Day 2.

39.8K 6.6K 1.6K
                                    

Pagi ini Haechan terbangun masih lengkap dengan kaos dan celana jeans yang ia kenakan saat kuliah kemarin.

Semalam saat sampai rumah ia langsung bermesraan dengan sang mimpi tanpa sempat membersihkan diri terlebih dahulu.

Haechan menyeduh susunya sendiri di dapur, sudah rutinitas semenjak ia kecil- saat bangun tidur ia harus meminum segelas susu, tak perduli akan isi perutnya yang berdemo minta dikeluarkan beberapa saat setelah susu itu habis.

Setelah besiap dan menbuang isi perutnya yang berdemo tadi, sekarang Haechan sudah rapih dengan jeans belel dan kaos abu. Sederhana, namun pesona seorang Haechan yang luar biasa membuat ia terlihat sangat tampan walau hanya berbalut kaos rumahan.

Haechan memandang motor vespa yang terparkir digarasi rumahnya- vespa milik mendiang kakaknya lah yang akan gunakan untuk berkendara karena motor ninjanya hancur total tidak tertolong.

Haechan terlihat berfikir sejenak, apa ia benar - benar akan melawan traumanya sekarang? Batinya beperang dalam diam.

****

Pagi itu suasana warung Abah masih sepi. Hanya ada Mark, Renjun dan Dejun disana yang menikmati segelas kopi dan semangkuk bubur ayam.

"Jun" panggil Mark, lalu Dejun dan Renjun menoleh disaat bersamaan membuat Mark tertawa- receh memang.

"Renjun maksud gua sorry sorry" kata Mark lagi masih diselingi tawa membuat Dejun mendelikan matanya kesal.

"Jun,"

"Apwaa?" Jawab Renjun dengan mulut yang masih penuh dengan bubur.

"Haechan bawa motor beneran?"

"Gatau"

"Kemaren dia bilang apa?"

"Gitu"

"Gimana?"

"Yagitu, Mark"

"Ah anjing, gaada guannya gua nanya sama lu" umpat Mark karena tak kunjung mendapat jawaban yang jelas dari Renjun.

"Ya makanya nanya sama guanya aja langsung" kali ini bukan Renjun yang menjawab, tapi orang yang sedari tadi dibicarakan lah yang menjawab.

Medengar jawaban itu Mark langsung menatap sosok kawannya dari atas sampai bawah memastikan bahwa itu benar - benar kawannya.

"Selamet lo sampe sini Chan?" Tanya Dejun pada Haechan.

"Selamet lah goblok"

"Naik motor?"

"Naik buroq!"

"Mantep"

Ya begitulah kalau Dejun mengajak orang berbicara, singkat namun cukup untuk membuat orang kesal.

Mereka tidak tahu saja ada badan yang gemetar saat mengendarai motor itu. Jalan ke kampus yang biasa Haechan tempuh hanya 10 menit, tadi ia tempuh hampir 30 menit.

"Teh, Haechan berhasil sampai kampus...." itulah kata - kata yang pertama Haechan ucap setelah memarkirkan motornya di parkiran kampus tadi.

****

Hari itu berjalan seperti biasanya,

Langit sore hari itu terlihat gelap tertutup awan hitam yang terlihat akan melepas airnya dan membasahi bumi.

Haechan terdiam di parkiran motor, ingin menghubungi kawan - kawannya tapi terlalu gengsi. Berdiam diri pun membuatnya semakin gelisah.

Rasa takut itu datang lagi karena cuaca mendung sore itu, ia takut mengendarai motor dibawah hujan, ia belum berani untuk itu.

HIDUP. || END. [HAECHAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang