, Renjun-- tak ada satu pun yang menerima panggilannya.

Muungkin sudah tidur, batinnya.

Haechan menatap kearah laut lepas yang sebenarnya sudah tidak terlihat karena gelapnya malam, ia hanya diam menikmati suara deburan ombak yang saling bertabrakan, hingga dering ponsel mengusik heningnya,

Nama Dejun tertera pada layar ponselnya yang membuatnya sedikit bingung namun tetap menerima panggilan itu.

"Ada apa, Chan?" Tanya suara disebrang sana yang membuat Haechan semakin bingung.

"Lo yang ada apa Jun?" Tanya Haechan balik menbuat orang disebrang sana terkekeh.

"Eh sorry sorry--,"

"Gua lagi dirumah Hendery. Tadi lo missed call ke dia empat kali, gua kira penting Chan? Henderynya tidur." Dejun menjelaskan dengan panjang lebar, yang membuat Haechan mengangguk paham walau tak bisa Dejun lihat.

"Jun," panggil Haechan.

"Motor ada?" Lanjut Haechan bertanya.

"Banyak. anak-anak lagi pada nginep dirumah Hendery. Mau kesini?" Tawar Dejun.

"Jemput gua dulu, bisa?" Pinta Haechan yang disetujui oleh kawannya itu.

Haechan berjalan, melangkah sendirian ke tempat yang mudah kawannya itu temukan. Lalu menyesap benda bernikotin m, sembari menunggu sang kawan datang.

Butuh waktu cukup lama untuk Dejun tiba di tempat yang Haechan beri tahu. Pasalnya Dejun sendiri bingung, untuk apa kawannya itu ada di sana saat pagi buta seperti ini?

Senyum Haechan merekah saat menghampiri motor kawannya itu. "Widih, baik banget lo mau jemput jauh-jauh kesini!" Kata Haechan yang dibalas hanya dengan senyuman oleh kawannya itu.

Untuk sesaat tadi mereka berdua hanya diam selama perjalanan.

Namun Dejun tetaplah Dejun, diamnya dia adalah peduli.

"Gue anter balik ya? lo gausah kerumah Dery," ucap Dejun.

"Yehh, kok lo ngelarang gua kesana sih?" Tegur Haechan walau dalam hatinya ia bersyukur.

"Dipikir gua baru kenal lo kali? Hahaha," tanya Dejun dengan tawanya membuat Haechan tertawa dan menepuk bahu kawannya yang sedang mengendari motor itu.

Tak lama setelah percakapan itu mereka berdua tiba dikediaman Haechan.

"Nginep sini aja Jun temenin gua," ajak Haechan.

"Najis ah, nanti gua lu apa-apain," candanya.

"Anjing. Gua gak doyan laki ya, bangsat," omel Haechan, lalu keduanya tertawa puas.

Karena permintaan Haechan jadi lah malam ini Dejun bermalam dirumahnya. Ada sedikit canggung karena Haechan sebenarnya tidak terlalu dekat dengan Dejun, namun itu semua dapat teratasi dengan baik. Nyatanya pada malam itu, Dejun menjadi satu-satunya orang yang mengetahu tentang cerita Haechan.

HIDUP. || END. [HAECHAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang