Memaafkan

59 15 2
                                    

Seminggu berlalu, masa hukuman untuk Seven B berakhir dan mereka bisa bersekolah seperti biasa lagi. Hari itu Hendri bersama Bu Anna - wali kelas di kelas 10-a - menunggu mereka di kelas gabungan di lantai tiga, tepat saat pelajaran seni akan berlangsung. Mereka berdiri di hadapan semua anggota kelas 10-a dan juga para senior kelas 11 dan 12 IPA.

"Hari ini, kami sudah memutuskan untuk merubah posisi duduk kalian bertujuh," ujar Hendri memulai.

Seven B menatap tak percaya ke arah Hendri.

"Veyza duduk dengan Tita, Ian duduk dengan Farel, Difta duduk dengan Alex, dan Keylan duduk dengan Cassandra," putus Hendri.

"Apa??? Duduk sama cewek sialan itu??? Nggak!!! Saya nggak mau!!!," tolak Keylan, kemarahannya kembali mencuat.

"Oke, kamu boleh menolak. Tapi kamu harus menerima sanksi, yaitu mulai hari ini kamu dan keenam sahabatmu dikeluarkan dari zona peringkat 1 sampai 7 dan menempati peringkat paling akhir!," tegas Hendri.

"Apa Pak? Nggak adil dong..., kan yang bermasalah Keylan bukan kami," protes Veyza.

"Hidup bersama, mati bersama! Itu yang selama ini kalian pegang kan?," sindir Hendri.

"Tapi ini tetap nggak adil Pak," Difta memohon.

Hendri angkat bahu seakan tak mau tahu.

"Saat ini keputusan ada di tangan Keylan. Kalau dia mau duduk sebangku dengan Cassandra dan membantunya untuk menjelaskan semua pelajaran agar Cassandra cepat mengerti, maka kalian akan tetap berada di zona peringkat 1 sampai 7 seperti biasanya," ujar Bu Anna.

"Dan untuk Keylan..., saya rasa keenam sahabat kamu sudah cukup untuk terus berkorban demi kamu selama ini. Hari ini, kamu yang harus belajar berkorban untuk mereka. Pikirkan sekarang juga!," perintah Hendri dengan tegas.

Semua mata di ruang kelas itu menatap ke arah Keylan dan menunggu jawabannya. Keylan mengepalkan tinjunya dan ingin meledakkan amarahnya lagi, namun ia lebih memilih untuk melonggarkan kepalan tangannya dan menghembuskan nafasnya dengan teratur. Seven B menunggu jawabannya, namun ia memilih tak menjawab dan langsung memindahkan kursinya ke tempat duduk di samping Cassandra yang kosong.

Semua menghembuskan nafas lega dengan keputusan yang Keylan ambil. Rencana mereka sukses total. Bu Anna segera meninggalkan kelas itu dan membiarkan Hendri kembali mengajar. Mereka tersenyum diam-diam satu sama lain tanpa Keylan tahu.

Keylan menulis sesuatu di kertas dan menyerahkannya pada Alex dan Difta yang ada di hadapannya.

Kalau keputusan ini bisa membuat kalian nggak marah lagi sama gue,

maka gue akan menerima dengan senang hati. Gue nggak akan

membiarkan lo semua terkena akibat dari perbuatan gue.

Alex menyerahkan tulisan itu pada Ian dan Farel, lalu diserahkan lagi pada Tita dan Veyza. Veyza menulis sesuatu di balik kertas itu.

Tambahan, lo harus berhenti membully Cassandra!

Cobalah untuk memaafkan, karena lo nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Kalau Difta mau membalas dendam sama lo, pasti balas dendamnya

akan jauh lebih parah dari yang lo pikirin. Tapi Difta malah

lebih memilih memaafkan lo kan? Dia juga lebih memilih balik sama kita.

THE STORY [PROSES PENERBITAN]Where stories live. Discover now