04

126 32 19
                                    

Oh shit, bagaimana ini

"A-ayah maaf a-ku a-ku per-

Plakkk tamparan mendapat di pipinya tak sakit memang tapi hatinya yang terasa perih dan sakit, air matanya mengalir deras

" A-ayah-

"Apa begini kelakuan kau tiap hari, saat diriku tak ada dasar gadis tak tau diri." Ucap ayah rara sambil mendorong rara, membuat tangannya memar karna bersinggungan dengan meja yang berujung runcing

"Kalau aku melihatmu pulang malam lagi, aku takkan mengijinkan mu masuk rumah." Ucapnya menaiki tangga menuju kamarnya

"Hiks...hiks... Tuhan kau sungguh tak adil kepadaku apa aku melakukan dosa besar dimasa lalu?" Rara berjalan tertatih menuju kamarnya tangannya mengucur darah segar tapi tak terlalu banyak, dan merebahkan tubuhnya yang terasa berat di kasur hari ini sangatlah melelahkan.

Rara tak pernah mengobati lukanya sekalipun, bukan untuk mencari simpati tapi ia sangat tak suka dengan luka ketimbang mengobatinya ia lebih baik ia dalam kesakitan. Kebiasaan yang sangat buruk memang

_______________

Pagi telah tiba, rara kembali dengan rutinitas paginya ia sedang berhadapan dengan cermin. Ia tampak kacau mata sembab pipi terlihat memar dan jangan lupakan tangan yang sempat terantuk meja. Apa yang harus ia lakukan untuk menutupinya? Batinnya berbicara

Ahhhh...sepertinya memakai hoodie bukan ide yang buruk meskipun cuacanya terlihat panas tapi tak apalah.

🍦

Rara menyusuri koridor mungkin hari ini ia takkan bertemu dulu dengan Vano bukan karena hal kemarin tapi hari ini keadaannya sedang sangat kacau. Saat sampai dikelas Willa ternyata sudah datang dan hanya dirinya seorang yang ada di dalam kelas, karna ini tergolong masih pagi yaitu pukul 06.20 jadi kebanyakan siswa belum datang

"Hai Willa kangen tau." Ucap rara menggemaskan memeluk Willa

"Lo ngak papa ra?" Tanya willa menangkup pipi rara, karena willa menyentuh pipinya yang menimbulkan ringisan dari rara

"Ra...

Rara hanya memeluk willa sahabat satu-satunya dari zaman SD, dia emang paling benci bila dikasihani apalagi orang orang yang menatapnya simpati. Willa merasakan bajunya basah dia hanya mengusap punggung rara mencoba memberikan ketenangan walaupun hanya sedikit.

" Ya udah kita obatin dulu biar ngak tambah sakit lukanya, willa menyentuh tangan dan itu malah membuat rara semakin menangis

"Hiks... Willa t-tangan rara sakit banget jangan di pegang!" Sontak willa melepaskan tangannya yang memegang tangan rara

"Ya udah yu" Rara akhirnya memegang bahu rara menuntunnya ke ruang UKS

-ruang UKS-

"Perih will" Ucap rara merengek

"Rara kalau ngak diobatin nanti tambah perih, apalagi ditangan lo itu bisa infeksi."

"Tapi pelan-pelan"

"Kenapa ngak pergi aja sih ra."

Tak ada jawaban dari rara

"Gue sahabat lo dari zaman sd, rumah gue selalu welcome kalo ada elo ra."

"D-dia papa aku, aku ngak bisa tinggalin dia"

"Ngak ada ayah yang berani mukul putrinya sendiri ra, bahkan lukanya kek gini." Ucap willa menggebu-gebu

"Terus kenapa bisa kek gini, bukannya lo pulang kerja jam 06?" Tanya willa mengalihkan topik karna melihat wajah rara yang sendu

"Rara waktu pulang kerja jalan-jalan dulu, waktu pulang rara kemaleman dan ayah udah pulang kerja, jadinya..." Jawab rara menahan tangis

"Ya udah jangan nangis, gue selalu ada buat lo kapanpun jangan sungkan untuk minta bantuan sama gue ok!" Ucap willa menarik rara kedalam pelukannya dan mengusap surai rara

Meskipun umurnya sama tapi willa adalah sosok kaka bagi rara, dan rara sangat menyayangi willa

Karena asik mengobrol mereka tak mengetahui ada siswa yang sedang tidur di kasur sebelah karena sekat gorden yang menutupinya.

________________

See you soon next part

Make You MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang