🌻MBBIS🌻62

50.3K 2.8K 676
                                    

Happy reading🌹



Ujian cinta kadang datang dalam berbagai bentuk yang tak terduga. Menguji setiap pasangan apakah mereka mampu bertahan atau tidak. Menilai apakah salah satu dari pasanganmu itu akan sanggup bertahan atau malah menyerah.

Hidup memang sulit ditebak. Akan ada yang datang dan pergi secara bersamaan. Tentang perihal cinta yang menjadi landasan utama seseorang untuk bersatu dan bersama

Kini, suasana sangatlah mencengkam. Derasnya hembusan angin sama sekali tidak bisa mengalahkan bagaimana raut khawatir seseorang saat ini.

Pakaian yang kusut, wajah sembab dan rambut yang acak-acakan, dan tentunya air mata yang masih setia menemani gadis itu.

Tanpa mau menghiraukan tatapan orang-orang. Alle langsung berlari menelusuri koridor yang nampak ramai saat ini.

Dibelakangnya, ada dua sahabatnya yang mengekor dengan raut panik yang sangat kentara.

Sesampainya diruang ICU, Alle langsung mendekati Varel. "Arland kenapa? Dia baik-baik aja kan? Dia gak kenapa-napa kan? Varel jawab gue?!" teriak Alle mengguncang-guncang tubuh Varel yang masih mematung didepannya.

"All, tenang dulu." kata Panji menarik Alle supaya gadis itu tenang. Namun, Alle langsung memberontak.

Mata Alle menatap tajam. "Tenang? Cowok gue lagi berjuang didalam sana! DAN LO BILANG TENANG!" teriak Alle terbawa emosi.

"All," ujar Mika lirih.

Alle menepis tangan Mika saat gadis itu hendak menyentuhnya. "Minggir! Gue mau masuk! GUE BILANG MINGGIR!" teriak Alle memberontak kasar.

"All tenang! Arland lagi ditanganin dokter. Jangan kaya gini, All." ujar Varel mengusap bahu gadis yang bergetar hebat itu.

Alle kembali ambruk. Panji pun dengan sigap memeluk gadis yang sangat terlihat kacau itu.

"Arland gak kenapa-napa kan, Pan? Dia baik-baik aja, kan?" lirih Alle mencengkram kuat kerah baju milik Panji.

"Doa sama-sama ya, All. Arland pasti baik-baik aja." ujar Panji mengusap-usap punggung Alle lembut.

Seorang suster tiba-tiba datang, membuat mereka semua menoleh. "Maaf, saudari Allea?" panggil suster itu.

Alle yang merasa terpanggil pun langsung berdiri. "Saya suster, kenapa?" ujar Alle masih sesenggukan.

Suster itu mengeluarkan kotak kecil merah yang tentunya berisi cinin lamaran. "Sebelum pasein benar-benar tidak sadar, dia meminta saya untuk memberikan ini kepada Nona." kata suster itu. "Permisi," ucap suster itu pergi.

Alle pun mengambilnya dengan tangan yang gemetar. Jadi ini memang benar? Arland akan melamarnya? Bahkan kotak cincin ini masih terkena darah, menandakan bahwa Arland memang ingin melamarnya saat itu juga.

"Hiks, Arland! Bahkan aku belum sempet bilang iya, buat jawaban lamaran kamu." kata Alle memeluk cincin itu dan menggenggamnya erat.

Keempat temannya menatap Alle sedih. Terutama Panji dan Varel yang sudah tau rencana itu sejak awal. Namun, mereka tak menduga akan terjadi hal seperti ini.

"Kamu bakalan baik-baik aja. Aku yakin, karna setelah kamu sadar aku bakal tagih janji kamu buat ngelamar aku." racau Alle tersenyum miris kepada cincin cantik itu.

"Arland pasti sembuh, All. Dia bakal tepatin janjinya." kata Mika memeluk sahabatnya erat.

Tangis Alle semakin pecah dengan tangan yang terkepal erat. "Bilang sama gue kalau ini cuma mimpi, Mik! Bilang! Gue gak sanggup, gak sanggup." jerit Alle tertahan.

My BadBoy In Sweet ✔️[SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now