#5. Mengamuk

6.4K 383 12
                                    


***

Pukul 19.20

Lili tiba di kediaman suaminya setelah seharian menghabiskan waktu di panti. Dia diantar sopir,namun saat sopir tersebut mau menunggunya,Lili malah menyuruhnya pulang dan tidak mau dijemput. Dia bisa pulang sendiri. Lagipula tadi dia belum tahu pasti akan pulang jam berapa.

Saat melihat Lili datang tadi,bunda Rahma pemilik panti terkejut melihat Lili yang datang dengan muka kusut. Ditambah dia datang sendiri bukan bersama suaminya.

Lili tak mengatakan yang sebenarnya terhadap Bunda Rahma karena tidak mau bunda Rahma kepikiran. Lili hanya beralasan ingin mengambil barangnya yang ketinggalan sekaligus ingin sekedar berkunjung saja.

Bunda Rahma lega mendengarnya. Bukan tidak suka Lili datang,malah dia sendiri yang meminta Lili agar sering-sering berkunjung walau sudah menikah. Dia malah senang,anak asuh kesayangannya datang.

Namun,ekspresi Lili tidak bisa berbohong. Seharian Wajahnya bertekuk dan lebih banyak diam. Wajahnya seperti memiliki beban pikiran tapi tidak bisa diungkapkan.

Oh,ya. Tentu saja. Bagaimana tidak kesal? Entah kenapa hari ini seolah orang-orang yang ingin dia hubungi seolah kompak tidak ingin menjawab panggilannya.

Semalam saat kembali masuk ke kamarnya setelah berhasil mencuri nomor Sinta,Lili langsung menghubunginya.

Lili kala itu sudah menyiapkan segudang pertanyaan yang memukul-mukul kepalanya-menyiksa. Siap bertanya dengan Sinta. Namun,tahu apa jawaban Sinta setelah tahu Lili yang meneleponnya?

"Maaf,salah sambung."

Setelah mengatakan itu,sambungannya di putus begitu saja.

Lili ternga-nga. Mengumpat seorang diri di tengah malam buta saat Sinta tak lagi mau mengangkat panggilannya.

Tidak mungkin salah sambung. Lili yakin jika itu benar Sinta. Hanya saja wanita aneh itu entah kenapa tidak mau bicara dengannya.

Belasan panggilan dan beberapa pesan Lili sama sekali tak mendapat balasan. Lili tidur dalam keadaan hati yang dongkol. Ditambah keesokkan paginya dia mendapati Ozan sudah pergi. Lili kesiangan. Dengan hati dongkol,Lili memutuskan untuk berkunjung ke panti.

Tahu apa yang membuat Lili kian merasa frustasi? Ozan juga tak mengangkat panggilannya. Mungkinkah lelaki itu sudah ganti nomor? Kenapa sejak kemarin lelaki itu tidak pernah mengangkat panggilannya? Sebelum ini bukahkah Ozan yang selalu mendekati dan menghubunginya setiap saat?

Senyum Lili mengembang saat mendapati mobil suaminya sudah terparkir di garasi.

Lebar-lebar kakinya melangkah menuju kamar suaminya.

Dalam perjalanan pulang tadi, ia sudah membulatkan tekad untuk menyelesaikan masalah yang entah apa itu terhadap Ozan begitu tiba di rumah.

Jika dirinya bersalah ia akan meminta maaf.

Jika ada tingkahnya yang membuat Ozan tak senang, ia akan merubahnya.

Jika salam paham, ia akan meluruskannya.

Apapun itu, yang jelas ia sudah tidak tahan dengan sikap Ozan padanya.

Lili rindu Ozan yang melamarnya waktu itu. Ia ingin Ozan seperti semula. Ozan-nya. Pangeran-nya.

Tiba di depan pintu kamar Ozan,
Lili berhenti sejenak untuk mengumpulkan keberanian.

Menghela napas cepat, ia pun mengetuk pintu kamar.

Enam ketukan pintu dan tidak ada tanda-tanda akan terbuka, Lili nekat membukanya sendiri.

Ketika pintu itu ia buka, bukan Ozan yang ia lihat, melainkan.... seorang wanita dengan tubuh terbungkus selimut putih tebal tengah terbaring di atas ranjang sana.

Hei,apa ia salah masuk kamar?

Mata Lili yang semua membulat, kini perlahan memicing tajam ketika wanita  yang berbaring miring membelakanginya itu menoleh padanya.

Wanita itu sama terkejutnya dengan dirinya.

Bantahan Lili yang mengira jika ia salah masuk kamar semakin terpatahkan saat pintu kamar mandi terbuka menampilkan Ozan yang mengenakan jubah mandi, tengah menggosok rambut basahnya dengan handuk.

Mengalihkan tatapan-nya kembali pada si Wanita, Lili lantas menghambur ke arahnya.

"WANITA KURANG AJAR! Mati kamu, mati!!" Amuk Lili di atas ranjang berukuran king size menjambak kuat rambut si wanita itu.

"Ampun! Awhh!! SAKIITT!!" Teriak Sinta yang tak bisa mengelak atau melawan serangan tiba-tiba dari Lili. Di tambah ia harus menahan selimut yang menutupi tubuh polosnya agar tidak melorot.

" Dasar binal! Tidak tahu malu!" Dengan muka merah padam Lili semakin menjadi. Ia memukul sesuka hati. Menjambak kuat rambut Sinta dengan dua tangan sekaligus.
Sangat kuat, hingga sebuah tarikan yang ternyata jauh lebih kuat dari jambakkannya itu, menarik tubuhnya menjauh dari Sinta.

"LEPAS! Aku belum selesai dengan wanita itu!" Teriak Lili berusaha melepaskan diri dari dekapan tubuh liat seseorang yang menahan perutnya dengan lengan.

"Diam!" Bentakkan tajam terdengar di telinga Lili. Namun, ia tetap tak berhenti. Hatinya luarbiasa panas saat ini.

" AKU BILANG DIAM, LILI!!"

Lili diam seketika. Mengerjap cepat melihat Ozan tepat di depan wajahnya. Gadis itu tak sadar ketika Ozan memutar tubuhnya, mengguncang bahunya, sebelum berteriak di depan mukanya. Pantas membahana dan berhasil menghentikannya. Gendang telinga Lili jangan ditanya lagi.

"Berhenti, atau kuseret kau ke penjara!" Yang dimaksud Ozan ini adalah tentang penganiyayaan terhadap Sinta yang babak belur di tempat. Wajah cantiknya itu lebam-lebam. Tampak mengenaskan. Tetapi Lili tak menyesal, melainkan merasa kurang.

Dan tentang penjara yang Ozan katakan tadi, Lili ingin sekali berteriak menjawabnya, kalau ia pun bisa menyeretnya ke penjara atas kasus perselingkuhan. Namun, saat itu juga ia ingat bahwa Ozan tentu bisa dengan mudah lolos tanpa turun tangan sekalipun. Ia punya banyak uang dan kuasa. Ia bisa melakukan apa saja yang ia mau.

Lalu, bagaimana nasib orang miskin seperti dirinya ini? Karena tak punya kuasa, apa dia harus menerima bahwa pria yang dicintainya tidur bersama wanita lain di tempat tidur yang bahkan belum pernah ia duduki itu?






Bersambung.

Post awal 08-04-2020

Repost 12 Jan 2024
_______________________________

CINTA DARI LILIWhere stories live. Discover now