Malam Pertama

11.9K 500 4
                                    

***

Setelah Sekitar dua puluh menit berlalu,
Sinta pun akhirnya muncul. Tapi ia terlihat aneh. Wajahnya terlihat merah. Lili bisa melihat sisa-sisa air mata di wajahnya.

Sinta tampak tergesa-gesa meraih tas miliknya yang tergeletak di atas meja.
"Dam, kita pulang!"

"Kenapa buru-buru? Pestanya belum selesai." Sang kakak jelas heran.

Sinta tak menggubrisnya, ia berlalu begitu saja.

"Sinta, tunggu!" Damian bangkit dan menyusulnya.

Lili merasa ada yang tidak beres. Bahkan pertama kali bertemu Sinta ia sudah  merasakan aura lain dari wanita itu. Tapi apa?

Sudahlah.

Lili tak berniat membesar-besarkan rasa penasarannya ini, ada yang lebih penting.
Ozan dari tadi belum kembali.

Lili tetap menunggu disana, masih diposisinya semula saat Ozan pamit ke kamar kecil.

Kepala Lili tak bisa diam-menoleh kesana kemari mulai cemas menunggu Ozan yang tak kunjung kembali. Padahal sudah lebih 30 menit semenjak ia ditinggal sendiri.

Beberapa menit kemudian, seorang pria berpakaian serba hitam menghampiri Lili.

"Nona, Anda sudah ditunggu Tuan Ozan di mobil."

Lili lantas mengikuti pengawal tersebut.

Melewati pintu utama hotel,Lili mendapati sebuah mobil hitam milik suaminya sudah menunggu di depan sana.

Pengawal yang bersamanya itu membuka pintu mobil,mempersilakan Lili untuk masuk.

Lili dapat melihat pemandangan di dalam mobil sudah ada Ozan. Suaminya itu tampak tak menyadari kedatangannya karena fokus dengan MacBook di tangan.

Lili masuk, duduk di samping Ozan di kursi belakang. Setelahnya mobil pun berjalan.

Jantung Lili berdetak tak nyaman merasakan aura yang berbeda. Ozan terlihat lain saat ini.

Lili sesekali melirik Ozan yang masih tidak menyapanya sama sekali. Bahkan melihatnya pun tidak.

Wajah tampan lelaki itu yang biasanya terlihat hangat,malam ini tampak dingin.

Lili seperti melihat orang lain saat ini.

"Aku lelah. Jadi kita pulang sekarang."

Lili hanya mengangguk. Sedikit lega ketika Ozan berbicara walau masih tak melihatnya.

Memaklumi,mungkin Ozan lelah akan acara pernikahan mereka.

Tak ada sepatah pun yang keluar dari mulut Ozan setelahnya hingga mobil mereka sampai.

Lili reflek memerhatikan ke arah jendela saat mobil mereka melewati gerbang tinggi yang terbuka otomatis mencuri perhatiannya. Gerbang besar itu tampak begitu kokoh dan tinggi menjulang. Sama kokoh dengan pagar beton yang mengelilingi rumah di tengah sana.

Rumah? Tidak. Ini lebih tepat disebut Istana.

Pemandangan taman yang indah menyambut mereka sebelum akhirnya mobil mereka berhenti di depan tangga masuk rumah megah berwarna putih. Dua pilar besar menjulang di sini kanan dan kiri tangga dan tepat di depan rumah terdapat air mancur yang begitu indah.

Lili turun dari mobil dengan dibukakan pintu oleh sopir,lalu berjalan mengikuti Ozan menaiki tangga.

Terdapat dua orang pengawal dengan pakaian hitam berdiri di sisi pintu masuk.

Lili sudah tak heran melihat pria-pria berpakaian serba hitam dengan raut kaku dan terkesan misterius seperti itu. Beberapa kali saat Ozan mengunjungi panti atau mengajak Lili keluar,hampir lelaki itu tak pernah sendiri. Sering kali pria yang disebut pengawal itu mengikuti mobil mereka dari belakang atau mengawasi dari kejauhan saat mereka singgah ke suatu tempat.

CINTA DARI LILIWhere stories live. Discover now