Taeyong • 43

3K 248 5
                                    

Dua belas tahun yang lalu..

Waktu itu, Lia masih sangat kecil sekali. Umurnya saja masih menginjak sepuluh tahun. Pokoknya masa-masa paling bahagia di hidup Lia saat itu ketika ia masih memiliki seseorang yang sangat berarti. Ayah Lia.

"Ayah, ngapain?"

Gadis kecil itu mendatangi Ayahnya yang nampak sibuk mencabuti rumput-rumput liar di halaman belakang rumahnya.

"Ini, sayang. Ayah lagi cabutin rumputnya."

"Kenapa dicabut, Ayah? Kan, rumputnya, kasihan. Nanti dia nangis, lho, Ayah cabut."

Laki-laki paruh baya itu hanya bisa tersenyum geli mendengar betapa polosnya perkataan seorang anak kecil berumur sepuluh tahun.

"Kalau rumput yang begini gak bakalan nangis, sayang, dicabut. Kecuali kalau kamu cabutin bunga mawarnya, Mama. Bukan bunganya yang nangis, tapi Mama kamu yang nangis."

Lia menatap Ayahnya serius. "Lia gak mau cabut bunganya, Lia gak mau lihat Mama sedih."

Ayah Lia memegang puncak kepala anaknya gemas. Melepas sarung tangan yang ia kenakan kemudian menoel hidung mancung anaknya. Dan reaksi Lia saat itu lucu sekali.

"Yaudah, kalau, gitu, kamu jangan suka cabutin bunganya Mama, ya?"

"Iya, Ayah."

Ayah pun tersenyum mendengar jawaban anaknya. Kemudian melanjutkan kembali aktivitasnya dengan sang rumput-rumput liar. Huh! Menganggu sekali.

Lia suka sekali dengan bunga mawar. Maka dari itu, Mama selalu nanam bunga itu di halaman belakang rumah. Tapi sayang, sekalinya bunga itu tumbuh, Lia memetiknya hanya karena aromanya.

"Ayah, Lia mau main dulu, ya, sama Tae Oppa. Boleh, gak?"

Ayah menoleh ke belakang melihat anaknya. "Yaudah, tapi jangan lama-lama, ya, Nak. Jam makan siang kamu pulang, ya,"

Lia mengangguk polos. Lia pun pergi meninggalkan Ayah menuju ke rumah bewarna putih berpagar coklat yang ada di depan rumahnya. Hampir setiap hari Lia mendatangi rumah tersebut hanya untuk bermain bersama teman laki-lakinya. Selama di Canada, Lia hanya memiliki satu orang teman dekat yang tempat tinggalnya juga berdekatan dengan rumah Lia.

Dengan sopan, Lia memencet tombol yang ada di depan pagar itu. Meskipun harus sedikit berjinjit.

"Eh, Mrs. Choi Jisu. You want to play with Mr. Tae?" tanya satpam yang menjaga rumah itu. Membuka pagar agar Lia bisa masuk.

"Yes, Mr. Ed, as usual. Thank you." Lia tersenyum sebelum meninggalkan satpam itu.

Sebenarnya Lia gak terlalu bisa menggunakan bahasa Inggris karena gak tau kenapa, Lia gak gampang buat mencernanya. Mungkin karena Lia hanya melakukan home schooling bersama guru Korea yang tinggal di Canada dan di rumah, pun, orang tuanya berinteraksi menggunakan Hangeul. Beruntung, lah, Lia karena ia berteman dengan Tae yang notabenenya adalah warga Korea yang menumpang hidup selama beberapa tahun seperti dirinya di Canada.

"Jisu-ya? Mau ketemu Taeyong, ya?"

Laki-laki dengan wajah mirip banget sama Taeyong datang menghampiri Lia dengan senyuman melebar. Lia duduk di sofa ruang TV bersama dengan orang itu.

"Iya, Jae Oppa. Taeyong Oppanya ada?"

"Ada, kok. Tapi dia lagi tidur," balas laki-laki bernama Jae.

Jae atau Jaejoong, Kakak laki-laki satu-satunya Taeyong.

"Yah, padahal Jisu mau ngajak main," kata Lia sedih.

Terjebak - Taeyong ✔Where stories live. Discover now