Ketika Cinta Bersemi

249 30 0
                                    

Andra menemui Sally di kelas 10-a saat jam istirahat berlangsung. Sally yang sedang meminta cara sederhana dari soal kimia pada Tita segera keluar kelas menemui kakanya itu. Andra menatap Tita sesaat dan segera berpaling pada Sally.

"Lo nggak makan siang?," tanya Andra.

"Nggak dulu kak, soalnya gue lagi minta ajarin kimia sama Tita...," jawab Sally.

"Namanya Tita?," tanya Andra seraya menatap Tita yang sedang menulis sebuah rumus di bawah bukunya.

"Iya, dia salah satu anggota Seven B," jawab Sally lagi.

"Dia pintar juga?," tanya Andra lagi.

"Peringkat lima sementara, di kelas," jelas Sally.

"What? Lima? Otaknya termasuk encer dong?."

"Iya, anggota Seven B itu peringkatnya naik-turun dari satu sampai tujuh, dan nggak ada yang bisa geser mereka. Mereka punya daya ingat yang bagus banget," ujar Sally.

"1 sampai 7? Nggak pernah bisa digeser? Siapa peringkat pertama?," tanya Andra.

"Untuk minggu ini, Difta tetap nomor satu. Dia mutlak ada diperingkat pertama. Peringkat kedua Ian, ketiga AL, keempat Key, kelima Tita, keenam Far, ketujuh Vey. Tapi biasanya, yang enam orang ini sering naik turun peringkatnya. Kalau Difta mutlak...," jawab Sally.

"Gila!!! Ya udah, kakak ke kantin dulu ya," Andra segera pergi.

Wayan mengambil banyak makanan untuk Radit dan Andra. Radit menatap ke arah Difta diam-diam dan melihat kalau gadis itu makan sambil terus menulis di buku cetak Kimia yang ia miliki. Andra datang dan langsung tahu ke mana mata Radit tertuju.

"Jangan heran Dit kalau dia makan sambil nulis kaya gitu, dia peringkat satu mutlak di kelas 10-a," ujar Andra.

"What? Mutlak?," tanya Radit.

Wayan langsung menghentikan makannya.

"Iya. Sally nggak makan siang karena lagi minta diajarin kimia sama Tita, pas gue tanya, ternyata Tita peringkat kelima minggu ini. Dan gue tanya siapa peringkat pertama, Sally bilang, Difta, dia peringkat satu yang mutlak. Keenam anggota Seven B yang lain peringkatnya naik turun dari peringkat dua sampai tujuh, dan itu juga mutlak, mereka nggak bisa digeser sama siapapun," jelas Andra.

"Gila, otak mereka terbuat dari apa?," tanya Wayan.

"Peringkat kedua sampai tujuh siapa aja?," tanya Radit.

"Minggu ini, peringkat kedua Ian, ketiga AL, Keempat Key, Kelima Tita, Keenam Far, dan ketujuh Vey, minggu depan pasti ada yang naik peringkat lagi dan menggeser yang lain dalam tujuh peringkat itu," jawab Andra.

Radit kembali menatap Difta yang sudah menutup bukunya dan mulai menjahili sahabatnya yang sedang makan. Difta terlihat biasa-biasa saja. Ian memainkan gitar milik seorang senior di kelas 11 IPA. Difta dan Veyza menyanyikan sebuah lagu.

"Tuhan pun tahu..., jikalau aku mencintai dirimu, tak musnah oleh waktu. Hingga maut datang menjemputku..., kutetap menunggu kamu di lain waktu... ."

Andra dan Wayan memperhatikan Seven B sebagaimana Radit memperhatikan mereka yang sedang bernyanyi.

"Perasaan mereka kelihatan normal deh, kaya anak-anak lain pada umumnya," ujar Radit.

"Iya, tapi kata Sally, mereka punya otak yang encer," balas Andra.

"Hebat, gue mau belajar sama dia deh, untuk materi kelas satu Ujian Nasional nanti," ujar Wayan.

HAHAHAHAHA!!!

Radit dan Andra langsung menertawainya, bahkan memukul lengan Wayan dengan tinju. Wayan cuek-cuek saja dan ikut tertawa. Difta berbalik ke arah tempat Radit makan siang, saat mendengar suara tawa yang keras itu. Radit tersenyum pada gadis itu dan melambaikan tangannya. Difta membalas senyuman itu dan kembali berbalik pada sahabatnya. Jantung Radit kembali berdebar saat melihat senyuman itu. Sederhana, namun cantik.

THE STORY [PROSES PENERBITAN]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum