12) DUODECIM

246 37 10
                                    

Biasakan vote ⭐
Sebelum baca, happy reading
Xie xie 😘

Lien Hua sedang mewarnai kuku lentiknya dengan warna navy gelap yang mengkilap. Anthoni selama beberapa hari tidak akan ke tempatnya, jadi dia bisa memanfaatkan sedikit waktunya untuk merawat diri.

Drrtttt........
drrtttt........

Ponselnya di atas meja bergetar, menandakan adanya panggilan masuk. Lien Hua buru-buru menggeser ikon berwarna hijau setelah membaca nama sang pemanggil.

"喂."
(Wei - Halo)

"……"

Nafas Lien Hua seolah terhenti, matanya memburam. Airmata menetas tanpa bisa di tahan begitu mendengar kabar duka yang disampaikan oleh si penelepon. Ponselnya ia biarkan meluruh dari genggaman tangannya, ia pun tahu si penelepon pastinya sudah memutus panggilannya.

Namun sesaat kemudian, Lien Hua menegakkan kembali kepalanya. Dihapusnya airmata yang mengalir di pipinya dengan kasar, pandangan matanya mengecam siapapun yang melihatnya. Dengan cepat ia mampu menguasai emosinya kembali. Ia tidak akan membiarkan pengorbanan temannya berujung sia-sia. Dia harus menemui seseorang, maka dengan cekatan diraihnya kembali ponselnya yang tergeletak di lantai dan mendial nomor seseorang.

🔫🔫🔫🔫🔫🔫🔫🔫🔫🔫

Sementara itu di mansion Anthoni. Henry, Anthoni, dan Diego sedang duduk-duduk di kursi santai yang berada di tepi kolam renang, ketiganya sedang memperhatikan interaksi Maria dan Soraya beserta anak-anak.

Anthoni menghisap cerutunya dalam dan mengembuskan asapnya kuat-kuat. Ketua kelompok Black Ax itu melirik sekejap ke arah Henry yang tengah menatap ke arah Soraya dengan intens dan kembali mengarahkan netranya pada kegiatan bermain air yang dilakoni istri, adik ipar, dan anak-anaknya.

"Bagaimana menurutmu?" ujarnya tanpa mengalihkan pandangannya.

Henry yang kebingungan hanya bertanya melalui isyarat mata kepada Diego yang duduk di sebelahnya, seolah bertanya kepada sang tangan kanan, 'apa dia bertanya padaku?'

Tanpa memberi jawaban, Diego melenggang begitu saja memasukki rumah, meninggalkan Henry yang melongo merasa di acuhkan.

'Huh, yang benar saja?' dengkusnya dalam hati.

"Bagaimana menurutmu tentang Soraya?" Anthoni mengulangi pertanyaannya lebih mendetail. Dan kali ini ia menatap ke arah Henry, membuat Henry yakin pertanyaan itu memang ditujukan kepadanya.

"Ya.. dia cantik." ujar Henry menjawab asal.

"Tentu saja dia cantik, awas saja kalau kau sampai menghina adik iparku dengan mengatakannya jelek." Anthoni berujar seraya terkekeh kecil sambil meninju pelan bahu Henry.

"Apa kau menyukainya?
Jika iya, tentu aku akan senang sekali." tanya Anthoni langsung ke topiknya.

Henry merasa inilah kesempatan yang dinantikannya, dia bisa mendekati Soraya dan mungkin bisa menggali beberapa informasi penting mengenai Anthoni.

"Iya, aku menyukainya." jawabnya tanpa pikir panjang.

"Bagaimana jika kujodohkan kalian berdua? sepertinya Soraya juga menyukaimu." perkataan Anthoni membuat Henry tersedak ludahnya sendiri. Bukan itu rasa suka yang di maksud olehnya. Tapi tidak mungkin juga dia menolak usulan dari Anthoni, karena bisa saja membuat bos mafia itu tersinggung.

Duplex Identitatem (21+) 🔚🔚🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang