REN - 9

66K 1.6K 135
                                    


Trapped on His Bed 9 ~ Strawberry n Chocolate Sauce

Amadeo melilitkan handuk di perutnya lalu keluar dari kamar mandi. Kepalanya basah karena air hangat dan titik-titik air itu masih menetes dari rambutnya. Ia segera mengeringkan dengan handuk satunya. Ia memakai polo shirt dan celana boxer, terlihat begitu santai. Saat dirinya menuruni tangga yang terakhir, ia mendengar bunyi pintu yang ditutup. Itu pasti angelo mio-nya, yah walau kadang-kadang wanita itu bisa jadi red devil-nya- Julukan Amadeo untuk Emily karena bibirnya selalu berwarna merah.

Mempersiapkan untuk bicara, Emily membersihkan tenggorokannya, "Hai," ucapnya. 

Merangkul pinggang Emily, Amadeo langsung mencium pipi Emily, "Buonasera, cara mia*," jawabnya lalu melepaskan Emily.

Gadis itu hanya memakai long sleeve off shoulder yang dipadukan dengan skinny jeans tetapi penampilannya itu membuatnya terlihat manis. Terkesan sexy karena Emily tak lupa menyapukan lipstik merah di bibir tipis nan penuhnya itu.

Amadeo tersenyum, menyapukan tangannya ke pipi Emily lalu menyibakkan rambut bergelombang gadis itu ke belakang telinga, "Pipimu memerah. Apa diluar sana suhu sudah turun beberapa derajat lagi?" Ia masih mengelus-elus pipi Emily dan tidak memutus kontak kulit mereka.

Pipi Emily yang memerah membuat Amadeo berdecak kagum. Bagaimana mungkin hanya karena Amadeo memperhatikan Emily -checking her out- dari atas sampai bawah membuat gadis itu tersipu malu? Bahkan sampai beberapa detik sepertinya Emily blank dan tidak memperhatikan pertanyaan darinya.

'She isn't virgin yet so innocent.' pikir Amadeo.

Emily memutus kontak mata mereka, mengalihkan pandangannya kesamping, "Hanya terlalu berangin. Kau habis mandi?" tanyanya.

Oh, Shit! Itu salah dan terlihat bodoh. Emily segera menatap Amadeo dan lelaki itu telah menyungging senyum. Mereka masih diam beberapa saat. Apa ini? Apa ini sebuah rasa ketertarikan? Oh God. Damn! Help me!

"Uh.. Itu.. ya.. rambutmu masih basah dan tubuhmu beraroma sabun dan after shave juga cokelat," sela Emily. Dirinya tersentak kaget oleh ucapannya sendiri. Harusnya ia tidak berkata sepeti itu.

Amadeo mendekatkan hidungnya di bibir Emily, "Kau juga beraroma bunga mawar," Amadeo menggantung kalimatnya lalu mencium bibir Emily dan menjilat sudutnya, "Dan apel."

Dafuq!

Benar bukan apa kata hatinya. Bodohnya ia, seharusnya sejak tadi sebelum ia melewati pintu, dirinya sudah memantrai bibir tipisnya itu agar tak mengeluarkan kata-kata yang bisa memojokkan dirinya sendiri. Soal perang mulut, ia yakin Amadeo tidak akan kalah oleh dirinya. Pria itu pintar bicara dan negosiator yang hebat. Sudah beberapa kali Emily kalah oleh pria itu kan?

Emily mencoba mendorong tubuh Amadeo saat tubuh pria itu mendekat padanya dan tangannya sudah melingkar di pinggang tetapi tubuhnya bahkan tidak bergeming.

Apa yang harus dilakukannya?

Berpikir Emily, berpikir!

"Hei, rambutmu masih basah dan apa yang kau lakukan ini? Kukira kau akan langsung mengajakku makan malam!"

"Kau yang akan mengeringkan rambutku dan ya, aku akan langsung mengajakmu makan malam," jawab Amadeo.

Secara teratur pria itu menjauhkan tubuhnya dari Emily. Mendahuluinya menuju dapur penthouse disisi kiri. Amadeo menarikkan kursi untuk Emily. What a gentlemen.

Amadeo duduk di sampingnya, entahlah biasanya pria itu duduk di depannya tetapi entah kenapa malam ini dia duduk di sampingnya. Emily mulai memperhatikan masakan yang sudah ada diatas meja. Ada laqsagne, chicken la scala dan quattro formaggi ravioli.

"Ini terlihat lezat. Jangan bicara tentang kalori dan lemak!" ucap Emily.

"Tidak akan Emi mia. Aku mempersiapkan ini untukmu lagipula dessertnya nanti lebih lezat," jawab Amadeo.

"Kau memasaknya sendiri? Waahh CEO, kau begitu berguna di dapur. Aku tidak menyangkanya," Emily tertawa.

'Jangan lupa darling, kalau aku juga sangat berguna diatas tempat tidur,' pikirnya. Amadeo hanya memandang Emily dan tersenyum.

"Kau sangat aneh. Tidak berusaha membuatku untuk berhenti bicara dan kau sangat diam."

"Cepat minum cappucinomu atau mereka nanti akan terlalu dingin," jawab Amadeo dan menggerakkan wajahnya pada makanan.

"Oke. Ayo mulai makan malamnya," jawab Emily.

Lebih dari 30 menit mereka gunakan untuk makan malam bersama. Amadeo sangat manis malam ini hingga Emily juga bersikap manis. Bagai wanita yang berbeda antara siang hari dan malam hari.

Amadeo berdiri dan segera mengambil dessertnya. Semangkuk strawberry yang masih utuh dan semangkuk cokelat cair.

Amadeo mengambil strawberry dan mencelupkannya ke cokelat. Tangannya langsung menuju bibir Emily dan memasukkan kedalam mulutnya.

"Dessertnya lebih lezat bukan?" tanya Amadeo, "Kali ini bukan dengan gula rendah kalori."

"Tidak apa-apa. Aku akan memakannya sendiri," jawab Emily.

Amadeo memegangi dagu Emily, "Aku yang akan menyuapimu."

"Kenapa?" tanya Emily.

"Karena aku suka melihat bibirmu memakan mereka dan itu terlihat sexy."

"Pfft.. Jadi ini caramu menggoda wanita? Lalu selanjutnya apa?" tanya Emily.

Amadeo langsung mendekatkan bibirnya pada bibir Emily. Menciumnya dan membersihkan bibir luar Emily yang terkena cokelat. Beberapa menit ciuman itu biasa dan berubah ketika Emily membalasnya.

Tidak ingin rencananya berubah dan dirinya tidak bisa mengendalikan diri, Amadeo mengakhiri ciumannya.

"Selanjutnya ini yang terjadi jika kau terlalu banyak bertanya."

"Itu tadi tidak terlalu buruk. Tidak heran banyak wanita yang menginginkanmu."

"Tapi tidak dengan kau, bukan."

"Mungkin ya, mungkin tidak. Aku harus segera tidur."

Amadeo tertawa pelan dan memegang bahu Emily, membuat gadis itu tetap duduk di tempatnya.

"Ada cokelat yang jatuh di bahumu," ucap Amadeo. Tak menunda waktu dia langsung melayangkan mulutnya disana sedang gadis itu terkesiap. Amadeo menyibakkan rambut Emily dan berkata, "Kiss mark ku kau tutupi dengan bedak? Harusnya aku menghukummu."

"Deo," suaranya sexy, "Ponselku berbunyi."

Amadeo menyeringai, "Angkat saja.  Itu pasti Fabian," jawabnya. Amadeo mulai bergerak di dada Emily.

"Apa yang kau lakukan? Cokelatnya tidak mungkin sampai disitu," ucap Emily. Dia mendorong Amadeo tapi tetap tak berhasil.

Ia mengambil ponselnya dan segera menjawab, "Fabian," jawab Emily, dia hampir tercekat saat Amadeo sudah berada diantara dadanya.

"Maybe this is will make you get excited, cara mia." Seringaiannya makin menjadi.

"Maafkan aku untuk ini tapi untuk beberapa hari kedepan aku tidak akan ada disini. Jaga-jaga jika aku merindukanmu," jawab Amadeo. Dia mulai menurunkan baju Emily dan membuat bra lace-ya terlihat.

Malam ini akan jadi malam yang panjang :D

Bersambung .....

Selasa, 16 Desember 2014

Buonasera, cara mia : Selamat malam, sayangku

Ini udah seminggu yg lalu di draft kukira udah terbit ternyata belum_-

You can find me on:

Twitter :@shewongirl

Instagram :shewongirl

My other story :

The Possessive n Sadistic Billionaire series:

1. Sadistic Manager : on going

2. ToHB : on going

3. Genuine Vampire : on going

4. Unplanned Pregnancy : on going

Trapped on His BedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang