Bagian 5

104 14 12
                                    

"Ya gua juga gak berharap hidup lama lama, bukannya semua orang berhak mati??" Leo merendahkan suaranya, "Hanya saja, semua ini terlalu cepat"

~~~

'Sial, gua gak bisa fokus gara gara waktu gua terbatas' umpatnya dalam dalam.

'Sampe kapan gua hidup ya?'

Kaki mungilnya terus berjalan tanpa arah. Dia sudah kehilangan sebagian impiannya yang sangat dia dambakan. Sejak dulu dia memang sudah merasakan pahitnya dunia hingga dia berada diambang jalan buntu. Mendapat trauma berlebihan, baginya itu bukan masalah. Yang jadi masalah adalah ketika dia sudah tidak punya tujuan untuk apa dia berdiri disini.

"Hei awas!!" teriak salah satu siswa yang sedang bermain basket. Bola itu melambung kearah Leo yang sedang meratapi sisa umurnya.

"Eh?" Leo tak sempat menghindar. Bola itu sudah dekat dengan wajahnya, akhirnya dia biarkan bolanya menyentuh wajahnya.

Buaaakh!!

'Ternyata sakit juga ya' erang Leo karena baru pertama kalinya dia merasakan ini. Apakah orang yang dia pukul juga merasakan hal yang sama? Entahlah, Leo tak mau membahas hal itu.

"Kayaknya tadi ada yang kena bola kita deh"

"Bolanya kencang banget tadi"

"Lo gapapa kan?" tanya orang yang melempar bola itu padanya. Leo segera mendongakkan kepalanya yang tertunduk akibat hantaman bola. Langsung saja Leo menatap tajam orang itu.

"Yang kena bola itu... Leo?!! Mampus deh gua, siap siap telepon ambulan ini" kejut pria tadi. "Maapin gua! Suwer gua gak sengaja"

Malas berlama lama ditempat ini, Leo memutuskan untuk pergi. Tapi sebelum itu, dia melemparkan bola pada pelempar bola yang sekarang malah menangis minta maaf. Dia tau, pelempar bola itu juga tak mau berada dekat dengannya. "Makan tuh bola!"

"Lo gak mukul gua?" si pelempar itu heran sendiri atas respon Leo.

"Trus lo mau gua pukul hah?" sigap saja pelempar itu menggeleng kuat. "Gua gak mood mukul lo"

Sepulang Sekolah

Pii pii pii

Atur jarinya pada kode apartemennya. Lagipula dia sangat pusing memikirkan semua ini. Dia ingin istirahat. Mungkin untuk selamanya.

"Cape ya? Kalo gitu makan ini dulu" suruh Ryan pada Leo yang terlihat lebih lesu dari biasanya. Dia dengar juga, disekolah Leo tidak bergeming sama sekali. Bahkan satu kelas membicarakan perubahannya, tapi tetap saja Leo diam membeku.

Ryan berkacak pinggang. "Sudah lama gua gak nunjukin kemampuan gua. Betewe ini nasi goreng daging, moga aja lo suka"

Leo mencicipi rasanya. "Asin"

"Jangan gitulah, gua udah masak lama gini masa gak dihargai" cicir Ryan.

"Lo dapet daging dimana?" Jarinya menunjuk Kulkas. Langsung saja Leo memeriksa isi kulkasnya.

"Akhhh! bahan bahan yang dikasih ibu lo masak semua? Buat nasi goreng yang asin gini?!!" marah Leo.

"Ya maap" ucapnya sambil memainkan jari didepan dadanya.

Leo mengambil wajan tadi dan langsung menyergap Ryan dengan khasnya. "Awas lo ya!!"

'Gua harus buat peraturan!'

Tak lama setelah pertempuran itu terjadi, Leo menulis sebuah peraturan yang harus ditaati selama Ryan berada satu atap dengannya;
1. Dilarang masuk ke kamar gua tanpa ijin! (Terutama pas bersih bersih)
2. Setiap hari, Ryan yang masak.
3. Cuci baju sendiri (Dilarang menyentuh baju gua)
4. Setiap hari, Ryan yang nyuci piring.
5. Diizinkan pulang telat atau tidak sama sekali, asal jangan ribut.
6. Dilarang membawa oranglain atau hewan kesini! (Walau itu gak mungkin karena lo kan datang dari masa depan)
7. Setiap bulan, patungan 3 juta buat kebutuhan sehari hari.
8. Hemat dikit kalo mau masak! (Lo boleh gunaain bahan bahan dikulkas, asalkan masakannya harus enak)

A TIME TRAVELER [HIATUS]Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα