EXTRA 3 | Tita & Andra

69 13 4
                                    

Andra menggandeng tangan Tita ketika mereka berdua menelusuri Pasar Beringharjo hari itu. Tita yang sama sekali tak pernah keluar dari asrama kecuali bersama Seven B di saat tertentu begitu antusias saat Andra mengajaknya ke sana.

Liburan semester kali itu, tak disia-siakan oleh mereka. Andra menunjukkan banyak tempat yang belum pernah Tita kunjungi selama berada di Yogyakarta.

"Lihat deh, bagus-bagus kan?," tunjuk Andra pada sebuah pajangan hasil buatan tangan pengrajin seni.

Tita tersenyum senang.

"Iya, bagus banget," balas Tita.

"Mau beli satu? Buat lo pajang di kamar, nanti kita minta tulis nama kita berdua di situ," tawar Andra.

Tita pun mengangguk penuh semangat. Andra memesan dua buah pajangan yang sama sekaligus meminta nama mereka dituliskan di sana. Setelah membayar Andra pun kembali menggandeng tangan Tita untuk kembali berjalan menelusuri area lain Pasar Beringharjo.

"Haus nggak? Mau beli es krim?," tanya Andra.

Tita menggeleng.

"Es krim banyak di depan gerbang sekolah, bosan! Boleh minta yang lain Kak?," tanya Tita.

Andra tersenyum lalu menganggukan kepalanya.

"Es serut ya..., gue pengen cobain rasanya," pinta Tita.

Andra terkekeh mendengar permintaan Tita. Mereka berdua pun segera singgah di tempat penjual es serut dan duduk bersama di sana.

"Lo itu aneh ya, ditawarin beli es krim malah mintanya es serut," ujar Andra sambil mencubit lembut pipi kanan Tita.

Tita tersenyum.

"Es krim harganya mahal tahu. Es serut kan lebih murah, harganya setengah dari harga es krim yang biasa kita beli di sekolah. Kalau lo beli es serut kan kita bisa dapat dua mangkuk," ujar Tita.

"Eh, kok jadi mikirin harga sih? Kan gue yang bayar...," Andra kaget.

"Tadi kan lo udah beliin gue pajangan, kue, cemilan, dan sekarang pun lo tetap yang akan bayar es serutnya karena lo pasti nggak mau gue keluarin uang. Gue nggak enak dong kalau sampai uang lo harus habis cuma buat gue. Lo pasti punya kebutuhan lain yang harus lo penuhi, jadi lo harus irit," jelas Tita.

Andra segera merangkul Tita seraya membelai rambutnya dengan lembut.

"Maaf ya kalau gue jadi bikin lo nggak nyaman. Janji, gue nggak akan boros lagi," ujar Andra.

Tita tersenyum dan bersandar di pundak Andra. Es serut yang mereka pesan pun datang tak lama kemudian.

"Semester depan harus lebih rajin belajar ya Kak, kan udah mau Ujian Nasional. Jangan main-main terus," pinta Tita.

"Oke, tapi temenin ya kalau gue belajar di perpustakaan," Andra balik meminta.

"Ogah! Yang ada lo malah ngobrol sama gue bukannya belajar kalau gue temenin!," tolak Tita.

Andra terkekeh, Tita ternyata tahu betul rencana dalam pikirannya. Mereka menikmati es serut bersama.

"Gue kangen sama lo," ungkap Andra tiba-tiba.

Tita menatapnya.

"Gue nggak bisa berhenti nangis malam itu saat terakhir kali gua meluk lo sebelum ledakan terjadi. Apa yang lo katakan di telinga gue terus saja berputar dalam kepala dan hati gue Ta. Rasanya gue pengen terus memutar bagian itu berulang-ulang dan memutuskan hal berbeda supaya lo nggak pergi ke laboraturium. Tapi setiap kali gue berpikir begitu, gue akan sadar bahwa lo nggak akan pernah meninggalkan Seven B, apapun yang terjadi," ujar Andra.

Tita menyimpan mangkuk es serut yang ia pegang ke atas meja. Ia segera melingkarkan kedua tangannya ke pinggang Andra untuk memeluk pria itu dengan erat.

"Maafin gue ya. Gue sadar kalau gue ini terkadang egois, gue selalu lebih mementingkan apa yang ada dalam pikiran gue ketimbang mementingkan perasaan lo. Tapi lo pasti akan melakukan hal yang sama, kalau lo ada di posisi gue dan hidup sebatang kara," ujar Tita.

Andra membalas pelukan itu.

"Gue anak yatim piatu, yang masih punya Kakak kandung tapi memilih untuk nggak menganggap gue ada. Keylan adalah orang pertama yang bersedia mengulurkan tangannya ke gue, saat gue lagi berada di ambang putus asa. Jadi saat Key terancam oleh Imey, gue adalah orang paling pertama yang nggak akan biarin dia terluka. Meskipun Key itu nyebelin, ngeselin, gue tetap akan menjadi yang pertama ada buat dia, kalau dia kesulitan," jelas Tita.

"Iya Ta, gue ngerti kok. Janji ya, lain kali jangan pergi sendirian, ajak gue juga kalau memang mendesak. Rasanya sakit Ta menunggu dalam ketidakpastian, gue tersiksa," pinta Andra.

Tita menghapus airmatanya lalu tersenyum seraya menatap wajah Andra lekat-lekat.

"I promise you, I never leave you alone anymore. I promise, next time you're the only one who will be a priority in my life," janji Tita.

Andra menganggukan kepalanya seraya tersenyum.

"Gue cinta sama lo Ta, karena lo keras kepala. Jadi, jangan menjadi lemah hanya karena gue meminta lo menetap dan nggak kemana-mana. Please, tetaplah jadi cewek yang tangguh, yang bisa nonjok muka siapapun manusia yang lo anggap menyebalkan!," pinta Andra.

Tita terkekeh di tengah isak tangisnya.

"Lo itu ampun ya..., quotes macam apa sih yang lo sampaikan ke gue???," gerutunya sambil mencubit kedua pipi Andra dengan gemas.

"Nggak tahu, gue cuma mengungkapkan apa yang terlintas dalam pikiran gue aja. Nggak pake dipikirin dulu," jawab Andra, polos.

"Terserah lah!," Tita pasrah.

* * *

THE STORY [PROSES PENERBITAN]Where stories live. Discover now