XII

24 0 0
                                    

Ujian nasional telah terlewati, libur panjang pagi siswa kelas dua belas setelah usai ujian nasional. Tinggal mempersiapkan diri untuk ujian masuk perguruan tinggi.

Selesai ujian nasional, tidak ada kegiatan bagi anak kelas dua belas. Hanya dirumah yang aku lakukan, sesekali aku hanya pergi ke toko buku. Aku habiskan waktu dirumah untuk belajar, mempersiapkan diri ujian masuk perguruan tinggi negeri.

"Bu, aku pengen ke danau hari ini. Boleh ya? Aku capek belajar seharian hari ini"

"Silahkan, jangan sore-sore pulangnya."

"Iya, bu." Aku pergi meninggalkan rumah, tidak lupa membawa handphone dan earphone.

Cuaca hari ini sejuk, tidak panas dan tidak hujan. Tidak banyak yang pergi ke danau hari ini, hanya menyisakan aku dan beberapa orang disekitar danau. Begitulah aktifitasku hingga akhirnya hari pelepasan anak kelas dua belas dan pengumuman lolos masuk ujian perguruan tinggi negeri.

Memakai kebaya berwarna hijau toska, wedges, dan sedikit polesan make up. Ayah dan ibu hadir dengan setelah jas dan kebaya. Tampak serasi. Ayah dan ibu duduk di jajaran kursi orang tua lainnya, aku duduk di deretan kelas dua belas ipa 4, disamping Nabila. Tampil cantik hari ini dengan balutan kebaya warna peach.

Acara sudah dimulai, tidak terasa tiba saatnya pemberian medali dan pengumuman siswa yang lolos masuk perguruan tinggi.

"Selamat untuk inawati yang lolos masuk perguruan tinggi negeri" suara mikrofon terdengar jelas ke seluruh penjuru ruangan.

"SELAMAT, NA!" teriak Nabila dengan kehebohan biasanya saat dikelas.

Aku melangkah maju ke podium, aku tidak menyangka akan menjadi hari yang bahagia buat ayah dan ibu hari ini. Banyak pasang mata yang melihatku berdiri di podium, termasuk dia, irfan. Aku cepat-cepat memalingkan pandanganku ke ayah dan ibu.

Acara pelepasan sudah selesai, semua siswa kelas dua belas dipersilahkan untuk pulang. Aku mencari ayah dan ibu yang telah menunggu diluar gedung. Saat mencari ayah dan ibu, tidak ku sangka akan berpapasan dengan dia, tama. Hanya senyum yang ia berikan, tidak ada kata maaf. Aku tidak membalas senyumannya, aku tetap mencari ayah dan ibu yang ternyata tepat didepan mobil menungguku.

"Maaf, lama yah, bu"

"Gapapa, ayo pulang"

Pelepasan telah usai, daftar ulang perguruan tinggi negeri sudah. Ayah dan ibu yang mengurus semua itu. Dua bulan telah berlalu, aku sudah mempersiapkan barang-barang yang akan aku bawa selama kuliah, aku memutuskan untuk ngekos disekitar kampus, agar tidak lelah bolak-balik meski masih satudaerah kampusku dengan rumahku.

Ayah dan ibu mengantarkanku, aku benar-benar menjalani kuliah ini dengan semangat tanpa berniat untuk malas-malassan. Akan aku selesaikan secepatnya.

Tidak ada perpisahan antara aku dengan irfan, dia sudah lost kontak denganku sejak kejadian hari itu bahkan setelah ujian nasional tidak ada tegur sapa antara kami.

4 tahun kemudian...

"Selamat Pagi, Pak Ujang."

"Pagi, bu."

"Sudah ada guru yang datang selain saya?"

"Seperti biasanya bu"

"Oke, saya tinggal ke kantor pak"

"Baik, bu"

Matahari mulai terbit dan cahayanya mulai memasuki setiap celah jendela. Udara sejuk melingkupi seluruh ruangan. Guru-guru pun satu-persatu mulai datang.

"Pagi banget bu datangnya." Suatu pernyataan yang seringkali terdengar setiap harinya, yang kubalas hanya dengan senyum.

Bel masuk sudah terdengar hingga seluruh penjuru sekolah, siswa-siswa mulai berlarian ke kelas masing-masing untuk menghindari guru yang sangat disiplin terhadap siswa yang terlambat. Begitupun dengan ku, mulai melangkah ke kelas 10-4. Beruntunglah, bagi kelas yang mendapat kelas pagi di mata pelajaran Matematika ini, karena masih pagi dan belum terkontaminasi oleh kegiatan lain.

Menjadi guru matematika bukan suatu hal yang mudah, banyak siswa yang datang untuk mengeluh karena kesulitan dengan materinya. Aku selalu menerima keluhan mereka, bahkan seringkali berbaik hati meloloskan siswa yang tidak mengerjakan tugas.

"Assalamualaikum, selamat pagi, anak-anak"

"Wa'alaikummusalam, selamat pagi juga bu," jawabnya serentak

"Tugas silahkan dikumpulkan, lalu kita lanjutkan materi selanjutnya. Tidak ada yang berbicara selagi ibu memberikan materi."

"Baik, bu"

Akhir sebuah penantianWhere stories live. Discover now