II

73 0 0
                                    

Bahasa Indonesia, mata pelajaran terakhir dihari kamis, mata pelajaran yang sering kali membuat semua anak kelas malas karena rasa kantuk dan lelah yang tak tertahankan. Tapi kali guru bahasa memberi tau untuk belajar di lab Bahasa, membuat siswa setengah lebih semangat karena keluar dari kelas yang mulai terasa sesak sejak istirahat kedua.

"Setidaknya gua bisa merubah posisi duduk gua dan tempat duduknya yang keras jadi empuk" ucap salah satu teman kelasku.

"Kira-kira tugas kali ini apa ya? Feeling gua gaenak nih diajak ke lab Bahasa"

Kelas seketika sunyi, saat guru bahasa mulai memasuki ruangan. Kelas IPA rasa anak IPS.

"Sore anak-anak, saya akan siapkan sebuah drama dari kakak kelas kalian tahun lalu. Perhatikan dengan baik setiap unsur intrinsic dan ekstrinsiknya."

"Iya, bu" jawab anak kelas serentak

Seluruh anak-anak kelas memperhatikan drama itu dengan saksama, sampai drama itu berakhir yang hanya berdurasi 30 menit.

"Baik, kalian sudah melihat dengan baik video drama itu. Langsung saja pada intinya, tugas kalian membuat drama seperti contoh dengan judul yang berbeda. Dengan durasi 30 menit, tidak lebih dan tidak kurang."

"Benerkan feeling gua," bisikku pada temen sebelahku.

"Haiisshhh, tugas udah banyak nambah lagi kan satu nih tugas" teman sebelahku, Nabila, mengeram kesal.

"Kerjakan aja, gausah ngeluh. Mudah-mudahan sekelompok" aku coba menenangkan Nabila.

"Iya semoga, biar enak."

"Kelompoknya akan ibu tampilkan dilayar computer kalian dan dikumpulkan sebelum UAS ya?"

"Baik, bu"

Anak kelas sibuk melihat layar didepannya. Ada yang berteriak girang sekelompok dengan teman baiknya, ada juga yang lesu karena bersekelompok dengan teman yang kurang akrab. Akupun hanya tersenyum melihat siapa saja yang sekelompok denganku. Yang paling membuatku senang adalah benar-benar sekelompok dengan Nabila, teman baikku.

"YES! Sekelompok, Inaaa!" teriaknya histeris tepat dikupingku.

"Aduh suara lu, Nab!" Aku menutup telingaku dan mencubit lengannya untuk cepat menjauhi telingaku.

"AWWWW! SAKIT NAAA!"

"WOY! BERISIK!!!" semua anak kelas melihatku dengan Nabila dengan sinis.

"Aduh, maaf ya maaf"

"Hei! Kita sekelompok ya?" seorang laki-laki yang kurang akrab denganku menyapa kami.

"HEI! IRFAN!" suara Nabila memekik penjuru ruangan lab Bahasa.

"BERISIK! BIASA AJA BISA?"

Nabila tidak memedulikan omongan anak kelas yang sinis padanya.

"Hei, Ina" sapanya padaku.

"Hei" jawabku singkat.

"Sekelompok sama siapa aja kita, na?" tanya Nabila padaku dengan menyikit perutku yang sedari tadi sudah lapar tak tertahankan.

"AWWW! Bisa biasa aja gak sih?"

"Iya iya maaf, selain irfan sama siapa lagi?"

"monic, mei, dinda"

"Kita kerkel kapan?" tanya irfan.

"Besok, habis pulang sekolah, ditunggu di aula." Jawabku.

"Oke."

Semua siswa bubar karena bel pulang telah berbunyi, semua siswa disekolah ini berlari-lari riang keluar gedung sekolah. Ada siswa yang sibuk bolak baoli ruang guru untuk membereskan tugas hari ini. Ada siswa yang sibuk berganti pakaian olahraga untuk mengikuti kegiatan ekstrakulilkuler.

Aku berjalan keluar gedung sekolah, dan beranjak pulang. Daun-daun berguguran, tanpa sengaja senyum merekah dibibirku

"Semoga bisa bekerja sama dengan baik dikelompok drama ini." Sebuah suara terdengar didekat telingaku.

"A..ah iya" jawabku gugup karena tiba-tiba mendekatkan wajahnya tepat diwajahku. Senyumnya merekah tepat diwajahku yang hanya berjarak 5 cm dengan wajahnya membuat jantungku berhenti beberapa detik lalu berdegup dengan kencang.

"Sampai jumpa besok ya"

"I..iya" nafasku kembali normal setelah dia pergi menjauh dari pandanganku.

Aku kembali mengatur pernafasanku, setelah wajahnya yang putih dengan sedikit jerawat berada dihadapanku.

"Kenapa jantungku degdegkan begini? Haiiisshhh!"

Tanpa ku ketahui, senyum itu yang akan melahirkan rasa yang tak pernah aku miliki sebelumnya. Rasa yang akhirnya jatuh menjadi Cinta. Senyum dan wajahnya terus terngiang dikepala dan setiap kali teringat jantungku berdegub tak normal. Senyum dan wajahnya juga yang akan melahirkan kesedihan yang panjang. Yang tak pernah ku ketahui, happy ending atau sad ending.

Akhir sebuah penantianWhere stories live. Discover now