Selamat malam.
Semoga kuat ya baca part ini.Ada adegan uwuwu plus adegan panasnya.
Pendinginnya belum ada🤣Jangan lupa klik bintang dulu.
"Van, lo kenapa?"
"Nggak papa."
"Marah?"
"Nggak."
"Terus?"
"Kenapa aksi lagi?" Vanilla menunduk lemah. Bukan dia tidak perduli pada kepentingan yang menyangkut orang banyak. Tapi dia tidak mau Erlang terluka atau bahkan terjadi insiden rusuh lagi.
"Nanti kalau lo luka gue juga ikutan luka, kak."
Erlang mengacak gemas rambut Vanilla.
"Janji, ini nggak akan kenapa-napa. Habis aksi gue langsung otw ke kos lo.""Hah? Ngapain?"
"Menurut lo?"
Vanilla mendesah pelan. "Numpang makan mie rebus?"
Kedua pipi Vanilla ditarik gemas oleh Erlang. "Pinter banget, pacar siapa sih ini."
Vanilla melotot kesal. Wajahnya menjadi jelek dan reot karena tarikan di kedua pipinya. "Sakit."
"Maaf. Ini nggak akan ricuh seperti bayangan lo kok. Lagipula nanti juga dikawal polisi."
"Ya tetap aja masih khawatir."
Erlang merangkul pundak Vanilla. Menyalurkan semua atensi ke gadis didepannya.
"Cie udah mulai khawatir sama gue.""Nggak."
"Bilang iya apa susahnya."
"Orang nggak khawatir kok. Percaya diri banget jadi cowok."
"Van?" Erlang memaksa Vanilla menghadap ke wajahnya
"Apa?" jawab Vanilla malas
"Sayang."
"Hmm..." Gumam Vanilla malas namun hatinya meledak karena panggilan sayang dari Erlang
"Dengerin omongan gue. Dan jawab iya. Oke?" Vanilla tidak mengerti tapi karena dasarnya dia polos alhasil mengangguk saja biar cepat kelar
"Cewek didepan gue namanya Vanilla?"
"Iya."
"Cantik, gemesin, galak dan pendek." Vanilla mencibir kesal. Udah disayang masih saja di bully
"Ih, iya."
"Zodiak Pisces?"
"Iya."
"Pacarnya Erlang Baskara?"
"Iya."
"Sayangnya Erlang?"
"Iya."
"Lagi khawatirin Erlang?"
YOU ARE READING
LATTE [COMPLETED]
Teen Fiction🍁Dunia terhenti. Bukan dingin lagi yang tercipta oleh malam. Melainkan narasi kepergian yang entah kapan kembalinya. Seperti benci situasi seperti ini. Tetapi aku sudah akrab dengan perasaan baru yang dibawanya... Ada khawatir didalam kata bangga...