Ring Basket

5.2K 356 3
                                    

"Max, nama coach basketmu itu siapa?" tanya Cellyn sambil menyipit-nyipitkan matanya

"coach Lui manis" jawab Max dan Cellyn tertawa mendengarnya

"kenapa? Kok coach ku diketawain?" lanjut Max

"ishh, apa-apaan sih kalian manggilnya gitu, geli banget Max" jawab Cellyn sambil mengerdikkan bahunya

"emang kenyataannya coach Lui manis kok. Muka kakak juga bagus dengan raut masam begitu" seketika Cellyn ngedumel dan melempar bantal pada Max

"kakak iri ya? Tapi emang beneran kak, coach Lui itu manis, coba deh dilihat dari dekat"

"udah pernah pas ditoilet"

"hmm terus gimana? Max ga bohongkan? Kakak udah liat sendiri. Kalo kakak pandangin coach Lui manis sampe lamaaaa.... banget, kakak pasti suka sama dia. Sayangnya aku masih kecil banget kak jadinya ga bisa deketin coach Lui manis, jangankan coach, deketin temen sekelasku aja susah banget kak"

"ihh Max masih kecil ga boleh cinta-cintaan gitu"

"Max tau kok kakak kalo jomblo akut. Jadinya gini, iri sama aku kalo aku deketin temen aku"

"Max sumpah kamu bikin kakak darting, siapa yang ajarin kamu beginiiiii" Cellyn melempar bantal lagi dan ditangkap seperti bola basket oleh Max dan Max hanya mengangkat bahunya untuk menjawab pertanyaan kakak nya itu

"tapi kan, kalo aku jadi kakak, pasti aku akan coba dekatin coach Lui manis" Max membuyarkan lamunan Cellyn

"eh kok gitu? Harus banget"

"siapa sih kak yang ga mau berteman sama coach Lui manis? Dia itu cakeppp, manisss, tinggiiiii, putiiiii" ucap Max dengan melayang-layangkan tangannya keatas, mendramatisir

"tapi ga tau jomblo kayak kakak apa ngga?" Max tertawa

"terus kalo jomblo mau diapain hm?" selidik Cellyn

"pepet dong"

"ih gila!" Cellyn memekik

Cellyn memikirkan ucapan adeknya yang masih kelas 1 SMP itu. Perihal saat Max memuji Lui memang benar, namun terlalu lebay jika Max mengucapkan sambil menerbangkan tangannya

"umur pelatihmu berapa dek?" tanya Cellyn memecah keheningan

"masih belasan gitu sih kak. Tapi aku lupa berapa belas. Makanya aku suruh kakak pepet coach Lui manis karena umur kalian ga beda jauh. Recommend banget kak" jelas Max

"terus kan, orangnya ga mau marah gitu, dia selalu menghela nafas kalau misalkan kami ribut dibarisan, panjang sabar banget kak. Cocok buat kakak yang judes, cerewet dan cemburuan, uwu"

"ih apa sih Max ga jelas banget, kok kayak ngendorse gitu, recomen-recomen" Cellyn menggerutu

"aku minta privat latihan basket ah ke Papa"

"ih supaya apa Max?" tanya Cellyn sambil menautkan alisnya namun Max tidak menjawab dan keluar dari kamar Cellyn menuju keruang tamu dan Cellyn mengikutinya

"Pa, Max mau ngomong?" Max menghampiri Papa dan Mamanya yang sedang menonton

"ada apa bang?" tanya Papanya

Papa dan Mamanya memanggil mereka dengan sebutan kakak dan abang karena mereka hanya sepasang

"Pa, Max mau privat basket" Papanya tampak bingung dan sekilas melihat kearah Mama dan kembali melihat Max

"supaya apa Max?" pertanyaan Cellyn mewakili pertanyaan Papanya

Max berdiri tegap menghadap mereka dan mulai berbicara seperti pembacaan teks sumpah pemuda

"alasan Max mau privat basket. Yang pertama, Max ingin mengisi waktu luang dengan kegiatan positif, tidak seperti kakak yang hanya rebahan saja dikamar. Yang kedua, Max ingin mengasah hobi basket yang kupunya agar tidak menjadi tumpul seperti hobi kakak. Yang ketiga, olahraga dapat menjaga imun tubuh agar tetap bugar dan sehat tidak seperti kakak yang mukanya selalu masam. Yang ke-empat, privat basket adalah keinginan Max dari dalam hati yang paaaaaaling dalam sehingga menimbulkan niat yang pastinya akan menjadi berkat ketika dilaksanakan. Selesai" max tersenyum kearah Papanya yang tertawa mendengarkan ucapan anaknya itu

"ih Max, ga usah nyindir-nyindiri juga bisa kali, mesti banget bawa-bawa aku. Ih... Papa kok malah ngetawain sih, Mama juga ih. Dah lah males" ketus Cellyn menatap tajam kearah adeknya

"siapa yang membuka privat basket nak? Tapi ajak kakakmu juga ya biar dia sehat, bugar, bisa mengisi waktu luang dan supaya mukanya tidak masam lagi" ucap Papa sehingga mereka tertawa kecuali Cellyn yang hanya ngedumel

"iya Pa. Besok Max tanyain ke coachnya supaya mau privatin Max sama kakak. Kalo begitu Max serta jajaran mohon pamit undur diri, terimakasih dan selamat malam" Max menunduk hormat lalu kembali kekamar dan diikuti kakaknya

"Max ngapain sih mesti di iya-in ajakan Papa tadi supaya kakak juga ikut basketan, kalau kamu ga iya-in juga kan Papa tetap kasih, ish" Cellyn ngedumel kesal

"harusnya kakak berterimakasih sama aku"

"berterimakasih untuk apa? Kamu aja ga ada nolongin kakak, yang iya kamu malah ngejatuhin, apa-apaan" celetuk Cellyn

"ya iyalah. Itu juga cara supaya kakak bisa dekat sama coach Lui manis, jadinya lebih gampang, bukan begitu nona?" ucap Max dengan sedikit menggoda Cellyn

"ih Max, aku ga ada bilang kegitu ke kamu. Kakak-"

"udah ya kak ngedumel nya. Ga mau bilang makasih juga gapapa, aku keluar ya, mau tidur, byeeee" Max memotong ucapan Cellyn dan meninggalkannya

Muncul lagi aktivitas baru, Cellyn malas sekali jika harus mencoba-coba suatu hal lain. Karena harus berbaur, beradaptasi dan bersosialisasi membuatnya bosan. Tapi kalau Cellyn sudah mencintai sesuatu, maka hanya itu saja yang akan menjadi kegemarannya, tak ada yang lain.

Menakhlukkan Coach Basket (cmplt)Where stories live. Discover now