27| Sweet Momen

131K 14.4K 8.1K
                                    

Penumpangnya kapal MaNdi, absen dulu dong:v

1. Jika suatu hari cerita LWB diterbitin, siapa aja nih yang mau meluk bukunya?

2. Tipe teman yang kalian suka dicerita ini kayak siapa?

3. Tipe pacar yang kalian idamkan di cerita ini kayak siapa?

Semangatin kita dong biar nulisnya makin semangat🤭

Semangatin kita dong biar nulisnya makin semangat🤭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terkadang cinta memang datang
secara terlambat. Itu tanda Tuhan tengah mempersiapkan dia yang terbaik untuk kita."

🍂

Indira mengusap tengkuknya canggung. Di sampingnya ada Madava yang sejak tadi terus menatapnya tanpa berkedip. Situasi seperti ini membuat Indira semakin dibuat tak waras. Masih bagaikan mimpi, cowok yang begitu Indira benci pada akhirnya kini menjadi orang yang Indira cintai.

Sulit dipercaya memang. Perasaan Indira untuk Madava bisa berkembang begitu cepatnya. Padahal Indira sangat yakin benteng pertahanan hatinya sudah Indira bangun dengam kuat dan kokoh. Tetapi pada akhirnya Madava berhasil menembusnya. Perjanjian perihal tidak diperbolehkan menatap mata lebih dari 10 detik itu sudah tidak berlaku lagi. Mulai sekarang Indira bebas memandangi Madava, pun sebaliknya Madava akan puas menatap wajah Indira setiap detiknya.

"Kenapa?" tanya Madava tersenyum geli, ia bisa mengetahui kegugupan yang saat ini  Indira rasakan.

"Ke-kenapa apanya?"

"Lo? 10 menit kita diam di sini. Semua orang udah pulang, mau tidur di sekolah?" kelakar Madava.

Indira terkekeh canggung. Dalam hati Indira mengutuk dirinya sendiri. Kenapa harus secanggung ini? Jujur saja Indira tidak menyukai suasana seperti ini. Indira lebih suka beradu debat dengan Madava. Namun resminya hubungan antara Indira dan Madava sebagai sepasang kekasih justru merubah sikapnya mendadak menjadi canggung.

"Bol!" Madava berdecak keras. "Lo mikirin apa sih? Dari tadi kaya orang bego."

"Apa lo bilang?!" sentak Indira memberang. Matanya melotot tajam, kedua tangannya saling berkacak pinggang.

Madava bertepuk tangan heboh. Mulutnya menganga seraya menggeleng-gelengkan kepala dramatis. "Nah gitu dong ngegas. Kan gue suka jadinya. Ini baru Indihom cebol gue," puji Madava mengacak rambut Indira gemas.

Indira mendegus. "Nama gue udah bagus Indira Hanggini. Kenapa lo selalu seenaknya manggil gue Indihom sama cebol?" sengit Indira.

"Kan itu panggilan keseyengan. Lo aja setiap manggil gue di belakangnya ditambahin anak setan gue nggak baper," ujar Madava mencebikkan bibir.

Living with Badboy ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang