XIV

5 1 0
                                    


Mungkin, bahkan bukan sebuah kemungkinan

setelah pembicaraan itu, aku mulai paham.

Bahkan paham sepenuhnya.

Takdir sudah siap menyambut aku, kamu.

Tapi, aku atau kamu terlalu egois untuk sadar akan hal ini.

Aku, yang dulu berusaha untuk sabar dengan perasaan ini.

Perlahan mulai kehilangan sabar, dengan melupakan setiap rasa yang pernah aku simpan untuknya.

Bertemu kembali bukan karena kita ditakdirkan untuk bersama, tapi ada sebuah alasan yang harus di utarakan.

****

Hari ini, ku tetapkan hatiku untuk mengakhiri sebuah kisah yang dulu ku anggap akan berakhir bahagia.

Takdir berkata lain~

Yakinku dalam hati. (Menguatkan diri sendiri)

Membuat janji temu dengannya hari ini, di sore hari. Pertemuannya yang ditemani dengan senja.

Aku menunggu di sebuah kafe kecil di depan toko buku favoritku yang sering ku kunjungi. Jam tangan ku menunjukkan pukul 16.20, aku datang lebih cepat dari janji temu ku padanya.  Pemandangan di luar ruangan sangat indah, matahari sudah sedikit demi sedikit pamit undur diri dari singgahannya sejak pagi.

Pandangan ku tertuju pada mobil yang tiba diujung lahan parkir kafe ini. 

"Ah, itu dia. Datang." (dalam hatiku)

Jantungku masih saja berdetup melihatnya masuk ke dalam kafe. Ku melihat wajahnya yang sumringah. ah, senyum itu pernah ku lihat saat masih duduk bersama mengerjakan tugas bersama.

"Maaf, sudah menunggu lama." ujarnya

"Tidak apa-apa" jawabku

"Ah, hari ini cuaca cerah sekali" ujarnya sambil melihat jendela

"Iya," jawabku sambil tersenyum kecil

Diam sejenak diantara kita. Kedua tanganku saling bertautan dengan pikiran berkelana harus memulai dari mana.

"Bagaimana pekerjaan hari ini?" tanyaku yang mencoba membuat suasana

"Lancar, kok" jawabnya

"Hmm... ada yang mau utarakan hari ini. Mungkin sebuah ini akan menjawab atau menyelesaikan pembicaraan sebelumnya." 

"A..apa itu?"

"J..jujur aku gak tahu harus mulai dari mana. Aku hanya ingin memperjelas perasaan yang dulu dan sekarang."

Dia hanya diam dan menatap lurus ke mataku.

"Semua ini dimulai sejak proyek kita di SMA. Aku gatau dirimu yang hangat dan humoris itu bisa membuat hati ini luluh. Semuanya datang sendirinya, kita semakin dekat. Hatiku pun semakin luluh. Aku gak pernah tahu perasaan itu begitu dalam, sampai semua yang terjadi itu membuat ku membuka mata dan hati ini bahwa perasaan ini tidak bisa di lanjutkan..." (terdiam sejenak)

"Aku mungkin terlalu memaksakan kehendak ku atas perasaan ini. Berpikir secara sepihak bahwa aku dan kamu sama -sama saling suka. Ternyata Tidak."

"Lalu?" ujarnya

"Maaf, aku yang pernah egois atas perasaan ini. Mungkin, aku tidak bisa membuka hati ini kepadamu. Masa lalu hanya akan menjadi kenangan manis buat aku dan kamu." ucapku dengan senyum.

"Tidak adakah kesempatan kedua lagi untuk 'kisah ini' ?"

"Aku sudah memikirkan secara baik-baik, bahwa aku tidak akan melanjutkan perasaan ini. Mungkin, bertemunya kita lagi bahwa ada yang harus kita selesaikan setelah semua yang terjadi."

"Aku tidak tahu harus berkata apa. Aku hanya bisa menghargai perasaan dan keputusanmu saat ini. Tapi, tidak menutup kemungkinan di masa depan kita akan bertemu lagi untuk sebuah cerita yang tidak bisa kita tebak saat ini."

"Baiklah."

"Semoga kehidupanmu berjalan baik. Berbahagialah." ujarnya dengan senyumnya yang indah untuk dipandang

"Iya. Semoga kehidupan mu pun begitu. Aku pamit." aku berdiri dari tempat dudukku dan meninggalkannya sendiri di kafe itu.

*****

Itulah akhir cerita aku dan dia, yang dulu aku inginkan perasaanya.

Takdir.

Selalu punya cara terbaik untuk menjawab semua pertanyaan yang menjadi kegundahgulananya hati ini.

Tidak menyesali setiap pertemuan yang terjadi, begitupun perpisahan.

Semoga aku dan kamu, kisah atau luka yang pernah ada menjadi bagian dari cerita kehidupan kita yang menyenangkan.

Tidak menghindari pertemuan dan perpisahan adalah kebahagian tersendiri untuk tetap menjalani kehidupan yang penuh tanda tanya ini.


****

Terima kasih untuk para pembaca yang telah membaca cerita ini^^


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 03, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Akhir sebuah penantianWhere stories live. Discover now