Bagian 3

161 12 26
                                    

"Berita terkini, kereta dari stasiun XI menuju stasiun XII mengalami anjlog. Dilaporkan terdapat 2 korban jiwa dan 52 lainnya luka luka. Diperkirakan korban jiwa akan terus bertambah" Ucap Reporter itu di tv.

Sreet.

"Haa...haah...haaa, yang cowo aneh ini omongin itu haaa... beneran terjadi?!" Lirihnya dengan nafas tersenggal senggal. Sepertinya Leo baru siuman dari pingsan yang menimpanya tadi.

"Sebenernya tak lama lagi, kereta ini akan keluar jalur. Jadi gua ingin ngelindungin lo"

Ngiiik!

Braak!!

"Berarti semua yang dia katakan gak bohong? Dia suami masa depan gua??"

"Gak mungkin!" Leo menggelengkan kepalanya. Dia membayangkan apa yang terjadi padanya jika Ryan benar benar suami masa depannya.

Ceroboh, mesum, orang aneh, gila!

"Gua yang androphobia ini... Walaupun di dunia ini gak ada laki laki lagi, gua mana mau nikah sama orang kaya dia!" Bukannya bersyukur karena telah diselamatkan Ryan, Leo malah mengoceh. Tak terima jika orang seperti Ryan adalah Suaminya kelak. Rasanya tidak mungkin Leo mau menerima orang seperti dia yang kepribadiannya sangat berantakan.

Sreek,

Korden didepannya tiba tiba terbuka. Menampilkan seorang perawat yang terlihat sangat ramah. Dengan senyuman, dia bertanya "Udah sadar ya? Kamu ingat siapa namamu??" Kata kata yang lembut didengar.

"Nama gua Leo, oh iya,  gimana keadaan cowo yang rambutnya sebahu?" Leo cemas terjadi sesuatu padanya, jadi dia memutuskan untuk bertanya.

"Yang rambutnya panjang itu ya?" Perawat itu menundukkan wajahnya. "Dia berbaring di kasur sebelahmu"

Sreek!

Segera saja Leo membuka korden biru disebelahnya. Dia terkejut melihat selimut yang menutupi sekujur tubuh Ryan.

Tidak mungkin!

Apakah dia, sudah mati?

"Dia, benar benar mati?"

Leo tak kuasa menahan tangis. Leo menyesal mengabaikan semua keanehan Ryan yang bertujuan untuk menyelamatkannya. Dia ingin rasanya minta maaf atas perlakuan buruk padanya, tapi terlambat, semuannya sudah diatur.

"Ini semua salah gua! Kalo aja dari awal gua percaya sama perkataannya, pasti ini semua gak mungkin terjadi,"

Leo mengusap air matanya. "Kenapa air mata gua gak bisa berhenti?

Greep!

Dari balik selimut, Ryan menarik tangan Leo. "Bener kan? Coba dari awal lo dengerin gua--"

"Aaaakh!"

Bugh!!

"Argh!!!"

"Pukulan lo masih kuat kaya biasanya. Lo lupa ya, gua ini juga pasien tau" Cibir Ryan karena kesal menerima pukulan dari Leo terus. Untuk seukuran badannya yang mungil, tinjunya benar benar tak sepadan. Ryan juga sering mendengar gosipan bahwa satu pukulan Leo bisa langsung membuat korbannya masuk rumah sakit. Awalnya dia ngeri mendengar kelakuan Leo, tapi dia percaya, setelah mereka menikah pasti hal itu sudah biasa terjadi.

"Mungkin lo lupa nama gua. Gua Ryan Adelardo, suami lo dimasa depan." Padahal Leo tak mengharapkan dia memperkenalkan diri, karena jika dia melakukannya pasti membawa embel embel 'Suami lo dimasa depan'

"Salah orang kali. Lagian gua ini cowo!!"

Ryan sudah menduga jawaban itu yang akan dikeluarkan dari mulut Leo. "Emang sih ada perbedaan yang mencolok"

A TIME TRAVELER [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang