Bagian 9

103 13 5
                                    

'Benarkah masa depan tak bisa diubah?'

"Lho, Leo!"

Mendengar namanya teralun, Leo melirik pemilik suara yang menyahutnya. Matanya segera menangkap sang ketua Osis, alias saingan terberatnya. Jovano Willyam, Seorang laki laki yang diberkati dengan kecerdasan luar biasa, namun ia belum bisa merebut peringkat 1 di sekolah ini, mungkin memang tidak akan pernah bisa.

Jovan mendekat kemudian mengulurkan tangannya pada Leo yang jatuh tersungkur di bawah tangga. "Lo gapapa?"

"Mau gua pukul hah?!!"

"Oiya sorry sorry, gua lupa lo punya phobia" balasnya sambil menggaruk tengkuk.

"Gua juga bisa bangun sendiri kali!" ucap Leo ketus. Dia bangkit sembari merapikan bajunya yang baru saja menyentuh lantai. 'Gua curiga ma dia, perasaan tadi Jovan gak lewat sini'

"Mau gua anter ke Uks gak?" tawarnya.

~~~

"Gak ada Bu Guru disini?" tanya Azalea. Kebetulan sekali mereka bertiga bertemu diruang Uks. Tentu tujuannya berbeda, Azalea dengan keluhan sakit perut, dan Leo yang membutuhkan perban untuk membalut goresan luka tadi.

"Beliau gak ada. Apa yang lo perlukan? Ngomong aja, biar gua bantu cari in" ucap Jovan sembari mencari perban untuk Leo.

"Ah gak usah deh," 'Sial. Mana mungkin gua nyuruh Jovan buat nyari obat haid?! Bisa rusak reputasi gua'

"Eh, itu buku kosa kata bahasa inggris kan?" Azalea mengangguk ragu. "Hebat. Lo sampe bawa ke Uks, kayaknya rajin banget ya Aza" sambung Jovan.

Buku Sketsa tadi sebenarnya bersampul buku kosa kata bahasa inggris. Itu akan memudahkan Azalea untuk membawanya kemana mana. Ditambah dia akan dipandang rajin jika terlihat tekun bukan? Azalea memainkan perannya dengan baik

"Haha thanks. Lo juga hebat kok Jovan, selalu dapet peringkat 2 sedangkan gua selalu dapet peringkat 3, lalu Leo selalu menduduki peringkat 1" Cibir Azalea dengan nada sedikit kesal pada kutipan kalimat terakhir.

'Murid terbaik, tapi preman. Sebenarnya sikap Leo ini sama sekali gak terbaik!' umpatnya dalam hati.

Melihat Azalea memandangnya sadis, Leo kemudian menyela. "Maaf, ngapain liatin gua gitu?!"

"Eh gak!" Kemudian Azalea memalingkan wajahnya.

~~~

"Gua perlu buku bahasa inggris ma matematika. Kira kira disebelah mana ya?"

Diliriknya sebuah rak buku penuh dengan buku bahasa inggris. Segera Leo melangkahkan kaki untuk meraihnya. Namun,

Bruk!

"Eh maaf!"

Leo tiba tiba saja ditabrak oleh seorang gadis bermata sedikit sipit. Gadis itu terlihat terburu buru. Terbukti dengan tangannya yang memungut bukunya tanpa memandang siapa yang dia tabrak.

'Gawat, Leo! Dia gak mungkin tau kan kalo ini gua? Yaudah kabur aja dah!'

"Eh ini buku...nya" Leo sweetdrop melihat Azalea lari terbirit birit. Bukannya perpustakaan kota melarang itu? Ah biarlah.

Malamnya

"Njir gua gak bisa tidur!" keluh Azalea.

Berbagai cara telah ia lakukan, seperti menghitung domba, mendengarkan musik, bahkan dia sudah minum segelas susu. Tapi tetap saja rasa kantuk tak kunjung menemuinya.

"Kira kira penyamaran gua terbongkar gak ya?"

Pantas saja dia tidak bisa tidur, ternyata dia masih memikirkan kejadian tadi. "Revisi komik gua aja lah"

A TIME TRAVELER [HIATUS]Where stories live. Discover now