tujuh; agustusan

49 11 0
                                    

tidak terasa sebulan sudah terlewati. itu artinya sudah hampir sebulan semenjak si gadis jawa memutuskan untuk mengenal si penanggung jawab laboratorium ipa dengan lebih dalam. cukup sukses, dengan bantuan brian tentu saja.

hanya saja otak brian mungkin sudah dimanipulasi atau semacamnya. karena brian dapat membicarakan soal jinyoung setiap berbincang dengan murid kesayangannya itu. rebecca juga masih berusaha untuk bertindak biasa setiap telinganya mendengar nama si sulawesi.

wajahnya masih bisa dikontrol, walau bibirnya sudah susah payah ditahan agar tidak menampilkan lengkungan manis. dari sini luarnya terlihat baik-baik saja, tapi bagaimana dengan hatinya? tidak tahu.

hanya berdebar seperti biasa, mungkin? walau debaran itu akan disertai efek samping. adanya hantaman tak kasat mata yang dirasakan maksudnya. tapi ia menikmatinya kalau boleh jujur.

•°•°•

berita baik, hari ini satu sekolah hanya akan mengenakan baju bernuansa merah-putih tanpa perlu pakai seragam yang membuat siapapun dapat merasa gerah.

rebecca, minjun, dan taecyeon serempak mengenakan kaos berwarna merah. kalau punya si kakak beradik dimeriahkan dengan tulisan "javanese pride", maka punya taecyeon bertuliskan "bataknese pride". ya, ujung-ujungnya berbahasa inggris.

"mas, katanya lomba yang aku ikutin itu ada pak jinyoung ya? ma—maksudku pak jinyoung jadi jurinya?"

"kamu ikut lomba apa emang?" si sulung tengah merapikan tampilannya sebelum keluar dari mobil diikuti dua orang lainnya.

"aku ikut lomba yang kayak teka-teki gitu. apa sih namanya?"

"selamatkan pak presiden, cil. perasaan kemarin kau udah nanya sama masmu deh."

kan, mulai deh...

"abang," si gadis menahan taecyeon sebelum melangkah lebih jauh, memberi death glare sebelum melanjutkan kalimatnya.

"plis bang, jangan ngeselin dong. gak kasian sama si cantik ini?"

minjun tertawa lepas lalu kembali berjalan menjauhi keduanya, "adek, kayaknya kemaren kamu bilang ikut lomba yang memperjuangkan kemerdekaan itu deh?"

rebecca dan taecyeon sama-sama menoleh ke arah minjun, "lah iya ya, baru inget!" lalu ia berlari mendekat pada minjun dan mereka berjalan masuk ke lobi meninggalkan taecyeon yang hanya bisa menghela napas.

•°•°•

nyatanya, si pria bermarga walandouw itu tidak menjadi juri dalam lomba apapun. hanya berdiri dan memperhatikan setiap murid yang sangat menggebu-gebu dan para anggota osis yang tertawa heboh kala beberapa peserta lomba mampu membuat perut mereka tergelitik. pria ini mana mau sih kalau di suruh jadi juri?

kalau bisa gampang, artinya boleh nolak buat ngurusin yang ribet kan?

sedari tadi banyak murid-murid yang belum lomba datang padanya untuk sekedar foto bersama. konon katanya, jinyoung susah diajak foto kalau bukan foto sama anak wali sendiri. sekarang sudah gak jadi wali kelas maka akan lebih susah katanya.

setelah beberapa waktu, matanya menangkap gadis berambut hitam legam sebahu yang sedang berjuang dalam salah satu perlombaan yang mengharuskan para peserta untuk memakai penutup mata.

gadis itu berputar sebanyak lima kali di tempat lalu mulai berjalan sesuai instruksi teammate-nya. berbagai teriakan memenuhi tempat berlangsungnya lomba itu, suasana memanas dan semakin seru. hingga tanpa sadar kedua tungkainya melangkah mendekat.

"kiri, kiri! bukan. arah jarum jam 2! iya iya, ya di situ! nunduk sedikit, re. yaa, yaa! oke bagus. serong kanan sedikit. turunin tangannya pelan-pelan!"

mendengar seruan itu, dalam hati jinyoung jadi ikut memberi komando. eh lebih tepatnya sekarang malah terucap walau samar-samar.

"yes, menang!" pria dengan lesung pipi menawan itu ikut bersorak usai rebecca menyelesaikan tantangannya. matanya terus tertuju pada si gadis sampai kedua matanya bertubrukan langsung dengan iris coklat gelap itu.

wajahnya refleks memberi senyuman lebar hingga turut membentuk dua garis kecil di pipinya.

"bapak tadi liat saya lomba juga?" entah sejak kapan si gadis berdiri di sebelahnya.

"eh? oh iya tadi saya liat. seru juga ya, pantesan di sini paling heboh." keduanya tertawa kecil dan memutuskan untuk sedikit menyingkir dari keramaian.

"REBECCAAAA! gokil banget ya emang sayangku ini."

tidak tahu datang dari mana, tiba-tiba saja ryujin memeluk tubuh sahabatnya dengan erat. ada somi juga, tapi dia memilih untuk berdiri di sebelah jinyoung dengan malu-malu.

"biasa aja kali, itu juga karena komandonya donghyun yang oke sih. bayangin aja kalau kemaren beneran lucas yang ikut, jadi gimana entar?"

keduanya tertawa lebar, "parah lo, gak boleh gitu lah hahaha."

"oh ya, nak. saya duluan ya." setelahnya, jinyoung berlalu dari hadapan ketiga gadis muda itu.

"re, tadi ngobrolin apa aja sama pak jinyoung?" tidak usah tanya siapa yang baru saja berucap. sudah jelas somi.

"huh? kayaknya cuma nyapa aja deh." rebecca membalas dengan sedikit mengusap daun telinganya.

"eh makan yuk, laper nih. sepuluh menit lagi juga udah mau istirahat kan?" ajakan ryujin jadi akhir dari obrolan singkat ketiga sahabat ini. mereka berjalan menuju kantin sekolah yang saat itu tidak terlalu sepi.

how to love  \\  p.jinyoung [🚩]Where stories live. Discover now