43rd

14K 1.6K 101
                                    

Junkai menatap bangunan yang terlihat kokoh di depannya, sudah sejak lama ia ingin memasuki bangunan itu namun selalu dilarang oleh ayah dan ibunya, bahkan para pengawal dan dayang selalu memastikan bahwa ia tidak menginjak lantai bangunan dibagian paling selatan istana itu.

Hari ini istana sibuk menyiapkan perayaan untuk memperingati hari kematian kakeknya yang tewas dalam perang, Johnny. Sebenarnya Junkai tidak banyak tahu tentang kakeknya selain kakeknya berasal dari kerajaan yang dulu bernama Canopus dan tewas dalam perang, perang apa itu pun Junkai tidak diberitahu. Ia tahu tentang Johnny pun dari cerita Jungwoo yéyé dan Taeil Harabojie, bukan dari ayahnya apalagi ibunya.

Karena istana sedang sibuk, Junkai merasa inilah kesempatannya untuk memasuki bangunan itu. Dengan langkah pasti, Junkai memasuki bangunan itu tanpa kesulitan, bahkan pintunya tidak dikunci rapat dan hanya ditahan oleh sebuah kayu Cendana berukir kepingan es. Tidak ada yang spesial dari bangunan itu selain ukiran es yang begitu cantik dan lantai marmer hitam yang mencekam.

Dia seperti Yukhei yang suka melanggar peraturan kan?

"Motifnya seperti kotak abu kakek.." Gumamnya saat melihat detail ukiran di pintu kayu, ia menyeritkan alisnya dan menatap ukiran itu serius. Mungkin jika Haechan melihat wajah serius Junkai ia akan menjerit sangking gemasnya.

Junkai berdecak pelan lalu memasuki bangunan yang ternyata hanya memiliki satu ruangan luas, ruangan yang hanya diterangi lilin-lilin tinggi beraroma gaharu.
Junkai menyerit lagi saat melihat belasan pedang dan busur panah menempel di dinding ruangan juga beberapa jubah mewah berwarna biru muda dan putih kehijauan yang dipasangkan di patung-patung kayu.
"Woaaa ruang penyimpanan senjata."

Junkai menyusuri ruangan besar itu dan sesekali mengusap permukaan pedang yang masih terlihat berkilau, pedang dengan berbagai bentuk namun memiliki deboss kepingan es itu mampu membuatnya kagum. Deboss yang halus dan berkilau membuat Junkai ingin memiliki satu atau dua buah saat dewasa nanti.

"Kenapa ayah menyembunyikan ini semua? Takut Junkai minta satu ya?" Gumamnya disertai rengutan.

"Tapi inikan milik kakek Johnny, boleh dong Junkai minta satu?"

Junkai menahan jemari kecilnya saat melihat sebuah pedang berwarna kehitaman dilindungi oleh kotak kaca. Sepertinya pedang yang sengaja tidak dibersihkan. Junkai tidak suka kotor seperti Jisung.
"Ini darah yang mengering ya? Sebenarnya dulu ada apa?"

Junkai memang masih terlalu muda untuk mengerti keadaan kerajaannya di masa lalu, namun otak cerdasnya tidak bisa menghentikan pemikiran-pemikiran berat dan terkadang hipotesa liar yang seharusnya tidak terpikirkan anak seusianya.
Lingkungan membuatnya banyak berubah, sebagai putra mahkota ia selalu dituntut dan mendapat tekanan secara tidak langsung dari berbagai pihak untuk mampu berpikir dan mengambil kesimpulan secara cepat diusianya yang bahkan masih merengek jika keinginannya tidak terpenuhi.

Yah.. seperti itulah lingkungan di Centaury. Lingkungan yang mengekang dan penuh tuntutan hingga membuat Yukhei pernah memberontak, walau Yukhei terbebas hal itu tidak serta-merta menghilangkan dan mengubah pemikiran banyak orang di Centaury, hingga Junkai merasakan apa yang ayahnya rasakan dulu tanpa paham apapun. Semua tekanan dan tuntutan itu membuat Junkai tumbuh dewasa sebelum waktunya, jadi ia hanya bisa bebas ketika berkunjung ke Arcturus yang penyayang dan Rigel yang ramah.

Junkai hanya belum tahu jika dulu Arcturus adalah kerajaan paling keras dan licik sebelum Mark dan Jaemin memimpin. Junkai juga belum tahu kalau raja Rigel adalah manusia paling licik yang pernah dilahirkan kerajaan merah.

Junkai menghentikan langkahnya di depan kotak kaca berukuran 30x20x10 sentimeter lalu menaikkan alisnya saat sebuah buku di dalam kotak itu menarik perhatiannya, buku dengan kertas papirus itu membuatnya penasaran. Ia segera membuka kotak kacanya lalu menyentuh permukaan buku  yang mulai tertutup debu.
"Jajahan Canopus.." gumamnya saat membaca tulisan samar di sampul buku.

The ArcturusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang