IV

37 0 0
                                    

Setelah pulang sekolah, kelompok Bahasa Indonesia berkumpul untuk membicarakan video drama yang akan dibuat. Ujian akhir semester terhitung satu bulan lagi dari sekarang.

"Sorry nunggu lama,"

"O..oh iya"

"Yang lain mana?" tanyanya.

"Biasa, ngasih makan cacing-cacing diperutnya." Kataku dengan tersenyum.

"Ohaha, kira-kira genre apa yang cocok ya? Kita buat drama yang sesuai dengan karakter kita masing-masing. Jadi, pas syuting enak."

"Boleh, bener juga tuh"

"Lo maunya genre apa? Romantic?" tanyanya yang menunjukan wajah jailnya tepat didepan wajahku.

"H..ha, gatau." Aku berusaha menjauhkan wajahnya dari pandanganku.

"Eh, Irfan. Udah lama?" tanya Nabila yang sudah lari kencang kearahnya.

"Hehe iya nih, eh kita bikin drama romantic yuk!" ajaknya pada Nabila dan yang lainnya.

"Wah, boleh tuh. Pinter lo, fan."

Aku masih tak membuka suara, aku hanya menerima ide-ide mereka, dan yang paling utama aku tidak menjadi tokoh utama.

"Oke, kita buat drama romantic. Pemeran utama, Ina dan Irfan. Gue jadi pemeran pendukung, begitupun mei, monic, dan dinda. Setuju? Yaps, setuju!" Nabila mengambil keputusan sendiri dan yang lainpun mengiyakan.

"Iihhh gua ga....."

"Udah iyain aja, susah amat." Dia membekap mulutku, dan mengerlingkan matanya.

"Oke." Jawabku lantang tanpa tau resiko yang akan aku dapat kedepannya.

"Syuting pekan depan."

Hari berlalu, pekan mulai berganti, proyek drama mulai berjalan lancar sampai edit video dan tiba hari untuk dikumpulkan sebelum UAS yang tinggal menghitung hari. Ujian kenaikan ke kelas dua belas semakin dekat.

Setelah, proyek drama selesai dan ujian kenaikan kelas telah selesai, seringkali dia mengajakku jalan. Ke toko buku, ke taman, dan mendengarkan music bersama. Membuat lelucon yang membuat aku sulit untuk berhenti tertawa, sampai akhirnya rasa cinta yang terus tumbuh semakin besar.

Aku mencoba menahan perasaanku, dan menutupinya. Tidak ada yang pernah tau, perasaan ku simpan sendiri. Aku menahannya sendiri, aku tidak pernah tau jika perasaan itu terus tumbuh sampai sebesar ini. Aku melihat tidak adanya kelanjutan dari hubungan ini selain persahabatan.

Menempatkan diri sebagai sahabat ketika bersamanya semakin sulit setiap harinya. Karena setengah hati yang lain mengharapkan lebih dari persahabatan. Waktu terus berjalan, perasaanku yang semakin besar semakin kalut, semakin sulit menempatkan diri antara sahabat dan wanita normal lainnya.

Akhir sebuah penantianWhere stories live. Discover now