IX

19 0 0
                                    

Masa lalu, haruskah hadir kembali setelah sekian lama berlalu? Bagiku sudah usai sejak aku memutuskan untuk melupakan dan pergi menjauh dari mereka yang berkaitan dengan masa lalu.

Usahanya tidak pernah berakhir sampai kemarin ditepi danau yang berakhir dengan sia-sia tanpa penjelasan lebih. Menjemputku disekolah dan main ke rumahku tanpa aku mempersilahkannya, hanya ayah dan ibu yang menemaninya sepanjang hari sampai saatnya pulang.

"Ina, ibu boleh masuk?"

"Boleh, masuk aja bu tidak dikunci."

Pintu kamar terbuka, Nampak ibu membawa nampan berisi makan malam karena tidak ikut makan malam bersama ayah dan ibu.

"Lagi ngoreksi tugas murid?" tanya ibu.

"Iya, bu."

"Makan dulu, baru lanjut ngoreksinya, ina."

Aku beranjak dari meja kerjaku, dan menghampiri ibu. "Iya, bu. Ibu tidur aja."

"Bisa ibu bicara sebentar?"

"Bisa bu"

"Irfan masih sering ke rumah, dan kamu masih juga tidak keluar saat dia datang menunggumu diruang tamu sampai petang. Belum selesai salah paham kamu sama dia kemarin saat kamu pergi keluar bersamanya?"

Aku tau ibu akan membicarakan ini, aku paham bagaimana perasaan ibu yang mulai takut dengan pembicaraan tetangga dengan seringnya laki-laki yang sama datang ke rumah.

"Bagiku tidak ada salah paham, dan semua itu sudah selesai sejak lima tahun lalu, bu"

"Jika ibu perhatikan, irfan ingin mengungkapkan suatu hal padamu. Tapi ada rasa takut yang menghalangi dirinya untuk mengungkapkan suatu hal padanya. Ibu bisa melihat dari matanya. Jika kamu merasa tidak ada yang salah, jangan menjauhinya, temui dia. Anggap semuanya berawal dari semula. Tanpa mengingat masa lalu yang pernah terjadi diantara kalian."

"Baiklah, bu."

Setelah ibu menasihatiku semalam, aku memikirkan baik-baik apa yang ibu katakan. Ada benarnya perkataan ibu, bagiku sudah selesai lima tahun yang lalu, tidak perlu takut untuk bertemunya. Aku memutuskan untuk tidak lagi bersembunyi dan tidak menghindarinya setiap dia datang menjemputku dan datang ke rumah.

Ruang guru hanya menyisakan aku sendiri, para staf dan guru sudah pulang sejak tadi. Hanya ada petugas kebersihan.

"Bu Ina, ada yang mencari ibu di aula." Pak ujang menghampiri ku diruang guru selagi beres-beres meja kerja ku.

"Siapa, pak?"

"Tidak tau, bu. Saya tidak pernah melihat sebelumnya, dan bukan laki-laki yang biasanya menjemput ibu."

Aku tidak tau siapa laki-laki yang dimaksud pak ujang. "Bukan laki-laki yang biasanya? Bukan irfan? Siapa lagi?"

Keluar ruang guru, berjalan menuju aula sekolah mencari laki-laki yang dimaksud pak ujang. Hanya ada laki-laki menggunakan kemeja merah maroon dan celana panjang hitam dengan badan sedikit berisi.

"Bapak mencari saya?" tanyaku saat berdiri tepat dibelakangnya.

Tidak ada jawaban, laki-laki didepanku membalikkan tubuhnya dan tersenyum ramah. "Hai, na. Apa kabar?"

"T..t..tama?"

"Apa kabar, na?"

Tidak pernah ku duga, dua laki-laki yang ada dimasa lalu kini datang menghampiri hidupku lagi dihidupku yang sekarang.

"Aku antar kamu pulang ya?"

"Ga..gak perlu"

"Kalau berbincang sebentar, bisa?"

Aku diam sejenak, dan teringat kata-kata ibu, jika sudah usai masa lalu jangan takut menghadapi mereka yang pernah ada dimasa lalu ku.

"Baiklah, hanya lima belas menit."

"Baiklah."

Aku mengajaknya berbincang di taman sekolah. "Bagaimana kamu tau aku kerja disini?"

"Aku pergi kerumahmu tadi siang, ada ibu dirumah. Aku menanyakan alamat tempatmu bekerja"

Belum sempat aku menanggapi jawaban tama atas pertanyaanku, suara dari arah belakang terdengar, suara yang aku kenal sejak 6 tahun yang lalu.

"Masih sama ya kaya dulu, masih percaya sama orang yang udah jelas nyakitin kamu. Kamu kasih kesempatan ke dia, tapi gak buat aku."

Aku semakin mengepalkan tanganku, harukan dua laki-laki yang ada dimasa lalu ku hadir kembali setelah lima tahun berlalu dengan kehidupanku yang damai. Aku gak tau apa yang harus lakukan, melarikan diri bukan jalan terbaik untuk sekarang ini.

Akhir sebuah penantianOù les histoires vivent. Découvrez maintenant