Part 1

37 11 4
                                    

Alena membanting pintu rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alena membanting pintu rumahnya. Melepaskan sepatu dan kaus kakinya lalu melemparkan tasnya ke sofa. Ia duduk dengan hati yang panas. Raut wajahnya sudah seperti cabai rawit, pedas.

"Argh! Malu-maluin!" Teriaknya frustasi mengingat kejadian tadi di sekolahnya.

"Siapa yang datang?" Itu suara Leta-Mama Alena. Mama Alena setengah berteriak karena berada di dapur. Alena menghela nafas berat. Kejadian dilapangan basket tadi sungguh membuat mood nya anjlok seketika.

"Ini Alena Maaa."

Leta menghampiri Alena dengan rambut yang di rol, sheet mask juga masih menempel diwajahnya. Wanita berusia 38 tahun itu berjalan dengan membawa dua gelas berisi limun.

"Kenapa sih? Wajahnya ditekuk gitu?" Sambil menyerahkan segelas limun pada Alena.

Rumornya, Leo merupakan salah satu anggota OSIS terbaik yang dimiliki SMA GARUDA. Predikat yang sangat tidak pantas untuknya. Alena bisa menilai dari sekali ia bertatap muka dengan Leo.

Leta menepuk wajahnya dengan pelan. Sheet mask yang ia pakai hampir jatuh ketika mulutnya ia monyongkan untuk meneguk segelas limun yang dipegangnya.

"Cerita sama Mama."

Alena memutar bola matanya malas. Mengingat wajah Leo saja sudah membuatnya geram lagi. Ini adalah masalah harga diri tingginya yang tadi jatuh serendah-rendahnya karena lelaki gila itu. Notebene yang memang cocok untuknya.

"Ah Mama tahu. Kamu kepincut sama OSIS ganteng ya?" Leta melebarkan senyumnya.

Alena mengernyitkan dahinya. Terkadang dia heran pada Mamanya sendiri. Bagaimana bisa ia memiliki Mama senarsis dan sealay Leta? Astaghfirullah, bagaimana pun juga itu adalah ibunya:)

Leta masih menyunggingkan senyum jahil nan manisnya itu. Leta dan Alena tidak seperti ibu dan anak. Melainkan seperti kakak dan adik. Itu karena Leta yang masih terlihat awet muda. Juga modis dalam hal berpenampilan. Mama Alena juga berprofesi sebagai dokter gigi, julukan baginya adalah peri gigi. Entahlah, mungkin karena paras dan keceriaannya.

Tanpa berniat menjawab pertanyaan Mamanya, Alena berlari ke kamarnya. Tidur adalah kegiatan yang ingin ia lakukan sekarang. Barangkali semua yang terjadi hari ini adalah mimpi.

◾◾◾

Salam,
Author

EpiphanyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang