[4.2] Sebelah

391 104 2
                                    


Secret Number — Who Dis?
00:01●━━━━━───── 03:13
 ◁ㅤㅤ❚❚ㅤㅤ▷

——



















Setelah perkenalan kamu sama Woobin sebulan, kamu jadi jarang pesan apa-apa lewat aplikasi. Alasan kamu takut kalau Woobin ketemu sama kamu, apalagi dia yang ngambil orderan kamu.

Apalagi kalau lagi di kelas, kamu sering was-was soalnya kamu satu fakultas sama Woobin dan kalian satu kelas. Masih takut lihat ekspresi dia. Bukan apa-apa sih, waktu itu kamu agak bermasalah sama jantung kamu. Kamu ngiranya itu sakit atau gimana, tapi setelah kamu konsultasi sama Serim, tetangga kos kamu, katanya kamu punya rasa sama dia.

Aneh banget, kamu ketemu sama Woobin aja baru beberapa kali. Bahkan kalau lagi di kelas, Woobin jarang lihat kamu atau sekedar menyapa kamu. Ya mungkin dia sifatnya di kampus sama di dunia luar kampus itu beda kali ya. Jadi agak beda kalau misalnya ketemu Woobin di kampus. Tapi kamu nggak naif, kamu selalu lihat ke arah tempat duduk Woobin.

Cowok semacam dia ini harus di lestarikan. Soalnya dia ini salah satu tipe cowok yang harus duduk di depan. Beda banget sama kamu yang harus banget duduk di belakang dan lumayan sepi. Kalau Woobin tujuannya duduk depan biar ngerti pelajaran tapi kalau kamu duduk belakang sudah jelas kan tujuannya buat apa? Yap, nyolong waktu untuk tidur sebentar tidak bersalah kan?

Tapi sebentar, kamu merasa ada yang aneh sama bangku di sebelah kamu. Mendengar ada suara grasak-grusuk, mau tidak mau kamu harus berbalik badan dan mengecek apa yang terjadi.

Astaga, dia Woobin.

Kenapa cowok itu malah ikutan duduk di bangku yang biasa kamu duduki? Bukannya dia biasanya duduk di depan? Kenapa tiba-tiba malah duduk di belakang, apalagi ini duduk bareng kamu.

"Astaga, Woobin. Kamu ngapain disini? Nggak duduk didepan? Sebentar lagi dosen dateng loh, kamu mau ketinggalan pelajaran kalau duduk disini?" Tanya kamu bertubi-tubi mengingat bahwa 10 menit lagi kelas akan dimulai dan Woobin masih tidak bergerak dari tempatnya saat ini.

"Nggak apa-apa, ikut duduk di sini. Sekali-sekali nyolong waktu tidur sama kamu"

Seketika matamu melotot mendengar penuturannya yang bisa dibilang agak aneh, "Apaan sih? Aku nggak tidur ya, udah sana buruan balik ke bangku kamu!!"

Tapi Woobin tetaplah Woobin. Nggak mau pindah walau sudah kamu usir beberapa kali.

Akhirnya kamu merelakan jam kelas kamu kali ini untuk tetap memperhatikan dosen yang menjelaskan dengan Woobin yang sibuk menjahili kamu setiap saat.

Sebenarnya, kamu merasa ada yang aneh waktu Woobin jahilin kamu. Ada sesuatu yang berdetak cepat waktu Woobin senyum. Oh, Jantung kamu!!

"Pulang sama siapa?"

Tetap saja, Woobin. Siapa lagi kalau bukan dia. Terpaksa kamu harus menjawab pertanyaannya. Hish, bisa tidak sih Woobin tidak usah tersenyum. Jantung kamu tidak sehat kalau begini.

"Nebeng Serim kok"

"Beneran? Serim yang anak Komunikasi itu kan? Nggak bisa, dia masih ada kelas sampai malem. Kamu mau nungguin dia sampai malem?"

Sial, kenapa Serim harus ada kelas. Huh, gagal menghindar kalau begini.

"Terus? Kamu mau nebengin aku gitu?"

Woobin menggeleng, loh. Kamu pikir dia akan menawari kamu tumpangan.

"Order dulu, aku ambil abis itu ayo pulang"

Hah, ini Woobin udah gila atau gimana?

"Nggak ah, nanti harus bayar. Kamu pamrih ya?"

Woobin tertawa, Ya Tuhan. Kenapa tawanya malah semakin manis. Ini kalau seperti ini terus jantung kamu bisa keluar mencuat menuntut Woobin untuk tanggung jawab.

"Tenang aja, aku yang bayar kok. Udah gih pesan aja!!"

Demi pulang dengan gratis, kamu mengiyakan ucapan bodoh Woobin. Persetan dengan yang lainnya. Kamu hanya harus pulang dengan selamat dan yang lebih penting uang kamu tidak berkurang.

"Udah, ayo pulang"

Akhirnya, kamu pulang dengan Woobin yang mengendarai motor hitam miliknya. Jangan lupakan helm putih yang melindungi kepalanya dan hoodie hitam yang melindungi kulitnya.

Perpaduan yang tampan untuk seorang Woobin. Ah pikiran kamu sepertinya mulai kemana-mana. Sudahlah, kamu harus pulang dan langsung rebahan.


Hampir 25 menit sudah perjalanan kamu dari kampus ke kosan kamu. Akhirnya kamu turun dari motor hitam milik Woobin. Mengembalikan helm hitam yang kamu pakai ke Woobin.

"Makasih ya bin, maaf ngerepotin. Aku masuk dulu ya"

Baru saja kamu mau berbalik badan dan berjalan masuk ke kosan kamu, tangan kamu ditahan oleh Woobin. Ada apa lagi sih, pikirmu. Bisa gawat kalau kamu terus-terusan ngobrol sama Woobin. Nggak baik untuk kesehatan jantung.

"Nggak pengen tau aku ngekos dimana?"

Kenapa tiba-tiba Woobin nanya seperti itu! Memangnya dia ngekos dimana?

Jangan bilang—?





"Sebelah kosan Serim"

BOOM!?!!!

Firasat kamu nggak meleset. Kamu sudah mengira kalau Woobin kenal sama Serim.

Ini kenapa circle kehidupan kamu sebenarnya nggak jauh dari Woobin?

Mau menghilang aja rasanya?

"Yaudah masuk sana, jangan keseringan ngelamun, nggak baik. Kalau butuh apa-apa, mampir ke kosan aku"






































❝ Ojek Online — Seo Woobin ❞

This is Cravity [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang