Enem

64 7 31
                                    

"Kowe sadeyan, aku tuku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kowe sadeyan, aku tuku."

_____________________________________





"Mara...."

"Mara.... Bangun Nak."

Sebuah cahaya perlahan masuk, seiring dengan terbukanya secara perlahan kelopak mata Mara. Kepalanya kemudian berdengung hebat merasakan pusing seketika.

"Mara!"

Banyak suara teriakan di sekitarnya yang cukup menganggu. Seakan menuntutnya untuk segera sadar. Rasanya Mara benar-benar ingin marah dan menghentikan celotehan-celotehan itu.

Hingga dia kembali sadar tentang sesuatu yang telah menimpanya.

"Ayah!" teriaknya yang langsung bangkit terduduk, wajahnya penuh dengan kecemasan dan langsung menoleh mencari sosok yang ia panggil.


Lalu sebuah pelukan hangat menghujaminya, diikuti suara tangis yang menggetarkan jiwa. Mara menangis sejadi-jadinya. Memeluk balik pawakan pria tinggi yang kini tengah memeluk dirinya.

"Ayah...." Mara terisak sambil terus mengeluarkan air matanya, sesekali dia menyedot ingusnya kembali dan juga mengusapkan ingus yang lagi-lagi turun ke baju ayahnya.

Teman-teman Mara ikut terharu melihat adegan Indosiar itu. Tentunya dengan Bunga dan Sofi yang saling berpelukan sambil memakan bakwan goreng pemberian para tetangga.

Tidak lupa pula dengan Ical yang menangis tersedu-sedu di pundak Fian yang sedang memeluk lengan Doni yang juga sedang mengusap ingusnya dengan kaos yang ia pakai.

Kemudian ayah Mara yang diketahui masih selamat karena telah berlindung di bawah meja pohon jati itu melepaskan pelukan, lalu menunjukkan foto sang istri yang ia selamatkan. Mara memukuli bahu ayahnya kemudian mengambil pigura itu dan menciumnya, memeluknya dengan penuh kasih sayang.

***

Di hari berikutnya Mara tetap datang ke sekolah, walaupun kondisinya memang tidak memungkinkan. Sebenarnya bukan tanpa alasan dia datang ke sekolah. Setelah tragedi kemarin, dia merasa perlu mendapatkan semangat dari Rafar dengannya cara melihat lelaki itulah walaupun hanya sekilas.

Rasanya menghirup udara di area yang sama bagaikan makan mie ayam semangkuk berdua dengan mie yang saling terhubung ketika makan secara bersamaan. Ada adegan di mana keduanya saling bertatapan hingga membuat debaran jantung lebih terasa, sekiranya seperti itu penyemangat di hari-hari Mara.

 Jangan Cium!  : SoobinWhere stories live. Discover now