"Iya, gue pergi dulu."

Angkasa berjalan menelusuri koridor rumah sakit. Tiba-tiba handphone nya berdering, Angkasa melihat nomor tidak dikenal yang menelponnya.

"Ini siapa?"

"Gue Zidan. Bisa temuin gue di Cafe Mentari sekarang?."

"Ada urusan apa ya? Gue sibuk."

"Bisa atau gak?."

"Iya iya bisa! Gue otw."

"Oke."

Tut.

Angkasa menyimpan handphonenya kedalam saku celananya. Sebenarnya ia sangat malas untuk menemui Zidan, namun ia penasaran juga untuk apa Zidan mengajaknya bertemu.

🏀🏀🏀

Angkasa duduk di kursi yang bersebrangan dengan kursi yang diduduki oleh Zidan, "Ada perlu apa?," tanya Angkasa dingin.

"Gue cuman mau jelasin, gue tadi itu cuman nolongin Keysheva. Dia diculik sama sekretaris lo itu."

Angkasa menaikkan sebelah alisnya, "Maksud lo, Jennifer?" tanyanya.

Zidan mengangguk, "Nah itu namanya! Keysheva hampir dibunuh sama dia. Gue nemuin Keysheva karena gue ngelacak gps handphonenya."

"Gue heran, bisa-bisanya lo mempekerjakan wanita licik kayak Jennifer itu."

"Gue juga gak tau ternyata kelakuan dia begitu," sahut Angkasa.

Zidan tertawa kecil, "Lo itu juga kenapa sih gak percayaan banget sama Keysheva? Dia itu istri lo, dan dia lagi hamil anak lo."

"Iya gue tau gue salah—"

"Sekarang baru lo sadar kalau lo salah? Jangan sia-siain Keysheva Sa, dia perempuan baik, sabar, kalau lo berani nyakitin dia lagi, gue bakal rebut Keysheva dari lo."

Angkasa menatap tajam Zidan, berani-beraninya Zidan berbicara seperti itu dihadapannya langsung, "Dan gue bakal pastiin lo mati saat itu juga."

Zidan terkekeh, "Kalem bro, santuy. Sebaiknya lo pecat Jennifer, eh laporin dia ke polisi juga."

"Iya, tenang aja."

"Keysheva tadi sempat cerita sama gue, katanya Reva keguguran gara-gara Jennifer?."

Angkasa menganggukan kepalanya, "Iya."

"Bener-bener tuh cewek iblis, ada masalah apa sih dalam hidupnya," heran Zidan.

"Gak tau juga gue."

"Intinya lo jaga Keysheva baik-baik, pasti lo lagi marahan kan sama dia?"

"Iya," sahut Angkasa sembari mengangguk pelan.

"Dia dimana sekarang?" tanya Zidan.

"Dia tadi pergi, antara kerumah Bundanya atau ke Apartement, tapi tadi diantar supir kok."

"Lo cariin gih, terus lo kelarin masalah lo, sebelum semuanya semakin rumit," ucap Zidan dibalas anggukan dari Angkasa.

"Thanks, gue duluan."

🏀🏀🏀

Angkasa berdiri didepan teras kediaman rumah orang tua Keysheva. Ia mengetuk pintu rumah tersebut dengan perlahan.

Tak lama kemudian pintu terbuka, seorang wanita menatap kearah Angkasa, "Nyari Keysheva?."

Angkasa mencium punggung tangan kanan wanita itu sebagai tanda hormatnya, ia mengangguk pelan, "Iya Bun, ada disini kan?."

"Ada, cuman dia lagi gak mau diganggu katanya," sahut Emy.

"Oh gitu ya? Keysheva dikamar kan? Kalau Angkasa ke kamar—"

"Dia lagi gak mau di ganggu Angkasa," ucap Emy dengan penekanan disetiap katanya.

"Masuk dulu yok, Bunda mau bicara."

Emy lebih dulu masuk dan duduk di sofa ruang tamu, Angkasa mengikutinya dan duduk juga. Ia tersenyum kearah mertuanya itu.

"Keysheva kesini nangis-nangis, dia udah cerita semuanya sama Bunda."

"Maafin Angkasa udah buat anak Bunda nangis," ucap Angkasa tulus meminta maaf.

"Keysheva bilang dia mau pisah—"

"Enggak, Angkasa gak mau pisah sama Keysheva, masalah ini bakal cepat selesai, Bunda tenang aja," ucap Angkasa memotong perkataan Emy.

Emy menghela nafasnya, ia mengangguk pelan, "Ya sudah, Bunda percaya sama kamu. Oh iya Bunda mau nanya sama kamu, kenapa kamu gak percayaan sama Keysheva? Dia itu istri kamu, masa gak percaya sama istri sendiri sih."

"Iya Bun maaf, Angkasa salah."

"Jangan sampai Keysheva benar-benar capek menghadapi kamu."

"Iya Bun, Angkasa bakal lebih percaya sama Keysheva."

"Bagus."

"Angkasa pulang dulu ya, ntar gak usah bilang ke Keysheva kalau Angkasa kesini. Besok Angkasa kesini lagi kok." Angkasa mencium lagi punggung tangan kanan Emy, "Assalamualaikum Bun."

"Waalaikumsallam."

Keysheva [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang