Substitution

2.8K 197 6
                                    

Malam ini Lui memberanikan dirinya untuk mendatangi rumah Cellyn. Dia sudah siap jika harus dimarahi oleh om dan tante, dia juga sudah jika harus di toxic Cellyn. Jangankan masuk kerumah, entah-entah pas sampae gerbang dia sudah langsung di usir oleh satpamnya

Dia mengendarai mobilnya menuju rumah Cellyn namun sebelumnya dia membeli 2 martabak manis. Menurut dia sesuatu yang manis-manis banyak disukai orang-orang. Dia berhenti didepan gerbang Cellyn. Dia menarik nafasnya, merapikan pakaiannya dan menyetel senyuman seperti apa yang harus diberikannya

Dia memencet bel dan gerbang langsung dibuka oleh satpam. Saat hendak mengetuk pintu, sudah ada yang membukanya duluan, psikolog itu

“siapa ya?”

“hngg temennya Cellyn”

“kamu yakin mau temui dia? Kamu bakal dicuekin sama dia” ucap psikolog itu dan membuat Lui mengerutkan dahinya karena bingung

“yaudah kalo kamu maksa”

“bang, tante sama om dimana ya?” tanya Lui sambil berjalan mengikuti Rino

“pergi beli makan, bentar lagi juga balik kok”

Om dan tante sudah sampae rumah, memarkirkan motornya dan merasa bingung itu mobil siapa yang terparkir didepan gerbang mereka. Mereka langsung masuk kedalam untuk melihat siapa yang datang

Cklek

Rino membuka pintu kamar Cellyn, gelap, itulah hal pertama yang dilihat Lui. Lui masuk dan berjalan kearah Cellyn yang duduk dipinggir tempat tidur. Disaat yang berasamaan, om dan tante sampae dikamar Cellyn dan membiarkan Lui menuju kearah Cellyn

Lui berjalan pelan kearah Cellyn dengan tangannya yang masih memegang kantungan plastik yang berisi martabak manis dan hangat

Dia  berdiri dihadapan Cellyn. Dia menutupi cahaya yang menerangi wajah Cellyn. Bahkan Cellyn pun tak tau siapa yang ada didepannya karena hanya menatap perut seseorang itu. Cukup lama Lui berdiri sehingga Cellyn merasa terganggu dan akhinya hanya menutup matanya

Lui langsung mengambil posisi menekuk lututnya seperti bersujud dihadapan Cellyn. Lalu cahaya dari luar langsung menerangi wajah Cellyn. Lui terkejut melihat keadaan Cellyn saat ini, sangat-sangat berantakan, kantung matanya, pinggiran matanya yang menghitam, matanya yang bengkak dan sembab, hidungnya yang memerah. Lui menggenggam tangan kiri Cellyn dan mengelus punggung tangannya dengan lembut

Cellyn mengenali aroma tubuh itu dan sentuhan yang ditangannya sekarang ini. Cellyn menitikkan air mata, menarik nafasnya lalu membuka matanya pelan-pelan. Cellyn terkejut karena melihat orang yang menghindarinya selama ini ada didepan dia. Dia menutup mulutnya menahan tangis yang tak terbendung lagi. Cellyn jatuh kepelukan Lui, pelukan yang menenangkan, pelukan yang hangat dan pelukan yang paling aman. Dia menumpahkan seluruh air matanya dibahu Lui

Dari luar kamar, om dan tante agak terkejut melihat hal itu. Sedangkan Rino merasa bahwa masalanya telah selesai, dia tak merasakan itu aneh karena memang begitulah kenyataannya

“ternyata obat penenangnya ada di perempuan itu om” Rino membuka suara

“dia pembuat luka sekaligus pemberi obat yang benar-benar menyembuhkan” lanjut Rino

“kalau om sama tante masih mau Cellyn tetap baik-baik aja, om ga boleh ngelepas perempuan itu atau menjauhkan perempuan itu dari Cellyn, karena apabila hal itu terjadi, om bakal kehilangan diri Cellyn sepenuhnya, mungkin tubuh dia disini, tapi jiwa dan raganya juga akan ikut menghilang. Saya pamit ya om, tante. Tugas saya sudah selesai” jelas Rino lalu pamit meninggalkan mereka yang masih berada diluar kamar Cellyn

Om dan tante pergi ke ruang tamu untuk mencerna perkataan Rino dan menetralisir pikiran negatif yang merambat otak mereka. Lui turun keruang tamu menemui om dan tante setelah mampu membuat Cellyn tidur. Lui menyalam om dan tante bergantian lalu duduk bersama dengan mereka

“Cellyn udah tidur om” ucap Lui takut-takut dan sambil meletakkan martabak dimeja

“maaf ya om. Saya ga ada maks-“

“makasih ya coach. Makasih udah mampu tenangin Cellyn. Cellyn cinta sama kamu kan?”

“hmm maaf om saya ngga bermaksud untuk itu, yaa saya tau kalo itu salah. Saya akan menjauhi Cellyn tanpa om minta” balas Lui sangat takut

“jangan” ucap om dan langsung ditatap oleh Lui

“om sama tante ngga marah. Kami mohon sama kamu untuk tetap tinggal. Saya mohon coach. Saya ngga tau apa yang akan terjadi pada saya jika melihat putri saya hancur seperti itu, saya moh-“

“iya om. Saya ga akan pergi. Saya akan tetap menemani Cellyn sampae kapanpun” Lui memotong ucapan om yang dibarengin dengan tangisannya

Mereka mengobrol dan menceritakan hal konyol yang dilakukan Cellyn untuk membuat Lui cemburu, menceritakan keadaan Max yang di camp, menceritakan aktivitas Lui selain melatih basket, mereka mengobrol sambil memakan martabak tadi

Lui merasa lega karena orang tua Cellyn fine-fine aja. Namun dia masih ragu dan tak berani harus mengatakan apa ke orang tuanya sendiri. Kalo cerita ke kakaknya, pasti dia di dukung penuh

Dan sekarang semua pikiran-pikiran itu bergejolak di dalam otaknya, dia tak tau mau melakukan apa. Dan cepat atau lambat, dia harus memberi tau hubungannya ke orang tuanya

Menakhlukkan Coach Basket (cmplt)Where stories live. Discover now