Day 5.

36.4K 5.9K 1.6K
                                    

Hari itu tepat 6 Juni 2018, hari terakhir Haezhel memiliki kesempatan untuk hidup di dunia yang bertepatan dengan hari ulang tahun adiknya-- Haechan.

Haezhel bersiap untuk pergi ke sebuah taman bermain yang berada di dekat laut. Niatnya setelah puas bersenang-senang, bermain di taman bermain, Haezhel ingin mengajak Haechan untuk menikmati indahya laut di kala malam.

Ia ingin menikmati damainya suara deburan ombak bersama sang adik.

Setidaknya hari ini ia ingin menikmati hari terakhirnya bersama sang adik, membuat sang adik senang bagaimanapun caranya.

Haezhel sedang mengikat tali sepatunya, lalu ia memasukan semua 'kado' untuk adiknya kedalam tas ranselnya.

Haezhel menatap seisi kamar kosannya--kamar yang sampai sekarang ia sendiri tak tahu bagaimana bisa ia berada disana.

Setelah ia puas memandangi kamarnya, ia bergegas keluar dan pergi ketempat tujuan.

****

Pagi ini Haechan sedang memandang pantulan dirinya di kaca.

"Ambu! Cakep banget anak ambu yang satu ini" ucap Haechan berbangga- lebih tepatnya membanggakam dirinya sendiri.

Hari ini ia memadukan jeans putih dengan kaos hitam yang memiliki sedikit gambar, dan tak lupa sebuah kacamata yang bertengger di batang hidungnya.

Baru saja ia akan berangkat untuk pergi ke tempat ia akan bertemu dengan Haezhel, ponselnya lebih dulu berdering nyaring.

Haechan melihat nama Mark yang tertera sebagai pelaku. Dengan malas Haechan mengangkat panggilan tersebut,

"Halo?" Sapa Mark lebih dulu.

"Hah? Gua buru-buru nih!" Sahut Haechan dengan tangan sibuk membuat simpul pada sepatunya.

"Buset yang lagi ulang tahun sibuk banget kayaknya?" Kali ini suara Hendery lah yang terdengar disebrang sana.

"Ngucapin engga, ngebacot doang lo Der bisanya," sahut Haechan laku disebrang sana terdengar suara tawa dari kawananya.

"Ketawa doang gua matiin nih? Mau cabut gua," ucap Haechan lagi, kali ini dengan dia yang sedang sibuk mengunci pintu rumahnya.

"Mau kemane, Bro? Sini lah warung Abah," kata salah satu kawannya disebrang sana.

"Iyaa, besok ya sekalian gua traktir lo semua," ucap Haechan asal, agar kawannya diam.

"Mantap, siap pak bos! Kita ucapinnya besok aja ya sekalian traktirannya?" Kata Renjun diiringi tawa yang lain.

"Berisik." lalu Haechan memutus panggilan itu, dan bergegas menuju taman bermain--sesungguhnya saat ini ia sudah telat.

****

Haechan berlari kedepan pintu masuk taman bermain dengan nafas yang tersenggal-senggal, sedangkan perempuan yang melihatnya kelelahan hanya mampu menahan tawanya.

"Kamu ngapain sih lari-lari?" Tanya Haezhel tak tega melihat Haechan yang sedang berjongkok menyesuaikan nafasnya.

"Gua kes- keshi- kesingan..." jawabnya dengan nafas yang belum teratur.

Haezhel melirik jam ditanganya lalu tertawa.

"Kamu baru telat tiga puluh menit, aku kan gabakal kemana-mana," kata Haezhel.

Haechan di bawah sana sedang sibuk meneguk sebotol air mineral dingin-- air itu milik Haezhel karena Haechan tidak sempat membeli minum lebih dulu.

Setelah usai puas minum dan menetralkan nafasnya, ia baru menanggapi ucapan perempuan disebelahnya.

"Terakhir kali gua telat jemput Teh Icha, Teh Icha meninggal."

HIDUP. || END. [HAECHAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang