delapan; berkunjung

67 7 8
                                    

"minjun, taecyeon, adek, ke ruang tamu dulu yuk. ayah sama bunda mau ngomong sesuatu." suara bunda memecah keheningan di sore itu.

tak perlu menunggu lama, minjun dan taecyeon sudah muncul dan segera duduk di karpet dengan tenang.

"adekmu mana, jun?" tanya ayah setelah menyesap habis si hitam pahit.

"lagi mandi kayaknya. mas juga gak tahu, yah."

setelah lima menit, si bungsu pun menampakkan dirinya dan duduk di sisi taecyeon tanpa banyak bicara.

"jadi ayah dan bunda mau ngomong sesuatu sama kalian..." ayah mulai mengawali perbincangan sore itu.

"ayah sama bunda harus pergi ke jepang karena pekerjaan ayah. bunda kalian harus ikut karena ayah gak mungkin tinggalin bunda kamu sendirian, kasihan nanti gak ada yang ngurusin bunda."

bunda menepuk lengan suaminya, "kebalik dong, ayah! bercanda aja ih... serius dulu dong."

ayah menyengir, "kemungkinan ayah sama bunda di jepang selama sebulan, bisa lebih lama tapi gak bisa lebih cepet."

"APA? SEBULAN?" seperti yang sudah diduga, si bungsu berteriak tidak percaya. ini kali pertama kedua orang tuanya akan pergi jauh dalam jangka waktu yang tidak bisa dibilang cepat.

"maafin bunda ya, sayang. kalau bunda kasih tahu lebih cepet, takutnya bunda malah gak rela ninggalin kamu di sini..." bunda mendekati gadisnya itu lalu memberikan dekapan hangat disertai usapan sayang pada kepalanya.

"ayah, bunda... adek gak boleh ikut aja gitu?" si bungsu menangis terisak dengan begitu hebatnya. minjun dan taecyeon jadi kasihan ngeliatnya.

"adek harus di sini dong, kan masih sekolah..." bunda mencoba menenangkan anaknya ini supaya setidaknya nanti bisa dibicarakan dengan lebih baik.

"apa gak bisa ditunda dulu gitu perginya? kan adek gak mau ditinggal sama bunda..."

"mana bisa, dek. ayah kan harus kerja juga supaya bisa nafkahin kita sekeluarga..." kini minjun ikut andil untuk menenangkan adiknya.

masih dengan terisak si gadis melepas dekapan sang bunda dan berdiri, "adek ngantuk, mau tidur duluan." setelah itu ia berjalan lesu ke kamarnya yang ada di lantai atas.

"bunda sama ayah tenang aja, nanti mas coba buat tenangin adek."

dengan begitu, saat jarum jam sudah menunjuk ke angka sembilan, minjun dan taecyeon memutuskan untuk tidur bersama rebecca. minjun tidur dengan memeluk sang adik, sementara taecyeon tidur di lantai beralaskan sleeping bag.

padahal tadi taecyeon ada niatan untuk ikut tidur di ranjang. toh ranjang rebecca ini sangat besar, bisa untuk tiga orang dewasa. tapi keburu diberi tatapan sinis oleh minjun, mau tak mau pakai sleeping bag miliknya.

•°•°•

hari ini hari rabu, hari ketiga setelah ayah dan bunda berangkat ke jepang. keadaan rebecca sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, sudah bisa tersenyum dan tertawa. setidaknya itu cukup bagi minjun dan taecyeon yang kini harus menjaga si gadis.

"adek, nanti malem kamu gak ada pergi kemana-mana kan?"

rebecca menggeleng singkat, "oke baguslah. kita di rumah aja ya, gak perlu kemana-mana."

rebecca hanya bisa memandang heran pada kakaknya, tapi tak ada niatan bertanya.













si gadis dengan rambut sebahu itu kini sedang larut dalam mengerjakan tugasnya, untung cuma satu. ditemani secangkir teh hijau dan satu dari dua benda kecil yang menyumpal telinganya, memutar berbagai lagu indah yang sangat disukainya.

"adek ayo turun dulu, ada tamu." suara adem masnya itu seketika menghancurkan konsentrasinya.

"tamu?"

"langsung ke bawah aja biar gak penasaran." minjun langsung meninggalkannya, mau tak mau ia menyusul untuk turun ke bawah.

"pak brian? pak jinyoung??? loh— rame banget?" mulut si gadis sedikit terbuka akibat melihat berbagai macam manusia yang ada di hadapannya.

ada enam orang yang berkunjung ke rumahnya, dua di antaranya ada brian dan jinyoung. empat orang lainnya adalah nichkhun, wooyoung, junho, dan chansung. kata minjun keempat orang itu adalah sahabatnya saat masih kuliah, termasuk taecyeon.

"mas, kok cowok semua?" pertanyaan konyol ini sukses membuat semuanya tertawa. rebecca jadi kesal karena ditertawakan.

"bodo amat ah, kalo pak brian aja ya gak masalah. tapi mas..." rebecca geleng-geleng karena kehabisan kata-kata. tanpa permisi ia langsung kembali ke kamarnya demi menyelesaikan tugas fisika bu sandara yang kononnya keramat karena jawabannya tidak bisa dicari di internet, kecuali kamu beriman.

"pak minjun, saya sama jinyoung boleh ke dapur kan?" minjun hanya mengangguk dan kembali berbincang dengan kelima sahabatnya.

brian justru membawa jinyoung menuju sebuah pintu bergambarkan tokoh kartun mungil berwarna kuning yang menggemaskan, pikachu.

"ini kamar siapa, bro?"

"kamar pak minjun— ya kali, ini kamarnya muridmu itu."

"lah mau ngapain?"

"ya kita ngobrol aja sama dia." dengan seenaknya brian langsung membuka pintu berwarna coklat itu bahkan tanpa ketukan.

"hai, my little sister!" sapaannya dibalas dengan wajah terkejut si gadis.

"pak??? apa lagi ini?"

"gak tahu, biar kita bertiga ngobrol di sini aja dulu. oh iya, saya yang ambil minumannya ya. tunggu sebentar."

lagi, dengan seenaknya meninggalkan dua insan yang mulai diselimuti perasaan canggung antara satu sama lain.

"halo, nandhana." si manado berusaha untuk membuka percakapan, supaya tidak lebih canggung.

"h—halo juga pak. kok tumben bapak ke sini? setahu saya bapak orangnya jarang main ke rumah temen..."

"kamu tahu dari mana?" jinyoung memposisikan dirinya untuk duduk di sofa sehingga berhadapan dengan rebecca yang duduk di kursi belajar.

"eh a—anu, dari pak brian." jinyoung manggut-manggut. ingatkan dia untuk tempeleng kepala brian, karena hal itu termasuk rahasia yang gak banyak orang tahu.

"kamu lagi ngerjain tugas?" lelaki itu bertanya karena sempat melirik meja belajar rebecca yang penuh bermacam buku tebal.

"huh? o—oh iya pak, tugasnya bu sandara hehehe." jinyoung sedikit mendekat karena ingin melihat apa yang dikerjakan si gadis.

"susah gak sih soalnya?"

"gak terlalu sih pak, ini materinya masih lanjutan dari smp..." jinyoung kembali manggut dengan mulut membentuk huruf 'o' besar.

"bapak mau bantuin saya emangnya?"

"kagak, kata siapa. saya nanya mah bukan berarti mau bantuin." kemudian ia terkejut karena lengannya terasa sakit.














"eEHHH PAK MAAF SAYA GAK SENGAJA SJSGHSJSJSISS, MAAFIN SAYA YA PAK HUHuHu." ia merasakan usapan pelan pada lengannya.

sementara, dari luar terdengar suara cekikikan. sudah bisa dipastikan itu brian.

"kurang asem ini anak satu malah ngetawain temennya sendiri!" ucap jinyoung dengan nada sewot begitu brian masuk dengan wajah tak berdosanya itu.

"mana pak minumnya? katanya mau ngambilin." rebecca bertanya karena tidak mendapati brian membawa apapun.

brian menyengir lebar, "tadi udah diabisin sambil ngeliatin kalian ngobrol."

"tUH KAN PARAH."

"temen macam apa sih ini orang?!"

mari kita doakan brian yang sekarang jadi korban tinju rebecca dan jinyoung yang sudah kehausan level dewa.

how to love  \\  p.jinyoung [🚩]Where stories live. Discover now