[26]. ~Pilihan Gibran~

1.7K 186 6
                                    

Bissmillahirrahmanirrahim

"Apapun keputusan yang kau ambil, jika memang menurut Allah baik. Maka, akan baik pula untuk semuanya."

-Muhasabah Cinta-

*
**
***

Dua Tahun Kemudian...

Empat tahun Gibran menyelesaikan pendidikannya di negeri piramid, akhirnya gelar yang sudah lama Gibran tunggu kini sudah ia dapati. Gelar Master untuk lulusan S2 membuat Gibran tak menyangka. Akhirnya perjuangan yang selama bertahun-tahun mendapatkan hasil yang memuaskan. Lelah dalam belajar itu memang ada, tapi akan menjadi Lillah jika dikerjakan karena Allah. Karena tidak ada yang instan dalam proses pembelajaran. Butuh waktu lama untuk menggapai cita-cita. Gibran melakukan ini semua karena Allah. Dia mengejar cita-citanya pun karena Allah. Sehingga, lelah yang dia dapati menjadi Lillah, tersebab apa yang dia lakukan itu karena Allah.

Gibran pernah merasakan kecewa terhadap wanita yang dia cintai. Dan kini, hatinya perlahan mengikhlaskan wanita itu. Selama dua tahun dia berusaha melupakan gadis bercadar, akhirnya dia bisa perlahan melupakan sosoknya. Gibran tak pernah menemui gadis itu lagi, pernah beberapa kali Gibran berpapasan dengan gadis itu, namun Gibran menghindar karena tak ingin mengingat mata cokelat itu lagi. Sudah cukup dia kecewa hanya untuk satu wanita.

Gibran tahu, jika memang dirinya berjodoh. Sejauh apapun dia dengan gadis itu, maka Allah akan persatukan mereka. Tak mungkin Allah salah dalam memilih jodoh untuk hamba-Nya.

Semenjak dia mengetahui bahwa wanita yang dia dambakan akan menjadi milik orang lain, dunianya tak seindah saat pertama kali bertemu wanita itu. Bertahun-tahun Gibran tak pernah merasakan jatuh cinta, namun sekalinya dia jatuh cinta. Dia malah mendapatkan kekecewaan.

Dan tentang perjodohan dua tahun yang lalu, Gibran memutuskan untuk mengambil keputusan setelah dia lulus dari Kuliahnya. Dan kini, saatnya dia menepati perkataan sang Papa. Dia sudah mengambil keputusan, semoga saja apapun keputusan yang dia ambil itu untuk kebaikan semuanya.

Dalam hati, Gibran sangat berat mengambil keputusan ini. Namun, demi kebaikan semuanya dia akan melakukan apapun. Apalagi ini keinginan sang Papa. Tak mungkin Gibran menyakiti hati sang Papa.
Setelah 12 jam perjalanan Mesir ke Bandung, akhirnya Gibran telah sampai di Bandara Husein Sastranegara—Bandung. Dia melakukan transit kemudian setelah itu dia mendorong koper yang dia bawa. Seminggu setelah wisuda di Mesir, Gibran memutuskan untuk pulang ke Indonesia untuk memenuhi janji pada sang Papa.

“Selamat Tinggal Kairo, selamat tinggal kenangan,” ucapnya pelan.
Dia menghela nafas gusar, berjalan di lobby Bandara.


***

Seseorang tengah duduk di bangku berwarna cokelat. Matanya tertuju pada ponsel yang ia genggam di tangannya. Beberapa menit yang lalu, ia baru saja mendapati telepon dari keluarganya. Dia tersenyum dibalik Niqob hitamnya. Sudah dua tahun lamanya dia menetap di Kairo, kini dirinya hanya tinggal menyelesaikan tesisnya.

Dia masih mengingat keinginan sang Ayah dan Bunda agar dirinya melupakan sosok yang telah menghadap Illahi. Selama bertahun-tahun juga dirinya sudah berusaha untuk melupakannya, dan kini perlahan dia bisa mengikhlaskan kepergian lelaki yang amat dia sayangi.

Dua tahun bukan waktu yang lama untuk melupakan seseorang. Walaupun dirinya terkadang masih selalu teringat lelaki itu, tapi setidaknya dia sudah bisa ikhlas melepaskannya. Dan dia ingin membuka hatinya untuk lelaki yang akan menjadi suaminya kelak.
Rasa kehilangan itu masih ada, namun lagi-lagi dia hanya bisa tersenyum dibalik kesedihannya. Senyum yang menutup luka itulah yang selalu dia andalkan ketika dirinya sedang merindukan sosoknya.

Muhasabah Cinta [SUDAH TERBIT!]Where stories live. Discover now