Bagian 14 : Kehilangan.

Start from the beginning
                                    

Drttt drrtt

Saat hendak menuju toilet untuk mengganti pakaiannya, sebuah nomor yang tidak Ken kenal menelfonnya, Ken mengernyitkan dahi. Nomor siapa ini? Ken tak mau ambil pusing, ia segera mengangkat panggilan tersebut.

"Ha-halo den, ini Bibi. Maaf den Bibi pakai nomor baru. Den, cepat kesini! Ibu kena serangan jantung mendadak, den!" ucap Bi Marni dengan sangat khawatir.

Ken membulatkan matanya, dadanya begitu sesak dan matanya langsung menahan air matanya yang mungkin sebentar lagi akan turun membasahi pipinya.

"Sekarang ibu dimana, Bi?" tanya Ken.

"Ibu ada di Rumah Sakit Budi Mulia, den. Hiks.. dan sekarang keadaan Nyonya kritis den.." ucap Bi Marni dengan rintih.

"Ken kesana sekarang, Bi." Dengan langkah cepat, Ken segera buru-buru menuju toilet dan segera mengganti bajunya yang basah. Setelah selesai, Ken berlari keluar rumah sakit dengan langkah tergesa dan mencari taksi.

Ken tak ingin Ibunya meninggalkannya sendirian di dunia yang kejam ini. Ken berharap ibunya tidak pergi dan semoga keadaannya baik-baik saja.

Setelah sampai dirumah sakit tersebut, Ken menuju keruang UGD. Disana sudah ada Bi Marni, Ken segera menemuinya.

"Bi, gimana keadaan Ibu?" tanya Ken dengan khawatir.

"Belum ada kabar, den. Sebaiknya kita berdoa saja," ucap Bibi seraya menenangkan Ken.

Tak lama kemudian, dokter muda itu keluar dari ruangan. Dengan sigap Ken menyambut dokter itu dan menanyakan keadaan ibunya.

"Dok, bagaimana keadaan Ibu saya?" tanya Ken.

"Keadaan pasien masih sangat lemah, hanya kemungkinan kecil saja pasien bisa selamat." Dokter itu berkata dengan berat hati, tak tega memberitahukan hal ini.

"Dok, tolong lakukan yang terbaik untuk Ibu saya dok!" Ken menangis, hati dan tubuhnya seperti ditusuk beribu pisau. Sangat sakit.

"Saya pasti akan berusaha semaksimal mungkin. Saya permisi masuk ke dalam lagi." Dokter itu meninggalkan Ken dan bibi yang menangis.

Setelah hampir 2 jam menunggu, dokter pun keluar dari ruangan. Ken tidak bisa membaca raut muka dari dokter tersebut. Namun hatinya terasa sakit melihatnya.

"Kamu yang bernama Ken?" tanya dokter itu.

"Benar dok, saya Ken."

"Pasien memanggilmu, meminta kamu menemuinya."

Ken tersenyum lalu mengangguk senang, ada rasa lega dihatinya. Ken memakai baju khusus untuk memasuki ruangan tersebut tak lupa dengan maskernya.

Saat Ken memasuki ruangan, Ken sungguh terpuruk hatinya melihat Ibunya terbaring lemah dibangsal. Sosok malaikat baginya kini sedang merasakan sakit dan tubuhnya lemas tak berdaya.

"Bu, ini Ken," ucap Ken sambil mengelus tangan ibunya.

"Ken..." panggil Ibunya dengan suara yang terdengar lembut dan lemas.

"Iya Bu, Ibu mau apa?" tanya Ken dengan lembut.

"Ibu mau minta maaf, nak. Tidak bisa menemanimu lagi. Maafkan Ibu harus pergi, Ibu sudah tidak kuat lagi untuk bertahan," ucapnya parau.

Devil PsychoWhere stories live. Discover now