Taeyong • 2

8.7K 749 38
                                    

Sore menjelang malam, seorang laki-laki dengan tubuh tegap atletis, berjalan masuk ke dalam sebuah gedung lima belas lantai dengan halamannya yang luas. Tentunya orang-orang yang ada di dalam sana, menunduk sekilas melemparkan salam hormat saat laki-laki itu berjalan melewati mereka. Meski saat ini wajahnya tengah dibalut dengan sebuah masker hitam dan juga hoodie bewarna hitam, tentu saja orang-orang disana sepertinya sudah sangat hafal siapa laki-laki tersebut.

Langkah laki-laki itu terhenti di depan pintu coklat dengan sebuah tulisan berukuran sedang di atasnya. Tanpa ragu, ia memasuki pintu tersebut.

"Kak," panggilnya.

Tampak seorang pria yang sepertinya berumur tiga tahun lebih tua darinya, melemparkan senyuman saat ternyata, Adik laki-lakinya memasuki ruangan tersebut.

Laki-laki itu pun duduk di atas sofa yang terdapat di ruangan itu. Membuka masker dan penutup hoodie-nya. Ia langsung mengubah posisinya menjadi berbaring.

"Darimana aja kamu? Kok, kayaknya kelihatan capek, banget," ujar sang Kakak memberikan rasa prihatinnya.

"Schedule banyak. Aku kurang istirahat." jawabnya spontan.

Laki-laki itu mulai memejamkan mata.

"Tapi kamu gak bisa tidur disini," kata sang Kakak lagi mengingatkan.

"Wae? [Kenapa?] Aku gak boleh tidur disini?" tanyanya dengan nada suara berat.

Kakaknya mendengus geli. Ia pun duduk di sofa yang ada di depan Adiknya itu.

"Kalau staff Kakak masuk dan lihat kamu tidur disini gimana? Lagian kamu bisa tidur di kamar," jawab sang Kakak.

Laki-laki itu membuka matanya. Iya, sih. Ia bisa tidur di kamar yang ada dalam ruangan tersebut. Ruangan itu cukup besar karena tidak hanya dikhususkan untuk bekerja, namun hal pribadi juga tercantum di dalamnya. Termasuk laki-laki itu sangat suka mendatangi ruangan Kakaknya karena hanya disana ia dapat beristirahat dengan tenang dan juga dekat dengan tempat latihannya.

"Aku maunya disini. Aku cuma bentar doang, kok. Lagipula satu jam yang akan datang, aku bakal balik lagi ke studio." ucap Adiknya.

Lagi dan lagi, Kakaknya hanya mendengus sambil tersenyum maklum.

"Kamu gak mau ganti jati diri aja? Lagipula, kamu bisa jadi businessman kayak Kakak dan Papa. Kamu bisa pegang perusahaan Papa lainnya dan lelahnya gak seperti yang kamu rasakan saat ini, Tae." kata sang Kakak.

Taeyong menatap langit-langit ruangan kerja Kakaknya itu.

"Aku lebih bahagia kayak sekarang, Kak. Walaupun lelahnya berat, banget. Tapi, Kakak tau dari kecil aku suka sama yang namanya musik. Jadi aku tetap akan ngejalanin itu sampai tua nanti."

Kakak laki-laki Taeyong yang bernama Jaejoong, memberikan senyuman maklumnya. Di satu sisi, ia sangat bangga kepada Adiknya yang telah berhasil menjadi laki-laki yang popularitasnya membanggakan banyak orang terutama kedua orang tuanya. Tapi di satu sisi, ia tak tahan melihat kerja keras Adiknya itu yang membuat dirinya harus merelakan jam istirahat demi latihan. Hal tersebut yang membuat Jae ingin Adiknya berpindah haluan.

Kedua mata Jae saling menyipit ketika melihat baju Taeyong terlihat kotor. Ada noda bewarna coklat yang terlihat luntur--seperti sehabis dibersihkan menggunakan tisu.

"Baju kamu kenapa, Tae?" tanya Jaejoong.

Taeyong jadi ingat sesuatu. Ia memandangi sekilas bajunya yang kotor.

"Oh, ini. Tadi ada yang nabrak aku." jawabnya.

"Siapa? Penggemar kamu?"

Taeyong mengangkat kedua bahunya sekilas. Ia tak mau tau. Lagian, mengingat hal itu hanya akan membuatnya kesal.

Terjebak - Taeyong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang