Allea merasakan tangannya bergetar hebat, namun itu tidak membuatnya lemah.

"Ayo sayang," ujar Alex menarik pinggang Allea secara paksa.

Allea malah melepaskannya dan menghampiri Arland. "All, aku tau kamu cuma becanda. Aku mohon, kita udah sejauh ini. Kamu gak mungkin malah milih dia," lirih Arland frustasi.

"Cukup nge-drama. Gue cuma mau balikin cincin lo. Soalnya gue gak butuh," kata Allea datar dan melempar asal kotak cincin itu ke wajah Arland.

Arland mendongak, menatap lekat wajah yang sama sekali tidak menunjukan raut sedih, penyesalan dan kecewa. Semuanya, datar.

"Ayo, Lex,"

Tanpa bersalah, keduanya langsung melenggang pergi tanpa mau menatap yang lainnya yang menatap mereka benci.

Sesampainya di parkiran, Allea langsung berlari karena tidak ingin ada yang melihat tangisnya yang pecah.

"Hiks, maafin aku. Maaf," gumam Allea pedih. Bagaimana tadi sakitnya saat Arland memaksakan turun, terjatuh bahkan saat tangan kirinya sama sekali tidak bisa berfungsi.

Alex yang baru masuk ke dalam mobil berdecih. "Udahlah sayang, yang penting cowok sialan itu gak mati sia-sia,"

Allea menatap Alex tajam. "Puas? Puas kan lo liat Arland kaya gitu hah?!" teriak Allea nyaring.

"Sangat puaa, sayang," ujar Alex sensual. Alex pun menarik tekuk Allea hendak mencium gadis itu, namun Allea menolak.

"Gue gak suka ditolak! Inget itu!" bentak Alex menarik wajah Allea dan mencium bibir gadis itu kasar.

Allea tersentak, sekuat tenaga ia memberontak namun Alex sama sekali tidak ingin melepaskan cumbuannya.

"Akh!" jerit Allea saat bibirnya di gigit. Allea pun bisa merasakan cairan kental berwarna merah yang mengalir di sudut bibirnya.

Alex tercengang kaget. "All, ma-maaf ak--"

"Gue mau pulang," sela Allea membuang muka Ke arah luar.

"Sayang--"

"Pulang!" tekan Allea semakin dingin.

Memilih menurut, Alex berharap ini awal yang bagus untuk memonopoli gadisnya nanti.

•••

"Dokter, Alle mohon. Lakukan sebisanya, paksa dia untuk mengikuti trapi dan semacannya dok!" seru Allea khawatir. Tidak! Lebih tepatnya memaksa agar dokter itu menurutinya.

"Maaf nona. Tetapi pasien keras kepala, bahkan perawat ada yang sampai pingsan gegara pasien mengamuk, " tutur dokter itu sedih dari sebrang sana.

Isakan kecil pun mulai terdengar. Apa separah itu kah? Sampai-sampai Arland sama sekali tidak memikirkan kondisi cowok itu sendiri.

Jika Allea bisa, ia akan memaksa cowok itu sendiri. Namun, itu sangatlah mustahil.

"Om Niko, Alle mohon. Kali ini, bantu Alle. Bantu dia, cuma Om harapan Alle satu-satunya," ujar Allea lirih. Bahkan gadis itu tidak kuat lagi menahan tubuhnya dan ambruk di lantai.

Dokter yang di panggil Om itu menghela nafas kasar. "Keponakan Om, Om bakalan berusaha. Jadi jangan sedih ya," kata Om Niko menyemangati.

"Gimana Alle gak sedih Om. Alle sendiri penyebabnya, Alle sendiri yang buat dia menderita," kata Allea akhirnya kembali menangis pilu.

Silahkan saja jika ada yang ingin menyalahkannya. Kalian tidak akan tau rasanya berada di posisinya, berada di titik yang paling sulit. Memilih pilihan yang sama sekali menyakitkan, itulah yang ia alami saat ini.

My BadBoy In Sweet ✔️[SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now