"Arland!" teriak Alle menuju dapur, namun nihil Arland tidak ada disana.

Lantai 2 bahkan 3 juga tidak ada. Taman belakang, kolam renang bahkan kosong. Kemana laki-laki itu pikir Alle cemas.

Alle pun kembali berlari kecil menuju kamar yang sejak malam tadi ia tiduri.

"Kamu pasti ada dibalkon, kan? ARLAND!!" teriak Alle mengitari seluruh kamar, namun sayangnya laki-laki itu sama sekali tidak ada.

Air mata Alle kembali luruh. Baru saja ingin mendudukan diri diatas kasur, mata sembabnya menangkap sesuatu yang seketika membuatnya berbinar.

Aku pergi, gak usah cari aku.

Arland.

"Hiks! Gak, jangan tinggalin aku Arland." isak Alle meremas kuat kertas putih itu.

"Kita udah janji bakal habisin waktu bareng! Arland kamu dimana?!" seperti orang linglung, gadis itu terus berputar-putar mengitari rumah berlantai tiga ini tanpa henti.

Sampai gadis itu merasa lelah. Hingga akhirnya terduduk lemas dibawah anak tangga.

"ARLAND!!"

•••


Sepi begitu menghiasi, air mata yang akan menjadi saksi kala sakit kembali menghampiri, dan diam adalah pilihan yang terbaiknya.

Tut.

Tut.

Tut.

Alle berusaha menahan air matanya untuk tidak kembali keluar. Tak terhitung ini panggilan ke berapa, yang pasti gadis itu tidak akan lelah untuk menghubungi kekasihnya.

Sudah terbilang dua hari Arland menghilang tanpa kabar. Meninggalkan tiada jejak yang sama sekali tidak bisa ditebak oleh semuanya, bahkan ponsel cowok itu tidak aktif sampai sekarang, namun Alle tetap menghubunginya.

"Gimana, All?" tanya Mika seraya mengusap lengan Alle lembut.

"Gak aktif," jawab Alle singkat, namun terus saja menghubungi nomor itu. Seakan-akan sambungan itu akan terhubung sekarang juga.

"Coba Rel hubungin bang Toby? Kali aja tuh anak mangkal disana?" seru Panji menyikut Varel.

"Sebelum lo suruh udah gure lakuin lebih dulu. Dan, sayangnya Arland emang gak ada disana." sembur Varel.

"Dimarkas juga kagak ada," timbrung Edo yang juga ikut berkumpul disini. Walau sebenarnya teman-temannya Arland tidak tau pasti masalah apa yang terjadi, namun mereka turut ikut andil dalam pencarian Arland.

"Ponselnya mati, kalau gak kan kita bisa lacak." sahut Galang dan diangguki yang lain.

Alle sedari tadi terus menatap ponselnya. Berharap ponsel itu akan berdenting atau berdering, dan berharap Arland'lah yang menghubunginya.

"Sabar All, gak usah terlalu dipikirin. Akhir-akhir ini lo kurang tidur, muka lo pucet banget." kata Safira menatap temannya sedih.

Alle menampilkan senyum tipisnya. "Gue gak papa, Pi."

Kamu dimana Land? Aku gak masalah kamu ngilang, aku yakin kamu pasti mau nenangin diri, tapi yang pasti kamu harus baik-baik aja. Batin Alle berharap demikian. Tak bisa dipungkiri bawah gadis itu terlampau khawatir, bahkan dirinya sendiri sampai tak diperhatikan.

My BadBoy In Sweet ✔️[SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now